Share

Bab 37 Silver Spoon

Author: Misya Lively
last update Last Updated: 2025-04-26 21:49:27

“Re-reno, apa maksudmu aku tidak membayarnya dengan uang? Lalu—aku harus bayar dengan apa?” tanya Cora sekali lagi.

Kesepakatan apa lagi yang Reno inginkan darinya untuk laptop ini?

“Menurutmu? Dengan apa lagi kamu—bisa membayarnya selain dengan uang? Kamu bisa mengira-ngira berapa harga laptop ini kan?” tanya Reno dengan mengerling, menyiratkan berbagai hal yang ada di benak Reno, yang tidak bisa Cora pastikan.

Reno tersenyum miring, lalu bergerak mundur, kembali duduk bersandar. Ia meraih telepon genggamnya saat ada notifikasi pesan masuk.

Kening Cora berkerut memikirkan ucapan Reno. Ia memprediksi harga laptop baru dengan spec seperti itu pastilah di atas 40 juta. Dan Reno tidak ingin ia membayarnya dengan uang. Lantas dengan apa ia membayar laptop itu?

50 juta… apa yang ia miliki bisa setara 50 juta…

Cora melihat tangannya. Hanya ada jam tangan berharga 2-3 juta saja dipergelangannya.

Lalu, cincin kawin dari Reno. Tidak mungkin ia membayarnya dengan cincin itu, meski ia memprediks
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Julita Megasari
jangan2 ada Bastian dan Kanaya ...
goodnovel comment avatar
Asmarani
Santai aja kak… pemanasan aja dlu wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Wahyu Ramawati
siapa ya kira² orang itu...Eric kah ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 63 Dibalik Layar

    Reno memutar tubuhnya sehingga ia berhadapan langsung dengan asistennya itu. “Heri, jangan beritahu Cora mengenai hal ini terlebih dahulu. Tidak sebelum kita bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi,” perintah Reno dengan raut wajah serius. Ia tengah memikirkan sesuatu.“Tapi kenapa Bos? Bukankah Nona Cora berhak untuk mengetahuinya?”Reno duduk di kursinya. “Aku tidak ingin membuatnya panik atau kepikiran mengenai hal ini. Dia perlu fokus pada kompetisi yang akan dihadapinya.”“Tugaskan orang untuk menjaga Cora secara diam-diam. Aku khawatir Eric menjadi semakin nekat setelah Cora mengambil cincin itu darinya,” perintah Reno sambil menatap Heri dengan serius.“Baik Bos,” jawab Heri sambil melirik Reno. Ia tersenyum membaca pikiran bosnya itu. Bosnya itu tidak hanya melindunginya diam-diam, tetapi dia juga tidak ingin membebani pikiran Cora dengan fakta mengejutkan yang masih membutuhkan pembuktian agar Cora bisa tetap fokus memperjuangkan hak paten atas karyanya.Sementara di saa

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 62 Value Sebuah Cincin

    Reno menatap wajah pria berkharismatik di foto hitam putih itu.“Dia adalah Aksara Wijaya, kakek Anjani. Dia yang mendirikan perusahaan yang menjadi cikal bakal Wijaya Corporation saat ini.”“Aksara Wijaya…” gumam Reno sambil ia men-scroll lagi gambar-gambar itu, mencari foto di masa yang berbeda. Reno berhenti pada foto Anjani saat remaja. Dia tengah berfoto bersama keluarganya. Tidak ada sang kakek di foto yang mulai berwarna itu.“Ini Anjani dan ini—ayahnya?” tanya Reno sambil menunjuk seorang pria yang tersenyum di samping Anjani remaja.Heri mendekat. Ia memicingkan matanya memperjelas pengelihatannya. “Iya Bos. Dia Genta Wijaya, ayah Anjani, dan ini ibunya,” tunjuk Heri.“Biar kutebak. Genta tidak punya anak laki-laki, benar?” ujar Reno sambil melirik Heri.“Benar, Bos. Bagaimana Bos bisa tahu?” “Sebab di beberapa foto keluarga, hanya ada dua orang anak perempuan, Anjani dan satu lagi anak perempuan—adiknya?” tebak Rrno lagi.“Benar Bos.” Heri tersenyum mengagumi ketelitian b

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 61 Bantuan Keluarga

    Reno duduk santai di kursi sambil mendekatkan telepon genggamnya ke telinga, menunggu Bastian—saudara sepupunya di Emerald City untuk mengangkat panggilan telepon itu.Dan akhirnya Bastian mengangkatnya. “Halo Ren. Tumben kamu telepon. Ada apa?” terdengar suara maskulin pria itu dari seberang sambungan telepon.Reno tertawa kecil membayangkan wajah saudaranya itu. “Buat apa aku sering-sering menghubungimu? Kalau bisa, aku lebih memilih menghubungi Kanaya dan keponakan-keponakanku yang lucu-lucu… tapi…”Terdengar tawa Bastian. “Kamu boleh menghubungi Kenzo dan Freya kapanpun kamu inginkan. Tetapi Kanaya? Kamu perlu ijin dariku!” Freya dan Kenzo adalah anak-anak Bastian—keponakan Reno. Sedangkan Kanaya adalah istri Bastian—yang pernah menarik hati Reno cukup dalam beberapa tahun yang lalu. Perhatian Reno pada wanita cantik yang kala itu menjadi istri siri Bastian, membuat Bastian sangat cemburu padanya. Terlebih, Reno beberapa kali menyelamatkan Kanaya dari bahaya yang mengancamnya

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 60 Keluarga Wijaya

    Heri masih memikirkan mengenai Gilang dan Anjani saat Reno menepuk lengannya.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Reno sambil tersenyum miring. “Tidak Bos, maaf. Saya hanya memikirkan perkataan Rendy,” jawab Heri sambil tersenyum kikuk karena kepergok melamun.“Apa kata Rendy?” Reno jadi ikut penasaran.“Rendy bilang, menurut informasi yang ia dapat, Gilang sangat loyal kepada Anjani. Dan begitu pula Anjani. Sampai-sampai Anjani menghadiahkan Gilang sebuah rumah yang besar karena loyalitasnya.”“Tidak ada yang masuk akal. Terus gali dan cari keberadaan Gilang dan Damar. Kalian menemukan Damar, kalian pasti akan menemukan Gilang,” perintah Reno.“Sekarang, mengenai keluarga Wijaya…” Reno memberi kode dengan menjentikkan jarinya, meminta Heri segera memberikan informasi yang dia dapat.Heri mendekat dan menggeser layar tab yang dipegang Reno.“Ini adalah foto keluarga Anjani saat suami dan anak-anaknya masih hidup.” Heri mengetap salah satu foto dari beberapa yang ada di sana.“Anak-anakny

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 59 Sang Asisten

    Hari Sabtu pagi, di rumah di jalan Evergreen, Reno memasuki ruangan kerjanya diikuti oleh Heri. Setelah Heri menutup pintu dengan rapat, Reno bertanya sembari ia duduk di kursi. “Sudah kamu temukan Gilang?”Sudah beberapa hari sejak ia memberi asistennya itu perintah untuk menyelidiki Gilang— asisten pribadi Anjani Wijaya, serta keluarga Wijaya.Dan ia sengaja memanggil Heri untuk membicarakan hal itu. Heri berhenti di samping Reno. “Maaf Bos,” Ia menjawab dengan raut wajah yang pelik. Sebab, ia tidak berhasil menemukan orang itu.“Saya dan Rendy sudah berusaha mencari jejak keberadaan Gilang. Bahkan Rendy sudah pergi ke kampung halamannya di Elmond. Tetapi kami tidak berhasil menemukan Pak Gilang ataupun Pak Damar. Mereka seperti hilang ditelan bumi, tidak ada yang pernah melihat mereka sejak dua bulan yang lalu,” papar Heri.“Ini foto lama mereka.” Ia lalu memberikan Reno sebuah tab dengan penampakan foto dua orang pria berusia hampir lima puluhan tahun di layarnya. Reno memperha

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 58 Mata-Mata

    Di dalam sebuah mobil sedan, Sofyan sedang berbicara dengan seorang pria berusia tiga puluhan tahun.Pria itu memberikan Sofyan beberapa lembar foto. Foto-foto Cora dan Reno.Foto-foto itu diambil saat mereka tengah berada di restoran Silver Spoon, dan sebagian lagi saat keduanya tengah berada di lobi gedung Renowed Innovation dan Lumiere.“Sepertinya mereka tidak berpura-pura. Anak bapak dan perempuan itu terlihat seperti sepasang suami istri yang saling mencintai satu sama lain,” ujar pria yang duduk di samping Sofyan sambil ia memperhatikan Sofyan yang tampak tidak senang dengan apa yang dilihatnya.“Ini karena mereka mau kita melihatnya seperti itu. Reno tidak mungkin menyukai perempuan seperti dia! Dan dia sama sekali tidak pantas untuk anakku!” Nada suara Sofyan terdengar gusar. Pria di sebelahnya mengangkat bahunya. Ia hanya mengatakan apa yang dilihatnya selama ia menguntit Reno selama beberapa hari terakhir.“Bagaimana dengan perempuan itu mendaftar kompetisi IJD. Apa kamu

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 57 Rasa Takut

    Cora menatap Reno menunggu persetujuannya. Apakah—dia keberatan?“Aku pikir sofa itu terlalu kecil untukmu. Tapi kalau kamu keberatan, biar aku yang tidur di sana. Tidak apa,” ucap Cora sambil tersenyum. Ia hendak bergerak turun saat tangan Reno mencegahnya.“Tidurlah,” ucap Reno sambil ia sendiri berbaring di sisi ranjangnya.Tadinya Ia membiarkan Cora untuk tidur di ranjang setelah apa yang dialaminya hari ini. Namun setelah ia pikir-pikir, Cora ada benarnya juga. Sofa itu memang terlalu kecil untuknya. Dan tidur di kamar lain akan membuat kecurigaan pada mata-mata Papanya. Berbagi ranjang dengan Cora mungkin pilihan tepat untuk mereka malam ini.Melihat Reno berbaring, Cora pun berbaring, dibatasi oleh garis imaginari diantara mereka.Cora menarik nafas dan memejamkan matanya. Namun kejadian hari ini terus membayanginya. Meskipun Reno sudah berhasil menyelamatkannya, namun ia tidak bisa melupakan raut wajah bengis dan kata-kata Eric saat pria itu menekannya di meja. Ya Tuhan, ap

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 56 Rasa Menyenangkan

    “Cincin ini. Kenapa kalian memperebutkannya?” Reno menatap cincin bergaya klasik di jari telunjuk Cora.Dilihat dari batu berlian yang ada di cincin itu, terlihat tidak terlalu istimewa. Bukan jenis yang langka meskipun ukurannya cukup besar.Rasanya aneh mengingat bagaimana Eric mempertahankan cincin itu. Padahal bagi pengusaha sekelas Eric, dia bisa dengan mudah membeli yang lebih bagus dan lebih mahal.Cora mengangkat tangannya dan ia menatap cincin itu. Dilepaskannya cincin itu dan diberikannya kepada Reno.“Cincin ini pemberian Nenek Anjani. Dia menberikannya padaku dua hari sebelum beliau meninggal.” Tampak kesedihan di wajah Cora saat menceritakan wanita lanjut usia itu.Reno memperhatikan cincin itu dengan seksama dan mendapati inisial dibelakang cincin itu. AW. Ini pasti inisial Anjani Wijaya, pikirnya. “Bagaimana Eric bisa memilikinya?” Ia mengangkat pandangannya, menatap Cora, sembari mengembalikannya cincin itu padanya.“Eric mengambilnya dariku saat dia dan Janet mengus

  • Kesepakatan Hati: Terjebak Pelukan Sang Mantan   Bab 55 Like A Husband

    “Dia akan baik-baik saja. Hanya sedikit syok.” Edwin Pamungkas—teman Reno yang berprofesi sebagai seorang dokter baru saja memeriksa keadaan Cora. Dia menutup pintu kamar dan berjalan bersama Reno disebelahnya.“Bagaimana dengan tangannya? Apakah ada cedera?” tanya Reno dengan ekpresi khawatir.Kedua tangan Cora sangat penting bagi gadis yang berprofesi sebagai designer itu. Apalagi Cora tengah mempersiapkan diri dalam kompetisi IJD yang akan segera dimulai.Edwin mengangkat ujung bibirnya melihat ekspresi wajah Reno. Sudah sejak lama ia tidak melihat temannya itu mengkhawatirkan seorang wanita. “Kamu terlihat sangat khawatir. Kukira pernikahan kalian hanya pura-pura,” ucap Edwin dengan memberi tatapan menggoda.“Ssst…” desis Reno sambil memberi Edwin pelototan.“Sori, aku lupa,” ucap Edwin dengan terkekeh.“Tangannya baik-baik saja. Hanya sedikit memar. Untungnya orang itu tidak memegangnya di pergelangan tangannya. Kalau itu terjadi, bisa saja bekas kemarin kembali cedera,” terang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status