Share

Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan
Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan
Penulis: Misya Lively

Bab 1 Pengkhianatan

Penulis: Misya Lively
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 15:02:14

“Lebih keras, Sayang!"

Sepasang pria dan wanita bergerak berirama, meliuk-liuk dengan tubuh yang berpeluh, bercampur dengan kuatnya aroma feromon di ruangan itu.

Suara deritan ranjang mengikuti gerakan sensual keduanya, menyatu dengan desahan-desahan panjang yang menyayat hati Cora.

Bagaimana tidak? Pria yang tengah bergerak berirama dengan wanita di hadapannya itu adalah calon suaminya sendiri!

“E—Eric! Apa yang kamu lakukan?!”

Eric dan Janet—wanita itu, seketika menoleh. Untuk sesaat mereka berdua terkejut melihat Cora.

“Ah, akhirnya wanita murahan ini muncul juga!” Raut wajah Janet berubah menjadi sinis.

Tubuh Cora bergetar, dan ia sulit bernafas, sehingga harus menopangnya dengan berpegangan pada kusen pintu.

Cora menatap mereka dengan mata yang menggenang. Kenapa mereka tega melakukan ini padanya?

Eric dan Janet menoleh. Seakan tidak memiliki perasaan, mereka menertawakannya dengan guratan wajah terpuaskan.

Eric beranjak dari tubuh Janet, dan mengenakan pakaiannya dengan santai. Janet melakukan hal yang sama. Tidak tampak rasa bersalah di wajah mereka, seakan hal itu kerap kali mereka lakukan.

"Teganya kamu melakukan ini, Eric?! Kamu tunanganku!"

Janet tertawa. Ia menghampiri Eric dan memeluk pria itu dengan mesra. “Cora… kamu tidak sungguh-sungguh berpikir Eric akan menikahimu kan?”

Apa maksudnya? Cora menatap nanar kedua orang dihadapannya.

Meskipun hati Cora hancur berkeping-keping, ia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Ia ingin tahu kenapa Eric melakukan itu padanya.

“Eric?” Cora menunggu penjelasan tunangannya itu.

Eric berhenti tertawa dan justru mencemoohnya, “Kamu itu naif, atau bodoh? Bukankah sudah jelas?”

“Cora, aku tidak pernah mencintaimu, selama ini aku hanya berpura-pura saja.”

Berpura-pura? Apakah pertunangan mereka tidak ada artinya? Lalu bagaimana dengan semua rencana pernikahan yang sudah mereka bicarakan? Apakah semua itu omong kosong?

Tangannya yang dingin semakin erat memegang kusen, seakan ia akan terjatuh jika melepaskannya.

“Kenapa? Kenapa kamu harus berpura-pura?” tanyanya dengan suara bergetar.

“Kenapa?” Eric mengulang pertanyaan Cora. “Karena…aku tidak membutuhkanmu lagi…” ucap Eric sambil tertawa, diikuti oleh Janet di sampingnya.

Tidak membutuhkan lagi? Apa maksudnya? Cora tidak mengerti apa yang Eric katakan.

Janet menepuk bahu Eric. “Katakan saja padanya, Sayang. Tidak ada yang perlu kita tutupi lagi. Toh dia sudah tahu hubungan kita, dan—aku pun sudah mendapatkan hak paten-nya…”

“Hak paten?” Seakan menyadari sesuatu, Cora menatap Eric dengan jantung berdebar kencang. Ia merasa ada sesuatu yang lain dibalik perselingkuhan mereka.

Eric tersenyum miring. Ia berjalan menuju meja nakas dan mengambil selembar kertas dari sana.

“Lihatlah…” Disodorkannya kertas itu kepada Cora

Cora meraih kertas itu dan melihat sebuah sertifikat hak paten atas satu set perhiasan.

Janet? Bagaimana mungkin mereka mengklaim perhiasan yang ia ciptakan dengan susah payah adalah milik Janet?

“Aku hanya menginginkan hak paten Adorable Glam, dan sekarang, Adorable Glam adalah milik—Janet…” Tanpa malu, Eric mencium Janet dengan mesra.

“Kurang ajar! Kalian berdua bersekongkol mencuri karyaku! Aku akan menuntut kalian!” seru Cora dengan tatapan tajam pada kedua orang di hadapannya. Ia begitu geram pada mereka berdua.

“Tuntut? Bagaimana kamu akan menuntut kami?” Eric tertawa mencemooh.

“Kalian tidak akan lolos begitu saja. Adorable Glam milikku, aku yang membuatnya! Aku punya semua bukti!” seru Cora dengan suara lantang.

Namun selantang apa pun, ia tidak bisa menutupi getaran perasaan yang bercampur aduk di hatinya. Hancur, kecewa dan tersakiti melebur jadi satu oleh pengkhianatan mereka!

Eric dan Janet saling bertukar pandang sebelum keduanya kembali tertawa.

“Maksudmu… ini?” Eric meraih laptop berwarna merah yang ada di atas meja dan seketika itu juga Cora membelalakkan matanya.

Ia mengenali laptop itu. Laptop itu adalah miliknya! Di sanalah semua kerja keras dan hasil karya miliknya berada!

“Bukti?” Dengan mengangkat dagunya, Eric menantang Cora, lalu ia mengangkat laptop itu. “Sekarang—tidak lagi…”

Eric menghantam laptop itu berkali-kali hingga pecahan komponen gawai itu berserakan, sebelum dengan bengis, menginjaknya!

Melihat keadaan laptop yang menggenaskan, Janet tertawa senang.

Cora yang sedari tadi mematung, merangkak untuk meraih laptopnya. Dengan tangan gemetar, ia memeluknya.

“Eric… kamu…” seru Cora dengan airmata bercucuran. Ia tidak menyangka Eric begitu tega melakukan hal seperti itu.

“Nenek Anjani benar. Tidak seharusnya aku mempercayaimu…”

Sambil berusaha bangkit berdiri, Cora menatap Eric dengan tajam seraya mengacungkan telunjuknya.

“Apa katamu?” sergah Eric dengan tatapan tajam. “Kamu dan nenek tua itu sama saja. Bodoh dan menyusahkan!”

“Tunggu!” seru Janet tiba-tiba. Ia dengan cepat mendekat, lalu meraih tangan Cora dengan kasar.

“Sayang, bukankah ini cincin nenekmu?” Tatapan mata Janet terarah pada sebuah cincin di jari telunjuk Cora.

“Kamu mencurinya!” tuduh Eric saat ia melihat cincin itu.

Cora menggeleng. “Nenek memberikan cincin itu untukku!”

“Pembohong! Kamu tahu harga cincin ini sangat mahal! Tidak mungkin nenek memberikan ini untukmu” Eric dan Janet menarik cincin itu dengan kasar dari jari Cora tanpa mempedulikan Cora yang berteriak kesakitan.

Setelah itu, Eric memerintahkan pelayan untuk menyeret Cora keluar.

Tanpa bisa melawan, Cora diseret dan dihempaskan ke jalanan, bersama sebuah koper yang berisi barang-barang miliknya.

“Kalian benar-benar keterlaluan!” teriak Cora dengan bibir bergetar, menatap kedua pengkhianat di depannya.

“Pergi! Sebelum aku memanggil polisi dan menuntutmu karena mencuri cincin ini! Aku tidak mau melihatmu ada di kota ini lagi!” usir Eric sambil ia mengenakan cincin bermata satu itu di jari kelingkingnya dengan tatapan puas. Setelah itu, ia dan Janet berjalan masuk ke dalam rumah.

Suara tawa mereka yang terdengar samar di telinga Cora, menorehkan luka yang semakin dalam di hatinya.

“Aku tidak akan membiarkan kalian menikmati jerih payahku!” tekad Cora sambil menatap rumah besar didepannya dengan geram.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Misya Lively
Iya kak betul hehehe
goodnovel comment avatar
Misya Lively
Spin off kak, cerita Reno Afrizal
goodnovel comment avatar
Putri Wati Ambar
thor ini lanjutan Bastian~Kanaya bukan?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 207 Tidak Lagi Keberatan

    Reno tersenyum menyeringai. Ia tahu Cora “menjual mahal”. Sebab, Ia bisa merasakan reaksi tubuh Cora menginginkan hal yang sama dengannya.“Seratus persen…” jawabnya dengan suara serak dan rendah sembari Ia menggulir rambut Cora ke samping, untukmemberinya akses pada leher jenjang putih di hadapannya.Lalu seperti bisa mencium gairah yang Cora miliki untuknya, Reno menghirup dan mengecup tengkuk Cora dengan gerakan perlahan, menyusuri inchi demi inchi leher putih mulus itu.Kedua tangannya kembali melingkari pinggang Cora, menjelajah melalui bahan sutra tipis dingin yang membalut perut ramping gadis itu.Satu tangannya naik ke atas, bermain dengan salah satu puncak bukit kembar yang tampak mencuat dibalik gaun sutra itu.Sementara itu, satu tangannya lainnya mulai bergerak turun. Ia berkata dengan suara parau diantara cumbuannya, “Lagipula, aku—sangat pandai membuat rasa penasaranmu teralihkan…”“Bahkan…aku akan membuatmu melupakan mobil itu malam ini…” Cora memejamkan matanya, dan t

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 206 The Minivan

    “Mobil apa sebenarnya?” Cora menatap mobil silver bergaya futuristik yang terparkir di halaman.Setelah pengakuan cinta Reno, hubungan Reno dan Cora mencair seperti sebelumnya. Dan selagi Reno menghangatkan kembali minuman coklat yang dibuatnya sebelumnya, Cora menunggu sambil menikmati pemandangan alam dari teras kamar mereka.Namun saat tengah mengamati keadaan di sekelilingnya, tidak sengaja Cora mendapati mobil yang tadi dikendarai Reno terparkir persis di bawah lampu taman.Dari tempatnya berdiri, Cora bisa melihat exterior mobil itu dengan jelas.Mobil itu memiliki profil menyerupai minivan futuristik yang kotak, dengan garis-garis tajam dan tepian yang tegas. Dilengkapi dengan 6 buah roda yang terlihat kuat dan kokoh.Dan yang membuat Cora bertambah heran adalah ukuran mobil itu yang tampak lebih besar dari bagian dalam yang hanya cukup untuk 2 orang saja. Bukankah hal itu aneh? Kecuali jika mobil itu mempunyai fungsi lain yang tidak ia ketahui.“Kamu suka?” Tiba-tiba saja Re

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 205 Pengakuan

    Cora refleks menyapu pandangan ke sekeliling ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar.Sebuah kamar berdekorasi rustic bercampur modern dengan warna-warna netral dan membumi yang terlihat hangat dan nyaman. Sebuah ranjang terlihat berada di tengah ruangan, tepat menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan Kota Fragrant Harbour yang beberapa saat lalu dikaguminya. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian Cora. Di dinding kamar itu tergantung foto-foto lain dalam bingkai-bingkai yang lebih kecil, berbeda ukuran dan bentuk.Cora refleks berjalan menghampiri foto terdekat dan mendapati foto saat Reno berlutut di hadapannya sedang memasang anklet Madam Allegra di kakinya dalam acara malam dana beberapa waktu yang lalu.Cora tidak tahu dari mana Reno mendapatkan foto candid itu, namun kedua mata mereka yang tertangkap kamera tengah saling melirik itu, terlihat seperti tatapan mata sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Penuh kekaguman, rasa memiliki, namun juga terlihat

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 204 Tak Ada Dirinya

    “Berhenti berpura-pura tidak tahu!” Melihat reaksi Reno, Cora bertambah kesal saja. Refleks ia mendaratkan tinju kecilnya di dada bidang pria di hadapannya.Akan tetapi Reno justru mengulum senyum. Sekarang ia tahu alasan Cora marah padanya selama beberapa hari belakangan ini.“Kamu cemburu?” tanya Reno dengan ekspresi wajah menahan tawa. Ia berusaha tampak serius, namun sangat sulit kala hatinya sangat girang menyadari Cora cemburu.Cora sempat tertegun mendengar pertanyaan itu, namun ia segera menutupinya dengan kembali mendaratkan tinju di dada bidang Reno. “Untuk apa cemburu?!”“Jadi kamu yang mendengar percakapanku dan kakek malam itu?” ucap Reno dengan playful menjentikkan ujung hidung Cora. Ia ingat mendengar benda terjatuh dari ruangan sebelah. Namun saat ia mengeceknya, ia tidak melihat siap-siapa saat itu. Sekarang, ia yakin Cora adalah culpit-nya!“Aaahhh! Reno!” Cora bertambah kesal. Kenapa Reno justru menggodanya? Ia berusaha menjauh dan melepaskan tangan Reno.Namun usah

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 203 Tidak Ada Wanita Lain

    Cora berjalan pelan mengikuti Reno memasuki kabin kayu berwarna coklat kemerahan. Ia memperhatikan dengan seksama interior kabin itu.Dari luar, kabin itu tampak sederhana. Seperti sebuah kabin kayu yang terbuat dari kayu log besar yang dijejer menjadi dinding. Terlihat rustic dan menyatu dengan alam.Akan tetapi interior bagian dalam kabin itu sama sekali tidak sederhana.Ruangan di dalam kabin berkesan hangat dan nyaman dengan pencahayaan yang cukup dan suhu yang sejuk.Perabotan bergaya rustic di dalam kabin adalah keluaran brand terkenal yang bernilai tinggi dan dibuat dari bahan berkualitas yang tinggi. Semua tertata dan terjaga dengan sangat baik. Tidak tercium aroma lembab atau kayu yang membusuk, dan tidak pula terkesan kesan suram.Kabin itu adalah perwujudan rumah pedesaan dengan fasilitas mewah bergaya tradisional.“Kamu bisa melihat-lihat, aku buatkan minuman hangat…” ujar Reno sebelum ia berjalan menuju area dapur. Cora tidak menyahutinya. Ia terus berjalan melihat-li

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 202 Bohongi Hati

    Reno menatap Cora dengan tidak mengerti. Padahal Ia berharap lagu itu bisa memberi petunjuk pada Cora tentang perasaannya. Seperti… cintanya yang bersemi kembali.Reno ingat benar, Cora sangat menyukai lagu-lagu Andmesh jaman dulu. Kenapa tiba-tiba dia berubah?“Tapi—kamu sangat suka lagu-lagu—”“Siapa bilang? Lagu jadul seperti ini?!” sergah Cora sambil melipat tangan di depan dada lalu melengos melihat keluar jendela.Reno masih menatap dengan tidak mengerti saat Aero memainkan lagu lain. Kali ini lagu Cintanya aku yang dinyanyikan oleh Tiara Andini.“Tergetar aku tepat di hadapanmuDebar jantungku berdetak saat kugenggam tanganmu…Beruntung aku kini dapatkan cintamuYang tercantik di hatiku sejak awal ku bertemuJanji padaku jangan kau lukai hati seperti kisah yang lalu…”“Ganti! Mainkan Bohongi Hati!” seru Cora dengan tiba-tiba sambil ia memicingkan mata pada Reno.Reno mengernyitkan keningnya. Kenapa dia menatapnya seakan ingin mengulitinya? Dan lagu Bohongi Hati? Apa itu sebuah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status