Home / Romansa / Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin / Bab 4 Terjebak di Pernikahan yang Salah

Share

Bab 4 Terjebak di Pernikahan yang Salah

Author: Secret juju
last update Last Updated: 2025-04-21 10:42:17

Elang duduk di stool bar dapurnya, menyesap wine dari gelas tinggi.

Lampu-lampu rumah mulai dimatikan satu per satu, meninggalkan temaram cahaya yang berasal dari lampu gantung di atas meja dapur. Waktu sudah larut, tapi kantuk tidak juga menghampirinya.

Pernikahan ini bukan keinginannya. Jika dia mau, dia bisa saja menolak. Tapi situasi memaksanya untuk menerima.

Beberapa hari lalu, sebuah artikel berita menyebar luas, menuduhnya memiliki kelainan seksual. Isu itu didukung dengan foto dan video dirinya bersama seorang pria yang belakangan mengaku sebagai gay. Sialnya, pria itu mengklarifikasi bahwa berita tersebut benar adanya, dan Elang ikut terseret.

Fakta bahwa dia masih melajang di usia 32 tahun, tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan mana pun, hanya memperparah spekulasi.

Bukan hanya dirinya yang terkena dampaknya, tapi juga harga saham perusahaan keluarganya. Skandal ini mengguncang bisnis ayahnya, membuat kepercayaan kolega mereka menurun. Dan solusi yang akhirnya diambil? Pernikahan.

Sebuah pernikahan yang dihadiri oleh para kolega bisnis ayahnya, menjadi bukti bahwa berita yang beredar itu tidak benar.

Dunia saat ini memang lebih terbuka, tetapi justru itu masalahnya—orang-orang jadi lebih mudah menaruh curiga. Seorang pria yang memilih menyendiri dan tidak pernah terlibat dengan perempuan langsung dicurigai berbeda.

Ponselnya berdenting, ada pesan masuk dari salah satu temannya di studio musik tempatnya biasa sedikit menyingkir dari pekerjaannya.

“Tidakkah kau harus menjelaskan sesuatu padaku, bro? Pernikahan mendadak, pengantin diganti, lalu … rumor menyebar, apa harus saat ini  juga aku yang mengunjungimu? Ah seharusnya aktor sialan itu aku pukul saja saat aku menemuinya!?”

Pesan itu sedikit mengundang dengusan pelan dari Elang, bukan kesal tapi terhibur. Tangannya mengetikkan balasan singkat di sana.

“Semuanya terlalu tiba-tiba, bahkan aku menikahi seorang gadis yang tidak kukenal. Aku akan sedikit menjelaskannya nanti saat aku ke studio.”

Balasannya langsung mendapat balasan lagi dari rekannya itu, membuat Elang kian mendengus. 

“Oh, malam pertama ya, maafkan aku lupa. Good luck, bro!”

Elang terkekeh, mengayunkan gelasnya dengan gerakan malas.

Dia pria normal. Dan teman-teman dekatnya mengetahui itu. Dia hanya memilih untuk tidak membiarkan siapa pun masuk lagi ke dalam hidupnya dan mengacaukannya.

Sebagai putra sulung, dia tetap dibebankan peran dalam perusahaan keluarganya—Mahardika Corp, sebuah konglomerasi yang bergerak di berbagai bidang, termasuk real estate, investasi, dan hiburan. Kini ia ada di posisi puncak sebagai CEO, yang membuatnya terlibat penuh dalam pengambilan keputusan besar, pengawasan operasional, dan arah strategis perusahaan.

Setelah cukup lama berada di dapur dengan segelas wine di tangan, Elang akhirnya memutuskan kembali ke kamarnya, kantuk mulai menyerang.

Sudah lama dia tidak benar-benar tinggal di rumah ini. Biasanya dia menetap di apartemen mewah miliknya—tempat yang lebih tenang, jauh dari segala dinamika keluarga.

Begitu dia membuka pintu kamar, pemandangan yang tersaji di depannya membuat langkahnya terhenti.

Seline.

Gadis itu tertidur di atas sofa, tubuhnya terbungkus selimut, dengan helaian rambut berantakan di atas bantal.

Elang memilih untuk melangkah ke kasur besarnya, merebahkan tubuhnya yang lelah. Sebelum benar-benar memejamkan mata. Ia sekali lagi menoleh pada Seline, kilasan cepat kejadian hari ini terulang begitu saja, membuat dahi Elang mengernyit heran.

“Cukup tahu diri,” gumamnya pelan.

Saat dirinya sudah merebahkan diri di ranjang nyamannya. Seline terlihat bergerak dan membuka matanya. “Elang,” panggil Seline pelan.

Tak ada jawaban, Elang hanya memperhatikan tanpa suara. Di sana ia melihat Seline sedikit merapikan rambutnya. “Aku ada pertanyaan lain. Apa kita akan tinggal di sini? Bolehkah aku setiap hari mengunjungi ibu dan adikku?” Pertanyaan itu pelan dan sedikit ragu, dirinya menunggu Elang kembali ke kamar hingga terlelap.

Elang mengangkat sebelah alisnya karena ia baru ingat telah meminjamkan piyamanya pada Seline. “Seperti yang aku katakan, kau bisa beraktifitas seperti biasa, hanya saja jangan membuat masalah.” 

“Jika begitu, besok pagi-pagi aku akan menjenguk ibuku dan menunggunya hingga adikku pulang sekolah, dan setelahnya aku bekerja.”

Seline berharap jawaban Elang hanya persetujuan, dirinya harus datang dan mengurus ibunya.

“Kau bekerja dimana?” tanya Elang.

“Waiters di Bar Solis milik Kak Mario.”

Elang lalu mengangguk sebagai jawaban, membuat Seline sedikit bingung, maka ia lanjut bertanya, “Jadi, boleh?”

“Boleh, kau tidak perlu aku antar jemput, kan?”

Di sofa Seline menggeleng cepat. “Tidak. Aku hanya memastikan, tidak ingin itu menjadi masalah nantinya.”

“Bagus, pikirkan baik-baik setiap langkahmu, karena di belakang namamu kini akan ada namaku.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 50 Terjebak

    “Aku tidak bisa menunggu terlalu lama, Elang. Perutku akan semakin besar. Aku tidak mungkin terus menyembunyikannya,” ujar Karina, suaranya datar tapi sarat tekanan.Elang menatapnya dengan rahang mengeras. “Lalu kau ingin aku melakukan apa?”Karina menegakkan tubuhnya, menatap lurus ke arah Elang. “Tanggung jawab.”“Kalau itu memang anakku, aku akan bertanggung jawab. Aku akan penuhi semua kebutuhanmu.”“Aku tidak butuh uangmu.” Karina menyela cepat. “Aku ingin kau menikahiku.”Elang menggeleng pelan. “Itu tidak mungkin. Aku sudah punya istri.”Karina menarik napas, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia mengetuk layar beberapa kali sebelum memperlihatkan sesuatu pada Elang. “Kalau begitu, aku akan serahkan bukti ini ke media. Tapi sebelum itu… mungkin Om Mahardhika perlu tahu lebih dulu.”Mata Elang membelalak menatap layar ponsel. Foto. Video. Semua mengarah padanya. “Kau mengancamku?” tanyanya pelan, namun tegas.“Aku tidak sedang mengancam.” Karina menatapnya dengan dingin. “Ak

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 49 Ketenangan

    Elang menatap kosong gelas wine di tangannya. Sudah lama ia meninggalkan kebiasaan ini. Sejak tinggal bersama Seline, hidupnya perlahan terarah. Ritmenya jadi lebih teratur, lebih tenang. Seolah Seline adalah titik keseimbangannya. Tapi malam ini… ia tidak sanggup menahannya.Botol wine setengah kosong berdiri di atas meja dapur. Elang menyandarkan punggung di sandaran kursi, meneguk isinya perlahan. Beban yang selama ini ia simpan terasa makin menyesakkan.Sementara itu, Seline terbangun. Di tengah malam yang hening, ia meraba sisi ranjang yang masih kosong. Elang belum pulang. Atau… sudah pulang, tapi tidak masuk kamar?Akhir-akhir ini Elang memang berbeda. Lebih diam. Ada sesuatu yang seolah ditahan, tapi tak pernah diungkap. Seline bisa merasakannya—insting seorang istri yang tajam, meski ia tak bisa menunjuk pasti apa.Ia bangkit, mengambil jubah tipis lalu berjalan keluar kamar. Tenggorokannya kering, tapi langkahnya terhenti di ambang dapur saat melihat Elang duduk sendiri, dit

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 48 Rasa Bersalah

    Pulang dari makan malam, Karina tidak membawa mobil seperti biasanya. Itu memang sudah menjadi bagian dari rencananya. Ia tahu Elang lebih suka menyetir sendiri ketimbang menggunakan sopir pribadi. Celah itulah yang ia manfaatkan.Benar saja. Saat mereka keluar dari lobi restoran, Elang mengarahkan kunci mobil ke arah parkiran. Karina mengikutinya dengan langkah tenang."Mobil saya masih di bengkel, Pak Elang. Boleh saya menumpang sampai halte terdekat?" tanyanya sopan.Meski hubungan mereka cukup dekat karena Karina adalah anak dari sahabat lama ayah Elang, tetap saja ia menjaga formalitas. Elang mengangguk singkat."Masuk."Tanpa banyak tanya, Karina duduk di kursi penumpang. Mobil mulai melaju di jalanan malam yang lengang.Beberapa menit berselang, Elang mulai merasa ada yang aneh. Kepalanya terasa berat, penglihatannya sedikit buram. Ia memijat pangkal hidungnya pelan, mencoba mengusir rasa pusing yang mulai mengganggu.'Aneh… aku tidak minum apa pun tadi,’ batinnya. Elang memang

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 47 Usaha

    Setelah pemeriksaan ke dokter dan konsultasi tentang program kehamilan, ada beberapa perubahan dalam kehidupan sehari-hari Seline dan Elang. Seline, yang biasanya lebih santai soal makanan, kini mulai lebih selektif. Ia rajin mencari tahu tentang pola makan sehat dan makanan yang baik untuk kesuburan.Di dapur apartemen mereka yang minimalis tapi nyaman, aroma masakan buatan Seline semakin sering tercium. Pagi itu, Elang baru keluar dari kamar, masih setengah mengantuk, saat melihat istrinya sibuk di dapur. Ia bersandar di ambang pintu, mengamati bagaimana Seline dengan serius memotong buah, wajahnya terlihat fokus."Kau masak apa pagi ini?" tanya Elang dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.Seline menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil. "Smoothie buat sarapan. Banyakin serat, protein, dan vitamin biar makin sehat," jawabnya santai.Elang mengangkat alis, berjalan mendekat. "Aku suka bagaimana kau sekarang serius banget soal makanan. Tapi smoothie?"Seline menatapnya tajam. "

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 46 Peluang

    Sarapan pagi ini terasa berbeda. Bukan karena menu di atas meja, atau cuaca di luar jendela, tapi karena pikiran Seline yang tak henti dipenuhi kegelisahan.Ia duduk diam, menatap piring tanpa niat menyentuh makanan. Rasa lapar sama sekali tak hadir. Yang ada hanya bayangan satu garis tipis yang kembali muncul di test pack pagi ini.Di seberangnya, Elang menikmati sarapannya seperti biasa. Terlihat tenang, seolah semuanya berjalan normal. Tapi tidak bagi Seline.Dengan suara pelan, nyaris tak terdengar, ia membuka mulut."Elang… apa ada yang salah sama aku?"Elang menghentikan gerakannya. Potongan roti di tangannya diletakkan perlahan ke piring. Tatapannya beralih pada Seline, penuh perhatian.Seline masih menunduk, jemarinya menggenggam sendok erat-erat.“Aku sudah mencoba… tapi hasilnya sama. Mungkin, aku yang bermasalah.”Elang tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, sebelum akhirnya mengulurkan tangan, menggenggam jemari Seline dengan mantap."Bukan kau," ucap Elang tenang.

  • Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin   Bab 45 Apa Ada Yang Salah?

    Pagi ini, dia kembali berharap. Seline berdiri di depan wastafel, menatap tespack di tangannya dengan jantung berdegup tak karuan. Napasnya terasa berat, seolah tubuhnya tahu lebih dulu apa yang akan terjadi sebelum pikirannya bisa mencerna. Garis satu. Lagi-lagi garis satu. Dadanya terasa sesak. Kekecewaan merayap pelan, menghimpit harapannya yang sempat tumbuh. Dia menggigit bibir, menahan rasa frustrasi yang mulai menguasai pikirannya. Sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, suara langkah mendekat dari belakang membuatnya terperanjat. Pintu kamar mandi terbuka, dan di sana berdiri Elang. Seline tersentak. Refleks, dia menyembunyikan tespack di balik tubuhnya. Matanya membulat, seolah tertangkap basah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.Elang, yang awalnya terlihat masih sedikit mengantuk, kini mengerutkan kening, tatapannya dengan cepat menangkap ekspresi gugup Seline. Dia melangkah mendekat, tubuhnya lebih tegap, seakan sudah bisa menebak sesuatu."Apa yang kau s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status