Share

Bab 3

Author: Jessica Rica
Aku tak berkomentar dan melepas gelang itu, tapi masih menggenggamnya erat di telapak tanganku.

Seketika, suasana membeku.

Lalu tiba-tiba aku tersenyum tipis, mengangkat gelang giok itu, lalu menyerahkan pada Elvy.

David hanya menundukkan kepala tanpa sepatah kata pun sejak tadi.

Menyedihkan sekali.

Barusan aku masih berharap dia akan mengenali gelang ini, lalu menghentikan Elvy.

Ternyata aku yang terlalu banyak berharap.

Aku tersenyum dan berkata, “Kamu pasti terlihat cantik memakainya.”

Kemudian aku menggendong Stella lebih erat, berbalik dan melangkah pergi.

“Eh, Lily….” panggil David menahanku, tapi langsung dipotong oleh ibunya.

“Biar saja dia pergi! Wanita seperti itu nggak ada gunanya di sini, malah nggak baik untuk si bayi….”

Di sampingnya, Elvy terkejut dan berkata, “David, sepertinya bayinya gerak!”

“Apa? Biar kurasakan….”

Aku berjalan cepat, suara mereka makin lama makin jauh, hingga akhirnya tak terdengar lagi.

Sampai di rumah, Stella masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya sudah kehilangan sosok ayahnya. Wajah mungilnya tetap mengerut, air mata masih menempel di ujung mata, pipinya memerah karena terlalu banyak menangis.

Dia menarik tanganku, berbicara dengan suara yang serak bercampur tangis, “Aku mau ayah merayakan ulang tahunku….”

Hatiku ikut perih mendengarnya. Aku menyibakkan poni basahnya ke samping telinga, lalu menggendongnya ke pangkuanku. Kemudian, dengan lembut aku mengoreksi, “Stella, kamu harus panggil om sekarang. Dia bukan ayahmu lagi.”

“Ikut ibu pulang ke rumah, ya?”

“Tapi, bukannya ini rumah Stella?” tanya putriku dengan suara yang hampir serak karena menangis.

“Ini rumah Om David, bukan rumah ibu dan Stella.”

“Tunggu sebentar lagi, ibu membawamu pulang ke rumah, ya.”

Mata Stella yang masih basah menoleh ke sudut ruang tamu, ke arah piano hitam. Itu adalah hadiah ulang tahunnya tahun lalu dari David.

Saat itu, Stella begitu gembira. Seharian penuh berlarian sambil bersorak, merengek ingin diajari bermain piano oleh ayahnya. Lalu berkata dirinya adalah putri Stella paling bahagia di dunia.

Saat itu, David tertawa dan terlihat tatapan matanya yang penuh kasih sayang seorang ayah untuk putrinya.

Namun, semua itu sudah berlalu.

“Bolehkah aku merayakan ulang tahun bersama ayah sekali lagi?”

Dia masih begitu kecil, belum bisa memaksanya untuk mengganti panggilan.

Aku pun tidak memarahinya, hanya mengusap lembut kepalanya dan menjawab, “Iya, nanti ibu bilang pada Om David.”

Stella sudah ikut terseret ke dalam pertikaian orang dewasa yang penuh air mata.

Yang bisa kulakukan hanyalah sebisanya memberi dia sedikit kebahagiaan yang utuh.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesetiaan Yang Dikhianati   Bab 11

    Mendengar kabar tentang David, wajahku dan Stella langsung sama-sama memuram.Tidak heran ibu dan anak, bahkan saat cemberut pun begitu mirip.Aku berdiri tanpa berkata apa-apa, lalu pelan-pelan mengganti pakaian.David bisa menemukanku, itu bukan hal yang mengejutkan.Hanya saja, dia datang terlalu cepat, sampai-sampai aku belum sempat menyiapkan diri.Aku menarik napas panjang, lalu membuka pintu rumah.Aku belum sempat menyusun kata-kata, suara bisikan tetangga sudah terdengar.“Eh, bukannya itu Pak David yang lagi ramai dibicarakan di internet itu?”“Iya iya, aku juga dengar beritanya. Katanya demi menikah sama yang sekarang, dia tega meninggalkan pacar yang sudah berpacaran sembilan tahun dengannya. Eh, sekarang malah dibatalkan begitu saja.”“Benar-benar nggak mengerti apa maunya!”Aku jelas bisa mendengar dan tentu saja David juga dengar.Seketika, wajahnya menegang dan membentak, “Omong kosong apaan?! Kalian pikir kalian siapa? Berani-beraninya membicarakan aku?!”Orang-orang p

  • Kesetiaan Yang Dikhianati   Bab 10

    Di sisi lain, begitu turun dari pesawat, tiba-tiba aku merasa agak ragu.Dulu, saat orang tua tahu aku berpacaran dengan David, mereka tidak setuju sama sekali.Alasannya jelas, keluarga besar David pasti tidak akan menerima tradisi nikah tanpa ikatan resmi di keluarga kami.Namun, tradisi itu kami jalanin bertahun-tahun.Cinta, tidak bisa hanya diikat dengan selembar surat nikah.Seperti ayah dan ibuku.Tanpa surat nikah pun, mereka tetap saling mencintai seumur hidup.Namun, karena melihat tekadku yang begitu kuat, akhirnya mereka tetap menyambut David dengan hangat, lalu mengangguk dan merelakanku pergi dari rumah.Rumahku ada di daerah pesisir, ada sebuah pantai yang selalu jadi jalan pulangku.Aku dan Stella berjalan pelan di sepanjang pantai, lalu bertemu dengan guru wali kelas saat SD.Rambutnya sudah memutih, tapi wajahnya tetap segar bercahaya. Dia tersenyum padaku, bilang sudah lama tak berjumpa dan menyambutku kepulanganku.Iya, rumah seindah ini dan kota sebaik ini.Kenapa

  • Kesetiaan Yang Dikhianati   Bab 9

    David berdeham pelan, dalam kepalanya mulai membayangkan bagaimana pertemuannya denganku nanti.Aku pasti akan menangis sambil berlari ke pelukannya, sementara dia akan pura-pura serius menegurku.Jangan pernah mengambek seperti ini lagi, apa susahnya sih bicara baik-baik?Lalu, dia akan mendengar permintaan maafku dan akhirnya dengan sikap penuh pengertian, dia akan memberiku sebuah ciuman.Namun, saat David membuka pintu, yang menyambutnya bukanlah orang yang dia rindukan sepanjang hari itu, melainkan Elvy.Seketika, wajahnya langsung memuram.Elvy seolah tidak menyadari perubahan ekspresinya, malah dengan mesra mendekat dan menggandeng lengannya.“Aku tahu kamu pasti akan berubah pikiran.”“Urusan menikah bukan hal main-main, mana mungkin dibatalkan begitu saja.”Wajahnya penuh semangat, sambil menarik David masuk ke rumah.“Lihat, aku sudah menyuruh orang membuang semua barang si jalang itu, nggak kusisakan sedikit pun.”“Dia sudah memperlakukanmu begitu, biar saja dia pergi tanpa

  • Kesetiaan Yang Dikhianati   Bab 8

    Pada akhirnya, dia pulang dengan tangan hampa.Bagaimanapun, meski keluarganya kaya raya dan berkuasa, mereka juga tak mungkin memaksa maskapai penerbangan untuk membatalkan pesawat yang sudah tiba, lalu menyeret semua penumpangnya kembali naik dan terbang kembali.David merebahkan diri di kursi kantornya, lalu membuka riwayat pesan antara kami. Dia menelusuri satu per satu dari awal, tanpa melewatkan detail sekecil apapun.Dalam obrolan lama, ada kirimanku tentang tingkah lucu Stella sehari-hari, juga ada foto-foto senja yang pernah kufoto dari depan jendela besar di rumah untuk kubagikan padanya.David menelusuri obrolan itu dengan penuh perhatian, ujung bibirnya tanpa sadar terangkat.Seolah-olah dirinya kembali ke masa itu lagi.Namun, sejak kemunculan Elvy, obrolan kami jadi hambar dan membosankan.Aku tidak lagi mengirim ocehan-ocehan kecil yang tampak tidak penting, sementara balasannya pun berubah dari kalimat panjang menjadi sekedar, “oh”, “iya”.Bahkan pesan terakhir adalah s

  • Kesetiaan Yang Dikhianati   Bab 7

    [David, jangan pernah menemuiku lagi.]Aku meletakkan ponsel dan menertawakan diri sendiri.Awal mula hubunganku dengan David begitu romantis, tapi malah berakhir berantakan.Mungkin memang sejak awal, dua orang dengan pandangan hidup yang berbeda tak seharusnya berjalan bersama dan sekarang, sudah saatnya aku kembali ke jalanku sendiri.David tak membalas pesanku.Mungkin dia hanya mengira aku sedang mengambek.Ada bagusnya, jadi aku tak perlu buang tenaga terikat dengan mereka.Aku pun memejamkan mata, membiarkan diriku perlahan larut dalam mimpi.Besok, saat David membaca pesanku, seharusnya aku dan Stella sudah di atas pesawat.Sementara itu, David yang melihat pesan itu hanya terpaku beberapa detik, lalu mendadak menendang meja di ruang tamu hingga terbalik.Dia langsung menelepon sopir, hampir kehilangan akal sambil berteriak, “Antar aku ke bandara sekarang juga!”Sopir tampak ragu dan berkata, “Pak David, bukankah hari ini jadwalnya menemani nyonya periksa kandungan….”“Nyonya a

  • Kesetiaan Yang Dikhianati   Bab 6

    Tiba-tiba, sekeliling menjadi sunyi, semua orang terkejut sampai tak bisa berkata-kata. Mereka berpikir, berani-beraninya wanita aneh ini menantang putra mahkota ini, benar-benar cari mati.Sementara David hanya menutup luka di keningnya dan bibirnya terkatup erat.Elvy panik, sambil menopang perutnya, dia melototiku, tak peduli dengan citra anggunnya, lalu mengibaskan tangan dan berteriak, “Beraninya kamu! Bisa-bisanya memukul David?! Cepat! Hajar dia!”Para pengawal langsung serempak menyerbu, memukul dan menendangku.Aku berusaha melawan, tapi tubuh perempuan tak mungkin bisa menahan serangan beberapa pria kekar. Aku ditekan terungkup di lantai, hanya bisa meringkuk erat melindungi bagian tubuh yang vital.Stella menjerit, lalu menangis keras sambil berlari ke arahku. Dia mencoba menahan hujan pukulan itu dengan tubuh mungilnya.Aku memanggil namanya dengan lemah, tapi tak punya tenaga untuk mendorongnya. Aku hanya bisa memaksa menggulingkan badan, menutupi tubuh kecilnya dengan tu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status