Share

Bab 3 Kamar Kita

Author: Secret juju
last update Last Updated: 2025-04-21 10:41:31

"Akhirnya kalian datang juga."

Kalimatnya bukan sambutan. Bukan pula celaan. Elang yang sudah berada di kaki tangga, menghentikan langkahnya. Ia menoleh sebentar ke arah wanita itu.

"Mama."

Hanya satu kata. Tapi cukup untuk memberi tahu Seline bahwa wanita itu bukan sekadar penghuni rumah—dia adalah pemilik suara yang akan sulit diabaikan.

Wanita itu mengalihkan pandangannya ke Seline. Menatap dari atas ke bawah, seolah menilai bukan hanya penampilan, tapi juga keberadaannya secara keseluruhan.

"Selamat datang." Kali ini, nada suaranya sedikit lebih lunak. Tapi tetap terasa kaku—seperti basa-basi yang dipaksa.

Elang melanjutkan langkahnya menaiki tangga tanpa berkata apa-apa. Tak memberi isyarat, tak menunggu. Seline akhirnya memberanikan diri menaiki anak tangga, mengikuti arah yang tadi dilalui Elang.

Di ujung lorong, ada pintu kayu besar yang setengah terbuka.

Di dalamnya, Elang sedang melepas jas hitamnya. Dia berdiri membelakangi pintu, bahunya kokoh, tubuhnya tegap. Tanpa menoleh, ia berkata pelan, datar. “Masuklah,” kata Elang melihat Seline masih belum masuk ke kamar.

“Ini kamar kita. Sisi kanan lemari kosong, kau bisa simpan barang-barangmu di sana.”

Seline berdiri di ambang pintu. “Kamar kita?” tanyanya pelan, setengah gugup.

Elang menoleh sekilas, lalu mengangguk. “Kalau kau tidak nyaman, aku bisa tidur di sofa.”

Seline masuk ke dalam kamar. Ruangannya besar, dengan tempat tidur king size yang diposisikan di tengah. Cermin besar di sudut ruangan memantulkan bayangannya—seorang pengantin wanita dengan mata yang tak lagi berbinar.

“Apa yang akan kita bahas?” Seline memilih duduk di sofa.

Elang berbalik, tangannya terlipat di depan dada, menatap Seline. Gadis yang kini resmi jadi istrinya itu masih mengenakan gaun dan hiasan masih rapi. “Kau saja yang bertanya, aku akan menjawabnya.”

“Apa yang harus aku lakukan di pernikahan ini? Sampai kapan aku harus ada di sampingmu?”

Seline menanyakan hal yang sedari tadi berputar di kepalanya, akan seperti apa pernikahan ini berjalan ke depannya.

“Aku tidak bisa memastikan, yang jelas sampai semuanya mereda. Jika dalam waktu singkat pernikahan ini selesai. Rumor yang beredar akan semakin besar, kau pasti paham maksudku,” jawab Elang tenang. 

“Tentukan batasan-batasannya, aku tidak mau dirugikan, pernikahan ini tidak atas kehendakku, jadi aku tetap harus tahu akan sejauh apa kita.” Seline menatap balik Elang yang masih berdiri di tempatnya.

“Aku tidak akan memberi banyak batasan,” kata Elang lagi, suaranya nyaris seperti gumaman. “Asal kau bisa menjaga sikap, jaga nama baik keluarga, dan jangan ganggu urusan pribadiku, kita tidak akan punya masalah.”

Tatapan itu—dingin, namun tidak kejam. Lebih seperti seseorang yang sudah lama berhenti berharap akan kehangatan dari siapa pun.

“Lalu bagaimana dengan kehidupanku? Aku adalah tulang punggung keluarga,” ujar Seline lagi.

“Kau bisa menjalaninya seperti biasa, sedikit berubah dari gelarmu sebagai istriku.” Elang beranjak menuju lemarinya dan membawakan piyama untuk Seline. “Gantilah bajumu.”

Seline merasa tidak diberi ruang untuk kembali bertanya. Tangannya langsung mengambil piyama hitam yang diberikan Elang. Seline juga berjalan ke sisi ranjang, mengambil bantal, lalu membawanya ke sofa. “Aku saja yang tidur di sofa. Aku rasa begitu lebih adil.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 70 Bersama Sampai Akhir

    Bab 70 Bersama Sampai AkhirLangit sore itu redup, seolah ikut berduka. Angin menggeser dedaunan, menebarkan aroma tanah basah dari makam yang baru ditutup. Di depan nisan marmer putih tanpa hiasan berlebih, Elang berdiri mematung. Tangannya mengepal, kukunya menancap di telapak. Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan apa yang sedang ia rasakan di dalam dada.Di belakangnya, suara langkah para pelayat perlahan menjauh. Tinggal ia, keheningan, dan nama Seline yang terukir rapi.“Seline…” suaranya pecah tipis, “maafkan aku.”Jika saja ia tidak lengah.Jika saja ia lebih cepat.Jika saja ia tidak membiarkan Seline menunggu sendirian.Terlambat.Semuanya sudah terlambat.Dan kini, perempuan yang ia cintai. Perempuan yang tidak pernah menuntut apa pun, meski layak menerima segalanya, pergi begitu cepat.Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, Elang bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ini hukuman?Hukuman karena pernah mempermainkan ikatan pernikahan mereka. Pernikahan yang sejak a

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 69 Dua Kehidupan Baru

    Bab 69 Dua Kehidupan Baru Suara langkah Elang menggema ketika ia berlari masuk ke ruang IGD, memangku tubuh Seline yang gemetar dan menahan perutnya. Nafasnya tersengal, dan wajahnya pucat hampir tanpa warna.“Dokter! Tolong istri saya!” Suara Elang pecah menjadi panik. Tangannya bergetar, memeluk Seline seolah takut perempuan itu menghilang jika dilepaskan sedetik saja.Para perawat segera membawa brankar.“Saya ambil alih, Pak! Taruh istri anda di sini!”Seline meringis kesakitan. “E—Elang… perutku…”Elang mengikuti brankar yang bergerak cepat, wajahnya tegang.“Seline, aku di sini. Sayang, bertahan sedikit lagi, ya? Tolong bertahan.”Detak jantung janin terdengar cepat dan tidak stabil.Dokter wanita berusia empat puluhan memasuki ruangan. “Kondisi kontraksinya sudah sangat kuat. Ada perdarahan dalam. Kita harus segera lahirkan bayi-bayinya.”“Prematur?” tanya Elang dengan suara yang hampir tidak keluar.“Ya. Tapi itu satu-satunya cara menyelamatkan anak dan ibu.”Seline menatap E

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 68 Kepanikan

    Bab 68 KepanikanKarina duduk di balik kemudi, kedua tangannya mencengkeram setir hingga buku jarinya memutih. Sejak Elang dan Seline meninggalkan apartemen tadi, dia mengikuti dari jauh. Bukan untuk berbicara. Bukan untuk meminta penjelasan.Hanya untuk melihat.Untuk memastikan apa yang selama ini menusuk-nusuk isi kepalanya benar. Elang memperlakukan Seline dengan cara yang tidak pernah ia dapatkan.Dari kejauhan, Karina melihat Elang membuka pintu mobil untuk Seline.Di lobby rumah sakit, dia melihat Elang meraih tangan Seline agar tidak terpeleset.Dan saat keluar dari pemeriksaan kandungan, Elang menunduk sambil tersenyum ke arah perut Seline, perhatian penuh yang selama ini Karina impikan.Di mata Karina, pemandangan itu seperti garam yang ditabur di atas luka yang belum sempat mengering.Seharusnya itu aku. Seharusnya aku yang mengandung anaknya.Seharusnya aku yang mendapatkan semua itu.Karina menggigit bibirnya sampai terasa pahit. Pikirannya kacau, penuh serpihan hidup yan

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 67 Di Luar Kendali

    Bab 67 Di Luar KendaliSeline naik ke ranjang pemeriksaan dengan bantuan Elang. Perutnya terbuka sedikit saat dokter mengoleskan gel dingin. Elang berdiri di sisi lain ranjang, mengusap rambut Seline pelan.Monitor menyala. Dalam hitungan detik, dua bentuk kecil muncul di layar.Dokter tersenyum. “Lihat, dua-duanya aktif sekali hari ini.”Elang mendekat, hampir tidak berkedip. “Mereka kelihatan lebih besar.”“Betul. Dan posisinya mulai turun sedikit,” jelas dokter. “Ini tanda mereka sedang bersiap lahir.”Seline menggenggam lengan Elang lebih kuat. Ada rasa haru yang sulit dijelaskan. Campuran bahagia, cemas, dan tidak percaya waktu berlalu begitu cepat.Detak jantung terdengar lewat speaker.Dua detak. Dua ritme berbeda tapi saling mengisi.Elang menelan ludah. Suaranya pelan, hampir seperti bisikan.“Ini… luar biasa.”Dokter melanjutkan pemeriksaan: memeriksa cairan, posisi kepala, dan kondisi plasenta.“Syukurlah, sejauh ini semuanya sangat baik,” kata dokter.Seline menghela napa

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 66 Menengok Si Kembar

    Bab 66 Menengok Si KembarUsia kandungan Seline memasuki delapan bulan. Perutnya membulat sempurna, besar, dan terasa penuh oleh dua nyawa yang tumbuh di dalamnya. Pagi itu, apartemen dipenuhi aroma lembut sabun dari kamar mandi. Seline baru selesai mandi dan masih mengenakan bathrobe tipis yang terikat longgar di pinggang.Ia duduk di depan meja rias, mengeringkan rambutnya perlahan. Pantulan wajahnya di cermin tampak lebih lembut, lebih matang, dan teduh. Meski tubuhnya berubah, Seline tahu Elang tidak pernah sekalipun menatapnya dengan cara yang membuatnya merasa tidak cantik.Suara langkah kaki pelan terdengar mendekat.Elang.Perlahan, pria itu berdiri di belakang Seline, menunduk lalu memeluk bahunya hati-hati dari belakang, menjaga agar tidak menekan perut Seline.“Pagi,” gumamnya, mencium pipi Seline lama, seolah baru menemukan tempat pulang.Seline tersenyum kecil. “Pagi juga. Kita harus bersiap sebelum terlambat.”Elang tidak menjawab. Dia menggeser rambut basah Seline ke sa

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 65 Penetralan

    Bab 65 PenetralanSore itu apartemen terasa jauh lebih tenang dibanding beberapa hari terakhir. Elang tertidur di sofa, bukan terlelap sepenuhnya, tapi lebih seperti seseorang yang akhirnya bisa meletakkan beban berat dari pundaknya.Seline duduk di karpet, menyender lembut di sisi sofa sambil memandang wajah Elang yang terlihat sedikit lebih damai. Di pangkuannya ada mangkuk kecil berisi irisan buah segar. Aroma manisnya memenuhi ruang tamu.Ketika Elang membuka mata perlahan, hal pertama yang dilihatnya adalah Seline yang sedang mengaduk-aduk buahnya dengan garpu kecil.“Kau bangun?” tanya Seline pelan tanpa menoleh.Elang menarik napas dalam. “Berapa lama aku tertidur?”“Tidak lama.” Seline menawarkan sepotong buah ke arahnya. “Makan dulu. Kau belum sentuh apapun sejak pulang.”Elang menerima dan memakannya. Untuk pertama kalinya hari itu, rasa manis itu terasa benar-benar masuk ke tubuhnya. Dia menatap Seline yang kini ikut duduk di sofa, menyelipkan rambutnya yang jatuh ke pipi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status