Sean Ephraim. Harus menerima kenyataan di mana seorang perempuan yang sangat ia cintai harus dinikahkan dengan laki-laki lain.
Sean tidak menyerah. Dengan kemampuan beladirinya yang seadanya, Sean mencoba menerobos kediaman Eugenia yang sangat luas dan dipenuhi oleh penjagaan. Sean ditahan dipukul habis-habisan oleh para penjaga yang ada di sana. Namun Sean tetap mencoba untuk menerobos masuk. Sampai pada akhirnya muncul seorang perempuan cantik berambut putih berdiri dengan gaun berwarna putih. Alicia Eugenia. Seorang perempuan sangat cantik berumur dua puluh lima tahun. Yang berasal dari keluarga terpandang. "Lepaskan dia," perintah Alicia pada para penjaga rumahnya. "Lepaskan!" tegas Sean mendorong mundur tiga pengawal yang menahan tubuhnya. "Apa yang kamu inginkan? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kita sudah selesai?" "Kamu benar-benar wanita jalang. Apa kamu tidak sadar itu? Kamu bersamaku setiap malam. Dan sekarang kamu akan menikah dengan laki-laki lain. Apakah ada yang salah dengan otakmu? Bagaimana bisa semua ini terjadi?!" "Kamu benar. Ada yang salah dengan otakku. Dan aku tidak bisa mengatakannya padamu." "Kenapa? Apakah orang tua bodoh itu memaksamu?" "Sean. Jaga ucapanmu. Dia ayahku. Kamu tidak berhak mengatakan hal yang buruk tentangnya. Kamu tidak setara dengannya." Sean sudah menemukan permasalahan utamanya. Ayah dari Alicia. Beck Eugenia. Laki-laki berambut putih itu melakukan cara licik untuk memisahkan Sean dengan Alicia. Dan memaksa Alicia untuk berkorban untuk kepentingan keluarganya. "Aku tidak akan meninggalkanmu," ujar Sean masih mencoba memaksa keadaan yang ada. "Aku yang akan meninggalkanmu," tegas Alicia dengan wajah serius. "Apa kamu belum paham juga? Kita berbeda. Aku berasal dari keluarga terpandang. Keluargaku memiliki aturannya sendiri. Dan aku tidak bisa melawan apa yang mereka inginkan. Kepentingan keluarga adalah segalanya. Aku juga tidak ingin melepaskan nama keluargaku untuk sesuatu yang belum pasti," lanjut Alicia. "Apanya yang belum pasti?! Kamu akan bahagia bersamaku. Tinggalkan saja semua ini dan hidup bersamaku! Aku akan membiayai seluruh kebutuhanmu. Semuanya!" "Bagaimana caramu melakukan itu? Kamu saja bahkan masih menjadi pegawai kantoran sampai sekarang. Bagaimana caramu membiayai seluruh kehidupanku? Apakah kamu memiliki uang yang cukup untuk itu semua? Haruskah aku menukar masa depanku untuk masa depan yang abu-abu?" "Apa bedanya? Jika kamu menikah dengannya kamu belum tentu bahagia! Uang tidak akan bisa membuatmu bahagia. Dia tidak akan bisa membahagiakanmu." "Uang adalah segalanya. Kehormatan dan kebahagiaan selalu berjalan beriringan dengan uang. Orang sepertimu tidak akan paham dengan itu." Ini bukanlah Alicia yang Sean kenal. Alicia yang sekarang terlihat seperti seorang perempuan jalan yang hanya mengincar harta dan kekuasaan. Berbanding terbalik dengan Alicia yang selama ini berada di sisinya. Alicia yang lemah lembut, mudah tertawa dan berbahagia hanya karena hal kecil. Kehangatan yang selalu terpancar dari mata Alicia pun kini sudah tak ada lagi. "Tinggalkan kami," perintah Alicia pada ketiga penjaga yang masih berada di sana. "Mohon maaf. Saya tidak bisa melakukannya. Bagaimana jika orang asing ini melukai Anda?" tolak salah satu penjaga. "Tenang saja. Orang ini terlalu bodoh sehingga tidak bisa melukai perempuan. Pergilah," tegas Alicia. Ketiga penjaga itupun pergi. Meninggalkan Alicia dan Sean. Memberikan ruang lebih banyak kepada kedua orang itu untuk berbicara. "Ayahku tau tentang kita yang tinggal bersama. Ayahku bahkan tau kalau aku sedang mengandung anakmu. Jika aku tidak menikah dengan laki-laki pilihannya, nyawamu akan terancam," ujar Alicia dengan mata berkaca-kaca. "Tidak perlu memikirkannya! Itu anakku. Aku akan menjaganya. Aku akan menggunakan tubuhku untuk melindungi kalian. Untuk apa kamu harus menikah dengan orang lain saat kamu saja sedang mengandung anakku?" tanya Sean dengan nada keras. "Ini bukan hanya tentang nyawamu. Ini juga bersangkutan dengan nyawaku dan nyawa anak kita. Aku tidak mau mengambil keputusan yang salah dan menghilangkan nyawa janin ini. Setidaknya jika aku menikah dengan laki-laki itu, janin ini akan lahir atas nama laki-laki itu. Dan dia akan tumbuh dengan aman. Apakah kamu tidak bisa memikirkan sampai di situ?" "Anakku bukan boneka keluargamu. Aku tidak akan diam saja saat kalian ingin menggunakannya untuk merampas kekuasaan dan uang dari keluarga lain." "Aku yang mengandungnya dan aku juga yang akan melahirkannya. Kamu tidak berhak menentukan apapun." Sean tidak memiliki pilihan lain saat ini. Sean harus mengulur waktu sampai pada di titik di mana Sean bisa mendapatkan kembali anak itu. Walau Sean tidak bisa mendapatkan Alicia kembali, setidaknya Sean ingin anak itu bersamanya. Karena mau bagaimanapun juga Sean adalah ayah kandung dari anak itu. "Siapa nama laki-laki yang dijodohkan denganmu?" tanya Sean pasrah. "Walter Fletcher. Seorang laki-laki dari keluarga terpandang dari Finlandia. Secara finansial, dia jauh di atasmu. Kamu tidak akan bisa bersaing dengannya. Jadi menyerarlah," balas Alicia. Kening Sean mengkerut saat mendengar Fletcher. Sean pernah bertemu dan menjalin ikatan persahabatan dengan salah satu laki-laki yang menggunakan marga itu. Sehingga Sean sangat yakin bahwa tebakan Sean tidak salah. "Kamu ... apa kamu pernah berpikir untuk menikah denganku sedikit saja?" tanya Sean memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. "Tidak. Sama sekali tidak pernah," tegas Alicia. "Baiklah. Semoga beruntung. Tapi ingatlah. Itu anakku. Aku akan membawanya dengan cara apapun setelah anak itu lahir di dunia ini. Aku akan membuat keluargamu merasakan penderitaan yang teramat pedih setelah ini. Bersiaplah." Sean berbalik. Berjalan keluar dari gerbang besar rumah Eugenia. Masuk ke dalam mobil butut yang ia beli dari tempat lelang. Sedangkan Alicia berbalik masuk kembali ke dalam rumahnya. Sean mengambil ponselnya. Menggulirkan layar ponselnya. Mencari salah satu nama dari kontak nomor yang tersimpan. Sampai ia menemukan nomor yang ia cari dan ia segera meneleponnya. Dan tak perlu butuh waktu lama telepon Sean tersambung. "Hoi, keparat. Apa yang sebenarnya sedang kamu lakukan? Aku tidak mau tau bagaimanapun caranya besok pagi kamu harus menemuiku untuk menjelaskan semuanya," ujar Sean lalu menutup sambungan telepon dan membanting ponselnya. Walter Fletcher. Sean tau siapa orang itu. Laki-laki dari keluarga yang sangat berbahaya. Keluarga yang bergerak untuk menyingkirkan nyawa orang-orang penting dan merampas seluruh aset yang dimiliki oleh orang-orang penting itu.Walter berdiri tegap di sisi kanan Sean yang sedang menyantap makan malamnya. Berada di rumah Sean, membuat Walter tidak bisa menggunakan identitasnya sebagai pemilik seluruh aset kekayaan Ephraim. Karena memang sejak awal tidak ada darah Ephraim di dalam tubuhnya. Ia berada di atas saat ini karena sandiwara yang sedang direncanakan oleh Sean.Baru permulaan. Dan Sean merasa bahwa semuanya berjalan dengan baik. Bahkan perusahaan-perusahaan keluarganya juga mulai berkembang di bawah pengawasan mereka berdua. Tidak ada masalah terkait itu semua. "Jadi, bagaimana?" tanya Sean membersihkan bibirnya menggunakan tisu."Aku sudah mengumpulkan beberapa informasi tentang keluarga Storm. Sepertinya dugaan kita benar. Dia menanam tumbuhan terlarang dan mengedarkannya ke luar negeri.""Begitu, 'ya? Kalaupun kita berkunjung ke sana, pasti kita akan diarahkan untuk menjauh dari ladang. Mereka akan berusaha sebisa mungkin menutupi itu."Sebelumnya Sean tidak terlalu mencari tau tentang Keluarga Eug
Alicia dan Walter menyempatkan untuk berkeliling mall setelah berhasil membeli beberapa perabotan rumah tangga yang nanti akan langsung dikirimkan ke rumah mereka.Walter menghentikan langkahnya saat sadar Alicia tidak ada di sisinya. Walter melihat ke arah sekitar dan mendapati Alicia yang berhenti di tengah jalan dan menghadap ke salah satu outlet pakaian perempuan."Apa kamu menginginkannya?" tanya Walter mendekat ke arah Alicia."Tidak, ada sepupuku di sana," jawab Alicia menatap ke arah Walter."Kita memiliki banyak waktu. Jadi ayo menyapanya," ujar Walter menggenggam tangan Alicia dan menarik Alicia ke arah outlet pakaian itu.Alicia dan Walter mendekat ke arah sepasang kekasih yang sedang berbincang dengan seorang pelayan outlet itu. Alicia orang yang menyapa pertama kali. Membuat sepasang kekasih itu sedikit terkejut saat melihat keberadaan Alicia.Laki-laki dan perempuan itu adalah Dom dan Regina. Dom sendiri adalah anak dari Storm. Adik dari ayah Alicia."Oh, Tuan Muda dari
Alicia bangun lebih pagi dari Walter. Membuatnya tidak tau harus berbuat apa. Dan berakhir di dapur. Dengan bahan makanan seadanya ia mulai memotong beberapa bahan makanan dan menyalakan kompor dengan penggorengan yang diisi sedikit mentega.Saat sedang asik memasak, Alicia mendengar suara lift. Ya, di rumah itu memang ada tangga. Namun Alicia dan Walter lebih sering menggunakan lift. Dan mengingat hanya ada Alicia dan Walter di rumah itu, membuat Alicia yakin bahwa Walter sudah bangun dan mulai turun ke lantai satu karena kelaparan."Apa kamu bisa masak?" tanya Walter menuju ke arah dapur. "Aku pernah mengikuti kelas masak," jawab Alicia mulai kembali fokus pada bahan makanannya."Oh, iya? Aku juga pernah ikut kelas masak saat masih ada di Finlandia.""Sangat jarang sekali ada laki-laki yang ikut kelas memasak.""Waktu kecil aku pernah bercita-cita untuk membuka restoran. Jadi aku mulai ikut kelas memasak. Tapi, 'ya, sepertinya memang bukan itu jalanku."Walter membuka kulkas. Tidak
Walter membuka matanya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Pandangannya melirik ke arah Alicia yang masih dalam keadaan setengah basah dan sudah menggunakan baju tidur. Hari yang sangat melelahkan sudah mereka lewati. Seharusnya mereka menggunakan malam ini untuk tidur dan mengistirahatkan tubuh mereka. Namun kondisi saat ini benar-benar membuat mereka canggung. Hanya ada mereka berdua di rumah sebesar itu. Dan mereka harus tidur satu kasur."Tunggu sebentar. Tolong ambilkan aku makanan ringanku di dalam laci samping televisi," ujar Walter saat melihat Alicia mulai mendekati kasur."Kenapa kamu makan lagi setelah mencuci mulutmu?" tanya Alicia dengan perasaan kesal berjalan menuju laci."Makan saat lapar. Tidur saat mengantuk."Alicia kembali mendekat ke arah kasur sambil membawa satu kantong makanan ringan. Ia memberikan makanan ringan itu pada Walter. Dan naik ke atas kasur dengan hati-hati.Dengan perasaan kesal Alicia menyerahkan kantong makanan ringan itu pada Walter. Dan
Pernikahan Walter Valerie dan Alicia Eugenia dengan megah. Ada banyak sekali orang-orang dari kalangan atas datang untuk mengucapkan selamat. Mengingat Walter dan Alicia adalah orang yang berpengaruh. Walter pemilik seluruh perusahaan yang dulunya berdiri dengan nama Ephraim. Dan Alicia sebagai penerus Keluarga Eugenia.Acara pernikahan itu hanya berlangsung tiga jam. Dan hampir keseluruhan Keluarga Eugenia datang dalam acara itu. Bahkan paman dari Alicia, Storm Eugenia datang untuk mengucapkan selamat.Storm sendiri menjalankan bisnis dibidang ekspor dan impor. Kekayaan Storm tidak jauh beda dengan Beck, mengingat Storm adalah adik Beck. Selama ini Beck lah yang menjadi sumber model Storm untuk membuka usaha. Kalaupun memang usaha Storm mengalami kerugian, Beck selalu datang dan memberikan uang lebih pada Storm."Selamat atas pernikahannya, Tuan Muda," ujar Storm bersikap ramah saat mendekat ke arah Walter yang sedang berbincang sebentar dengan tamu."Terima kasih telah datang," ujar
Sean menatap ke arah layar ponselnya. Menikmati video saat-saat di mana Walter mendorong para mafia ke tengah-tengah laut. Dengan kondisi tangan mafia-mafia itu ditali dengan tali tambang. Dan kaki mereka dirantai dengan beton yang sangat berat untuk memastikan para musuh-musuhnya itu terus tenggelam ke dasar laut tanpa bisa melakukan perlawanan apapun.Sean merasa terhibur dengan aksi Walter. Ia merasa bahwa memberikan kapal dan menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan oleh Walter tidak membuatnya rugi.Video berhenti. Menandakan semua mafia itu sudah didorong keluar kapal dan tenggelam ke dasar laut. Tidak lama setelah itu pintu kamar Sean diketuk. Sean mengizinkan orang itu masuk. Dan muncul seorang perempuan berpostur tubuh tinggi dengan rambut berwarna pirang.Rias Nebula. "Aku tidak melihat Walter. Di mana si bodoh itu? Apakah dia bunuh diri setelah tau pacarnya tidur dengan perempuan lain?" tanya Rias menggaruk kepalanya."Apa kamu belum tau? Dia sebentar lagi menikah," tan
Walter berangkat ke alamat yang dikirimkan oleh Sean. Tidak ada rumah. Hanya ada gudang yang sudah lama terbengkalai. Walter dengan berani mendobrak pintu gudang itu menggunakan kakinya.Mengejutkan lima orang yang sedang berpesta miras di tengah-tengah gudang. Isi gudang itu terdapat beberapa fasilitas yang seharusnya ada di rumah. Sofa, televisi, lemari, kursi, dan meja. Membuat Walter mengerti mengapa para mafia itu betah berada di sana.Pandangan Walter tertuju pada seorang laki-laki tua berambut dan kumis berwarna putih. Pemimpin kelompok itu. Lucius."Hoi, anak kecil. Ini bukan tempat yang bisa kamu masuki sesuka hati," tegur Lucius bangkit dari Sofanya."Anak kecil? Sudah lama sekali tidak ada orang yang berani menghinaku dengan kalimat itu," kesal Walter menatap Lucius dengan tatapan tajam."Tapi, ya, sudahlah. Aku datang untuk memberikanmu kesempatan. Berlututlah di hadapanku dan mengakui kejahatanmu. Meminta maaflah karena sudah mencoba merampas tanah-tanah warga desa."Semu
Walter duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Sean duduk di kasur. Mereka tinggal di kediaman Ephraim. Rumah yang seharusnya milik Sean, kini menjadi milik Walter. Mengingat seluruh aset berharga milik Keluarga Ephraim sekarang sudah berganti nama menjadi Walter Valerie. Sean pun akan menggunakan marga yang sama jika memang ada orang asing menanyakan terkait nama lengkap Sean.Pernikahan Walter dan Alicia akan diadakan minggu depan. Sean bisa saja datang ke acara itu secara terang-terangan. Membiarkan Beck dan Alicia melihat keberadaannya. Namun Sean tidak melihat keuntungan dari itu. Maka Sean akan memilih untuk tidak datang. Supaya Walter bisa mengakses informasi lebih dalam mengenai Keluarga Eugenia. "Apa kamu masih ingat rencana pertamamu setelah menikah?" tanya Sean setelah Walter selesai memberikan laporan."Menusuk dada Beck menggunakan pisau lalu membuangnya ke danau?" tanya Walter membuka bungkus cemilan."Aku yang akan menusuk dadamu lebih dulu sebelum kamu melakukan itu padan
Pertemuan Keluarga Fletcher diadakan di sebuah gedung mewah yang sudah dipesan. Ada sekitar dua puluh orang yang hadir di acara itu. Orang-orang yang tunduk dan dibawah kendali kepala keluarga Fletcher.Alfred Fletcher. Pemimpin keluarga Fletcher. Laki-laki tua dengan rambut yang disemir hitam untuk menutupi ubannya. Dengan tubuh sedikit gemuk. Pusat dari kekayaan Keluarga Fletcher.Dan kini seluruh perhatian yang tadinya tertuju pada Alfred berganti pada seorang laki-laki dengan kemeja polos berwarna mocca dan outerwear model cardigan. Laki-laki itu datang dengan pakaian casual saat seluruh anggota Keluarga Fletcher menggunakan pakaian formal."Apa ini?" tanya Alfred saat Walter berdiri di hadapannya dengan seorang laki-laki tidak ia kenal."Apalagi kalau bukan memenuhi panggilanmu, Kepala Keluarga Fletcher?" tanya Walter balik."Dan sekarang saya sudah muncul di hadapan Anda. Apakah saya bisa kembali ke Korea?" tanya Walter. "Sepertinya taringmu mulai terlihat setelah kamu berhasil