Passionate Love.5 buah perhiasan dengan ornamen berbentuk kuntum bunga tulip berwarna merah itu, tertata di dalam sebuah Gucci lizzard leather briefcase berwarna hitam.Tas itu diperuntukkan untuk membawa perhiasan berharga, seperti set perhiasan dengan batu ruby berwarna pigeon blood—warna deep red yang vibrant yang akan Cora presentasikan dalam kompetisi IJD hari ini.Cora menutup ras itu dan menguncinya setelah memastikan semua perhiasan itu dalam keadaan baik. Baru saja Cora menutup tas itu, sebuah ketukan terdengar di pintu ruangan kerjanya. Cora mengangkat wajahnya dan tersenyum saat melihat Reno berdiri di pintu ruangan kerjanya, dengan satu tangan memegang seikat buket bunga tulip merah dengan campuran bunga gypsophilea merah dan putih.“Jody, tolong bawa ini…” Cora memberikan Jody tas Gucci berisi Passionate Love dan mengisyaratkan bodyguardnya itu untuk meninggalkan mereka berdua.Reno masuk dan langsung menghampiri Cora. “Ini untukmu. Aku harap semua berjalan dengan lanc
Setelah meredakan diri dari gejolak gelora pagi mereka, Cora yang terlebih dahulu mandi dan berpakaian.Ia harus segera pergi ke Lumiere, karena hari ini ia akan mempresentasikan prototipe Passionate Love yang sudah ia persiapkan sebelumnya dalam 5 besar peserta kompetisi.Cora meraih tas belanja dari apotik yang ia datangi kemarin. Ia menaruh tabung berisi pengaman ke dalam laci meja nakas, dan merasa kesal karena Reno tidak mengenakan pengaman yang ia berikan. Padahal pria itu tahu ia—mereka berdua, belum siap untuk memiliki anak saat itu.Cora melirik pintu kamar mandi di mana Reno berada saat ini.Cora berpikir, meski fisik mereka siap, tetapi secara psikis, mental; apakah mereka berdua siap dengan segala konsekuensinya?Cora mendesah pelan. Menyadari ia masih menyimpan rasa sayang yang begitu besar pada Reno. Namun sayangnya, ia tidak tahu bagaimana isi hati pria itu.Apakah keinginan Reno memiliki anak didasari oleh rasa cinta, atau hanya keinginan impulsive semata—karena teka
Reno menyeringai dengan tatapan nakal yang penuh dengan gairah sebelum ia menariknya ke tepi ranjang, sehingga membuat Cora kembali terkesiap.“Reno, kamu—mau apa?”Bibir Reno bergerak tanpa mengeluarkan suara. “Eat you…”Lalu sebelum Cora bisa mencernanya, Reno mulai menarik segitiga berbahan lace putih itu, melucutinya sambil memberi Cora tatapan yang penuh dengan api gairah.Cora menelan ludahnya, merasakan desiran di dalam tubuhnya semakin terasa kuat. Ia berharap-harap cemas.Sebagai seorang wanita dewasa yang telah melakukan hubungan suami-istri, Cora mengerti sedikit ini dan itu mengenai berbagai macam hal dalam bercinta yang ia baca atau dengar.Meski ia dan Reno telah mencoba melakukan berbagai macam gaya dalam berhubungan, mereka belum pernah melakukan… yang satu itu.Dan melihat dari cara Reno menatapnya, Cora merasa Reno akan melakukannya. Namun ia tidak yakin. Bisa saja ia salah.Dan saat Reno berhasil melempar segitiga lace itu ke lantai, Cora menahan nafasnya. Apa yang
Angin kencang menerpa wajah tersenyum Cora. Rambutnya melambai tertiup angin dan Ia memeluk dengan erat pinggang Reno saat motor yang mereka tumpangi meliuk dengan lincah jalanan kota.Emerald City tampak sangat hidup dan ramai oleh kendaraan dan orang yang berlalu lalang di jalanan protokol malam itu.“Lihat!” Dengan satu tangannya Reno menunujuk sebuah bangunan pencakar langit yang tinggi. DPG Corp.—perusahaan keluarga milik keluarga Dwipangga, tempat Reno bekerja selama sebulan terakhir ini.“Cora, suatu saat aku akan memiliki perusahaan yang besar! Lebih besar dari ini! Aku akan merajai semua perusahaan lain!” ucap Reno sambil matanya menatap ke arah gedung yang akan mereka lewati sebentar lagi. Tangan yang tadinya menunjuk gedung itu, saat ini beristirahat dengan santai di atas paha kaki Cira yang duduk membonceng di belakangnya. “Dan saat aku berhasil nanti, kamu adalah Queen-nya, Cora. Aku akan memberimu apa pun yang kamu inginkan!”“Queen?” Cora mengulang kata-kata itu sambi
Reno bicara seakan-akan membicarakan masa depan mereka, membangun keluarga. Tetapi Cora langsung tersadar. Ucapan Reno baru saja adalah sebuah peng-andai-an. Seandainya yang artinya m—jauh dari kenyataan. Karena kenyataannya, bukan itu yang terjadi. Cora ikut terkekeh dan melepaskan tangannya dengan canggung.“Umm… sekarang sudah malam, sebaiknya kita bicara lain waktu. Aku—sebaiknya segera tidur…” ia segera mengalihkan pembicaraan dan merubah posisi duduknya sebelum kembali berbaring.Reno tidak menahannya. Ia ikut berbaring, terlentang menatap langit-langit kamar.Masih ada sesuatu hal yang ingin ia bicarakan dengan Cora.Reno kembali memutar tubuhnya menyamping. “Cora, mengenai permintaan Kakek…”Untuk sesaat Cora menahan nafasnya. Ia pun merasa perlu membicarakan hal itu dengan Reno.Ia memutar tubuhnya hingga mereka berbaring menyamping berhadapan.“Hem… apa yang ingin kamu katakan?” Cora ingin tahu bagaiamana pendapat Reno tanpa kehadiran Azhar di hadapan mereka. “Mengenai a
Cora berbaring menyamping. Pandangan matanya terarah pada satu titik di dinding kamar. Namun pandangan mata itu tampak kosong. Sebab benaknya tengah memikirkan percakapan antara dirinya, Reno dan Azhar. 3 tuntutan Azhar itu membuatnya heran. Azhar memang tidak menunjukkan sikap penolakan terhadapnya. Namun Azhar jika tidak menunjukkan sikap menerimanya dengan tangan terbuka. Bagi Cora, Azhar adalah sosok yang tidak bisa ia tebak. Ia tidak tahu di sisi mana Azhar Dwipangga berdiri. Pria itu jelas menginginkan yang terbaik bagi cucunya. Hanya saja tidak semua orang memiliki standar yang sama ketika mendefinisikan kata “yang terbaik”.Apakah membiarkan Reno menikah dengannya bisa dikategorikan sebagai “yang terbaik” bagi cucunya?Resepsi, bulan madu dan anak.Dan 3 tuntutan itu, sebenarnya hal yang lumrah saja di minta oleh orang tua pasangan suami istri. Akan tetapi jujur, Cora tidak pernah memikirkannya.Bahkan menikah dengan Reno adalah keputusan yang diambilnya tanpa dalam keadaa