Mag-log in“Mensponsori?”
Ucapan Reno dengan nada heran bercampur sinis itu tidak enak terdengar di telinga Cora, tetapi ia sudah menduganya. Reno tidak akan begitu saja menyetujui permintaannya. Selain mereka baru saja bertemu setelah sekian lama, hubungan mereka di masa lalu pun meninggalkan kesan buruk bagi pria itu. “Lumiere,” ucap Cora sambil menatap Reno. “Aku tahu perusahaan milikmu itu tidak ikut mendaftar kompetisi tahun ini. Tetapi dengan aku bergabung di sana, aku bisa membawa nama Lumiere dan mewakilinya dalam ajang bergengsi itu.” Cora menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya, berharap Reno tertarik dengan rencananya. “Mengapa kamu berpikir aku mau kamu mewakili perusahaanku? Siapa dirimu?” Lagi-lagi nada sarkas dan sindiran itu terdengar jelas dari ucapan Reno. Cora tidak memasukkannya ke hati. Ia tahu tidak mudah meyakinkan Reno. Akan tetapi ia tetap harus mencobanya. “Karena aku, akan memenangkan kompetisi itu untukmu dan membuat Lumiere dikenal banyak orang,” ucap Cora dengan tatapan yakin dan penuh percaya diri. Saat Reno memberinya ekspresi tidak percaya, Cora memberi Reno sebuah sketsa lain, sebuah kalung dengan badulan berbentuk bintang berjejer memanjang. Saat Reno melihat sketsa itu, dan Cora tahu Reno mengenalinya. Kalung itu diberi nama The Fame dan sempat menjadi tren di kalangan wanita di Fragrant Harbour. “Ini adalah karyaku.” Cora menunjuk sketsa itu kemudian menatap Reno. Pandangan mata Reno langsung terangkat, dan mereka berdua saling menatap. “Kamu adalah Muse?” tanyanya dengan tidak yakin. Cora mengangguk perlahan. Muse adalah nama samaran yang dipilihkan Anjani untuknya saat mereka melakukan launching kalung The Fame setahun yang lalu. Tidak banyak yang tahu siapa Muse sebenarnya. “Kenapa tidak meminta Crystal Bloom mensponsorimu? Bukankah Muse bekerja pada Crystal Bloom?” Reno masih tidak sepenuhnya percaya. “Tidak lagi,” jawab Cora setelah ia menghela nafas. Ingatan akan pengkhianatan Eric kembali membuatnya sakit hati. Crystal Bloom adalah perusahaan perhiasan yang dimiliki keluarga Wijaya. Dan setelah meninggalnya Anjani, mantan tunangannya itu memimpin seluruh perusahaan keluarga Wijaya, termasuk Crystal Bloom. “Kenapa?” Reno kembali bertanya. Ia tidak puas dengan jawaban Cora. “Mereka—mensponsori orang lain…” jawab Cora dengan hati yang sakit. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, tidak ingin Reno melihat luka di hatinya karena pengkhianatan Eric. “Jadi… kamu mencariku hanya karena mereka mensponsori orang lain? Mereka bisa saja mensponsori lebih dari satu…” tanya Reno dengan tatapan meledek, sebelum tatapan itu berubah menjadi serius kembali. “Apa yang sebenarnya tujuanmu?” “Aku hanya ingin memenangkan kompetisi itu,” jawab Cora dengan menatap ke depan. “Ada lebih dari itu!” ucap Reno dengan tatapan tidak percaya. “Kalau kamu mau aku mensponsorimu, kamu harus jujur padaku!” Kedua mata Reno menatap dengan tegas. Dia tidak main-main dengan ucapannya. Kedua mata mereka bertemu untuk sesaat sebelum Cora menurunkannya. Tampaknya ia harus mengatakan apa yang terjadi. “Mereka mencuri sesuatu dariku. Hasil karyaku!” ucapnya dengan geram sambil kembali menatap Reno. Pancaran matanya kali ini terlihat tajam— teringat apa yang terjadi hari itu saat Eric mengusirnya dengan kejam. “Dan aku—tidak akan membiarkan mereka memenangkan kompetisi dengan hasil karyaku!” Sebelumnya, Cora mendengar bahwa Crystal Bloom mensponsori Janet ikut dalam kompetisi. Dan mereka akan membawa Adorable Glam ikut dalam kompetisi itu. Padahal dirinya lah yang telah bekerja keras menciptakan Adorable Glam untuk ia ikut sertakan dalam kompetisi itu. Itu sebabnya ia ingin mengikuti kompetisi itu, untuk memenangkannya. Ia tidak rela membiarkan mereka menang dengan menggunakan karya miliknya! Dan untuk bisa mengikuti kompetisi itu, ia membutuhkan sponsor. Dan Lumiere memenuhi syarat untuk mensponsorinya ikut dalam kompetisi bergengsi itu. Cora kembali menatap Reno dengan kedua mata berbentuk foxy miliknya. “Reno, sponsori aku dalam kompetisi itu. Dan perhiasan ini…” Ia menunjuk sketsa perhiasan dengan ornamen bunga tulip merah, lalu kembali menatap Reno dengan penuh arti. “…akan membuat Lumiere menjadi terkenal.” Untuk sesaat, Cora mendapati pancaran mata pria dihadapannya ini berubah, sebelum kembali terlihat dingin. “Pergi bersamaku malam ini,” ucap Reno sambil menatap ke depan. “A-apa?” Cora tidak yakin dengan apa yang di dengarnya. Reno tersenyum miring. “Kalau kamu ingin aku mensponsorimu, kamu harus melakukan sesuatu untukku.” Cora menghela nafas. “Apa yang kamu inginkan?” tanyanya dengan penuh selidik. Ia memang membutuhkan Reno. Tetapi kalau Reno memintanya melakukan sesuatu yang tidak-tidak… “Makan malam. Akan aku jelaskan padamu nanti,” jawabnya sambil melirik Cora kemudian pada jam tangannya. Saat itu mobil berhenti di depan sebuah gedung. Dan Heri—asisten pribadi Reno— yang duduk di kursi penumpang depan beranjak turun dan membukakan pintu. Cora serta merta ikut keluar saat Reno melangkah keluar. “Berikan alamatmu padanya, akan kujemput nanti malam,” ujar Reno dengan datar sambil menunjuk Heri dengan matanya sebelum ia melangkah pergi. Cora menatap punggung pria bertubuh tinggi itu melangkah dengan elegan memasuki gedung di depannya. Ia tidak tahu apa yang Reno inginkan darinya, tetapi ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.Reno tersenyum menyeringai. Ia tahu Cora “menjual mahal”. Sebab, Ia bisa merasakan reaksi tubuh Cora menginginkan hal yang sama dengannya.“Seratus persen…” jawabnya dengan suara serak dan rendah sembari Ia menggulir rambut Cora ke samping, untukmemberinya akses pada leher jenjang putih di hadapannya.Lalu seperti bisa mencium gairah yang Cora miliki untuknya, Reno menghirup dan mengecup tengkuk Cora dengan gerakan perlahan, menyusuri inchi demi inchi leher putih mulus itu.Kedua tangannya kembali melingkari pinggang Cora, menjelajah melalui bahan sutra tipis dingin yang membalut perut ramping gadis itu.Satu tangannya naik ke atas, bermain dengan salah satu puncak bukit kembar yang tampak mencuat dibalik gaun sutra itu.Sementara itu, satu tangannya lainnya mulai bergerak turun. Ia berkata dengan suara parau diantara cumbuannya, “Lagipula, aku—sangat pandai membuat rasa penasaranmu teralihkan…”“Bahkan…aku akan membuatmu melupakan mobil itu malam ini…” Cora memejamkan matanya, dan t
“Mobil apa sebenarnya?” Cora menatap mobil silver bergaya futuristik yang terparkir di halaman.Setelah pengakuan cinta Reno, hubungan Reno dan Cora mencair seperti sebelumnya. Dan selagi Reno menghangatkan kembali minuman coklat yang dibuatnya sebelumnya, Cora menunggu sambil menikmati pemandangan alam dari teras kamar mereka.Namun saat tengah mengamati keadaan di sekelilingnya, tidak sengaja Cora mendapati mobil yang tadi dikendarai Reno terparkir persis di bawah lampu taman.Dari tempatnya berdiri, Cora bisa melihat exterior mobil itu dengan jelas.Mobil itu memiliki profil menyerupai minivan futuristik yang kotak, dengan garis-garis tajam dan tepian yang tegas. Dilengkapi dengan 6 buah roda yang terlihat kuat dan kokoh.Dan yang membuat Cora bertambah heran adalah ukuran mobil itu yang tampak lebih besar dari bagian dalam yang hanya cukup untuk 2 orang saja. Bukankah hal itu aneh? Kecuali jika mobil itu mempunyai fungsi lain yang tidak ia ketahui.“Kamu suka?” Tiba-tiba saja Re
Cora refleks menyapu pandangan ke sekeliling ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar.Sebuah kamar berdekorasi rustic bercampur modern dengan warna-warna netral dan membumi yang terlihat hangat dan nyaman. Sebuah ranjang terlihat berada di tengah ruangan, tepat menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan Kota Fragrant Harbour yang beberapa saat lalu dikaguminya. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian Cora. Di dinding kamar itu tergantung foto-foto lain dalam bingkai-bingkai yang lebih kecil, berbeda ukuran dan bentuk.Cora refleks berjalan menghampiri foto terdekat dan mendapati foto saat Reno berlutut di hadapannya sedang memasang anklet Madam Allegra di kakinya dalam acara malam dana beberapa waktu yang lalu.Cora tidak tahu dari mana Reno mendapatkan foto candid itu, namun kedua mata mereka yang tertangkap kamera tengah saling melirik itu, terlihat seperti tatapan mata sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Penuh kekaguman, rasa memiliki, namun juga terlihat
“Berhenti berpura-pura tidak tahu!” Melihat reaksi Reno, Cora bertambah kesal saja. Refleks ia mendaratkan tinju kecilnya di dada bidang pria di hadapannya.Akan tetapi Reno justru mengulum senyum. Sekarang ia tahu alasan Cora marah padanya selama beberapa hari belakangan ini.“Kamu cemburu?” tanya Reno dengan ekspresi wajah menahan tawa. Ia berusaha tampak serius, namun sangat sulit kala hatinya sangat girang menyadari Cora cemburu.Cora sempat tertegun mendengar pertanyaan itu, namun ia segera menutupinya dengan kembali mendaratkan tinju di dada bidang Reno. “Untuk apa cemburu?!”“Jadi kamu yang mendengar percakapanku dan kakek malam itu?” ucap Reno dengan playful menjentikkan ujung hidung Cora. Ia ingat mendengar benda terjatuh dari ruangan sebelah. Namun saat ia mengeceknya, ia tidak melihat siap-siapa saat itu. Sekarang, ia yakin Cora adalah culpit-nya!“Aaahhh! Reno!” Cora bertambah kesal. Kenapa Reno justru menggodanya? Ia berusaha menjauh dan melepaskan tangan Reno.Namun usah
Cora berjalan pelan mengikuti Reno memasuki kabin kayu berwarna coklat kemerahan. Ia memperhatikan dengan seksama interior kabin itu.Dari luar, kabin itu tampak sederhana. Seperti sebuah kabin kayu yang terbuat dari kayu log besar yang dijejer menjadi dinding. Terlihat rustic dan menyatu dengan alam.Akan tetapi interior bagian dalam kabin itu sama sekali tidak sederhana.Ruangan di dalam kabin berkesan hangat dan nyaman dengan pencahayaan yang cukup dan suhu yang sejuk.Perabotan bergaya rustic di dalam kabin adalah keluaran brand terkenal yang bernilai tinggi dan dibuat dari bahan berkualitas yang tinggi. Semua tertata dan terjaga dengan sangat baik. Tidak tercium aroma lembab atau kayu yang membusuk, dan tidak pula terkesan kesan suram.Kabin itu adalah perwujudan rumah pedesaan dengan fasilitas mewah bergaya tradisional.“Kamu bisa melihat-lihat, aku buatkan minuman hangat…” ujar Reno sebelum ia berjalan menuju area dapur. Cora tidak menyahutinya. Ia terus berjalan melihat-li
Reno menatap Cora dengan tidak mengerti. Padahal Ia berharap lagu itu bisa memberi petunjuk pada Cora tentang perasaannya. Seperti… cintanya yang bersemi kembali.Reno ingat benar, Cora sangat menyukai lagu-lagu Andmesh jaman dulu. Kenapa tiba-tiba dia berubah?“Tapi—kamu sangat suka lagu-lagu—”“Siapa bilang? Lagu jadul seperti ini?!” sergah Cora sambil melipat tangan di depan dada lalu melengos melihat keluar jendela.Reno masih menatap dengan tidak mengerti saat Aero memainkan lagu lain. Kali ini lagu Cintanya aku yang dinyanyikan oleh Tiara Andini.“Tergetar aku tepat di hadapanmuDebar jantungku berdetak saat kugenggam tanganmu…Beruntung aku kini dapatkan cintamuYang tercantik di hatiku sejak awal ku bertemuJanji padaku jangan kau lukai hati seperti kisah yang lalu…”“Ganti! Mainkan Bohongi Hati!” seru Cora dengan tiba-tiba sambil ia memicingkan mata pada Reno.Reno mengernyitkan keningnya. Kenapa dia menatapnya seakan ingin mengulitinya? Dan lagu Bohongi Hati? Apa itu sebuah







