"Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku
Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "
"Aaaakkkhhhh" teriak seorang wanita dari dalam mobil yang baru saja membanting setir mobilnya ke arah kiri karena mobilnya di senggol truk dari arah kanan. Mobil yang di kendarai nya pun tersangkut pada pohon yang ada di pinggir jurang ini. wanita itu tidak bisa bergerak, karena sedikit saja pergerakan maka mobilnya akan terjun bebas ke dalam jurang yang ada di bawahnya. wanita itu memegang dadanya dengan erat, menahan sesak di dadanya. Ia menangis dengan pilu meratapi nasibnya yang berada di ujung tanduk. "Hu... Hu... Hu... Tolong aku ya Tuhan! Maafkan semua kesalahan yang telah aku lakukan selama ini! Hu... Hu... Hu... Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan itu ya Tuhan! Izinkan aku untuk memperbaiki kesalahan ini dari awal Tuhan! Aku mohon! Tolonglah hamba-Mu ini! Hu... Hu... Hu... "ucap wanita itu dengan pilu. " Mama, Papa, Bunda Naira.. Maafin Naina, Maafin semua kebodohan Naina.. Hu... Hu.. Maafin Naina yang telah membu
"Kak.. Kenapa kakak bisa pingsan di dalam mobil? Untung aja satpam hotel menemukan mobil kakak yang menyala tapi gak jalan-jalan juga, kalau nggak.. Bisa-bisa kakak kehabisan nafas di dalam mobil yang masih terkunci. " ucap Nadin dengan heran. "Emang kakak beneran pingsan di dalam mobil? " tanya Naina dengan perasaan bingung. "Iya " jawab Nadin sambil menganggukkan kepalanya. "Memangnya sekarang ini tanggal berapa dan tahun berapa? " tanya Naina dengan penasaran. "Tanggal 20 tahun 2015, emang kenapa Kak? Kok kakak kayak orang bingung gitu? Kakak gak sabar ya pengen nikah sama Kak Dzaki? " tanya Nadin penasaran sambil meledek Naina. Naina terdiam mendengar jawaban adiknya, ia mengingat jika tahun 2015 berarti tahun ia menikah dengan Dzaki kurniawan. Dan itu artinya ia kembali 7 tahun lalu sewaktu ia akan menikah dengan lelaki yang ia gilai dulu. Berarti ia baru saja dari hotel tempat mereka menikah untuk mengecek semua kesiapan p
Pagi harinya, Naina masih tertidur sehabis sholat subuh ketika calon suaminya datang menjenguk. Nadin yang pergi keluar mencari sarapan, terkejut melihat calon kakak iparnya duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang inap kakaknya dengan mata terpejam. "Loh, Kok kak Dzaki datangnya pagi-pagi banget kesini? Kalau kakak masih ngantuk kenapa gak tidur dulu? Setelah segar baru kesini lagi! " ucap Nadin dengan heran. "Kakak sengaja datang pagi karena semalam kakak gak sempat ke sini karena pulang kemalaman semalam. Kakak gak mau nanti Naina marah karena gak di jenguk.. Apalagi kan dua hari lagi kami akan menikah. " ucap Dzaki setengah berbohong. Jelas saja ia tidak benar-benar berkata jujur karena ia menghabiskan malam bersama kekasih gelapnya tanpa di ketahui siapapun. Ia sengaja datang pagi-pagi hanya untuk menarik perhatian Naina saja agar Naina percaya jika ia benar-benar mencintai Naina. "Lebih baik kakak pulang saja! Istirahat du
Naina pulang ke rumah nya lebih awal dari anjuran Dokter yaitu pukul 11 siang. Ia sengaja keluar cepat dari rumah sakit agar tidak bertemu dengan Dzaki jika ia datang menjenguk. Karena ia yakin jika Dzaki pasti akan kembali ke rumah sakit untuk menemuinya, berpura-pura peduli dan sedih seperti biasanya agar Naina semakin luluh dan percaya jika ia benar-benar mencintai Naina. Naina pulang bersama Nadin dengan mengendarai mobil Nadin. Nadin sengaja cuti dari tempat ia mengajar selama dua hari untuk merawat Naina di rumah sakit. "Alhamdulillah, sampai juga kita di rumah! " ucap Nadin ketika mobil sudah memasuki pekarangan rumah yang sangat besar dan mewah seperti istana Yunani di film-film. Naina termenung ketika melihat rumah mewah bergaya Eropa di hadapan nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia keluar dari mobil dengan gemetaran sambil menatap rumah tersebut dengan sedih.Tiba-tiba air mata nya turun tanpa ia sadari sehingga m
Keesokan harinya, Naina pergi menemui pengacara untuk mengesahkan surat wasiat almarhumah Mama nya di sebuah firma hukum terkenal di kota ini. "Permisi Mbak! Bisa kah saya menemui Pengacara Herman Johannes? " tanya Naina dengan sopan. "Apakah Mbak sudah membuat janji untuk bertemu? Karena tidak bisa jika tidak membuat janji terlebih dahulu.. Pak Herman orang yang sangat sibuk! " jawab resepsionis yang ber nama Diana tersebut. "Saya sudah membuat janji kemarin dengan sekretaris beliau! " jawab Naina sedikit berbohong. "Kalau begitu Mbak silahkan menuju lantai 3 lorong kiri sebelah kanan. Itu ruangan Pak Herman. " jawab Diana dengan sopan. "Baiklah! Terimakasih! " ucap Naina sambil melangkah pergi menuju lift untuk ke lantai tiga. Pintu lift pun terbuka, Naina keluar dengan langkah yang pasti dan hati yang mantap. Ia pun menuju ruangan yang di katakan sang resepsionis tadi. Dari jauh Naina melihat seorang pria
"Ki, anterin Mama ke rumah jeng Rosa! Mama mau arisan di sana, sekalian Mama Minta uang untuk beli tas impian Mama sama jeng Dona nanti. " ucap Nyonya Rina pada Dzaki sambil membenahi riasannya. Dzaki yang baru saja pulang dari rumah sakit langsung mendelik kaget ketika mendengar Mama nya minta uang lagi. "Kok uang lagi sih Ma? Baru tiga hari yang lalu Dzaki kasih buat bayar arisan Mama itu? Masa sekarang sudah minta lagi! " jawab Dzaki sedikit kesal dengan Mama nya. "Itukan kemarin! Sekarang kan beda! Mama mau beli tas yang keluaran terbaru! Malu dong sama teman-teman Mama, kalau Mama gak pake tas yang model terbaru. " ucap Nyonya Rina dengan enteng. "Dzaki gak ada uang! Lagi pula gajian masih seminggu lagi! Pake uang Mama aja kenapa sih! " jawab Dzaki dengan malas dan beranjak pergi ke kamarnya. "Kiki, mau kemana kamu! Enak aja pake uang Mama! Ayo anterin Mama dulu kalau gak mau kasih uang! " teriak Nyonya Rina ketika Dzaki be