Short
Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal

Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal

Oleh:  GalaxyTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
12Bab
5Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Suamiku tidak mencintaiku, apalagi anak kami. Saat putra kami lahir, dia bahkan tidak sudi melihat dan langsung melemparkannya ke dalam dekapanku. Kemudian, pujaan hatinya kembali ke negara ini. Pria yang selalu dingin itu, untuk pertama kalinya mabuk berat di rumah, lalu tersenyum menggendong anak kami dalam pelukannya. Putra kami dengan gembira memeluk lehernya, lalu berbisik padaku. "Ibu, paman kenapa?" Aku meraih dirinya ke dalam pelukanku, lalu menjelaskan dengan mata berkaca-kaca. "Orang yang disukai paman sudah kembali, jadi kita nggak boleh mengganggunya lagi. Kita harus pindah."

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Suamiku tidak mencintaiku, apalagi anak kami.

Saat putra kami lahir, dia bahkan tidak sudi melihat dan langsung melemparkannya ke dalam dekapanku.

Kemudian, pujaan hatinya kembali ke negara ini.

Pria yang selalu dingin itu, untuk pertama kalinya mabuk berat di rumah, lalu tersenyum menggendong anak kami dalam pelukannya.

Putra kami dengan gembira memeluk lehernya, lalu berbisik padaku.

"Ibu, paman kenapa?"

Aku meraih dirinya ke dalam pelukanku, lalu menjelaskan dengan mata berkaca-kaca.

"Orang yang disukai paman sudah kembali, jadi kita nggak boleh mengganggunya lagi. Kita harus pindah."

...

Setelah mengantar putra kami kembali ke kamar untuk tidur, aku menuju ke kamar tamu dan membuka komputer untuk mulai menyusun perjanjian perceraian.

Tahun ini adalah tahun ketujuh pernikahanku dengan Josh Watson.

Selain itu, juga tahun ketujuh kami hidup terpisah.

Sekarang, aku akhirnya berniat melepaskannya.

Tok, tok.

Pintu terbuka, putraku yang berusia tujuh tahun masuk sambil memeluk model pesawat.

"Ibu, benarkah kita akan pindah?"

Putraku menatapku, matanya penuh dengan rasa enggan.

"Tapi tadi malam paman masih menggendongku, apa itu berarti dia mulai menyukaiku?"

Aku tertegun sejenak dan sedikit kehilangan fokus.

Tujuh tahun menikah, Josh tidak pernah mengizinkan putranya memanggilnya ayah.

Saat usianya dua tahun, Josh pernah mengajak putra kami pergi ke supermarket. Di jalan Josh bertemu kenalannya.

Karena putra kami tanpa sengaja memanggilnya ayah, Josh langsung menurunkannya yang baru belajar berjalan itu ke tanah dan menyuruhnya pulang sendiri.

Saat tiba di rumah, lutut dan telapak tangan putra kami sudah lecet akibat terjatuh berulang kali.

Saat usianya empat tahun, putra kami memohon lama sekali agar Josh bersedia membawanya ke taman hiburan.

Namun, hanya karena putra kami tanpa sengaja memanggilnya ayah, Josh langsung melepaskan genggamannya.

Dia membiarkan anak empat tahun itu tersesat di tengah keramaian.

Saat ditemukan, putra kami bersembunyi di semak-semak, menangis hingga hampir kehabisan napas.

Sejak itu, putra kami belajar memanggilnya paman, dan rumah tangga kami pun sepenuhnya menjadi bahan tertawaan.

Mengingat hal itu, dadaku terasa sesak. Aku tidak kuasa menarik putraku ke dalam pelukan.

"Kai, orang yang paman sukai sudah kembali. Kita nggak bisa lagi tinggal di rumah ini."

Tatapan mata putraku meredup, lalu dia buru-buru mengangkat model pesawat di tangannya dan menunjukkannya padaku.

"Tapi, Ibu, paman memberiku hadiah malam ini. Kalau Paman nggak menyukaiku, mengapa dia memberiku hadiah?"

Ekspresi Kai begitu berharap, seakan ingin membuktikan bahwa dirinya adalah anak yang disayangi oleh ayahnya.

Aku membuka mulut, tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Harus bagaimana aku menjawabnya?

Apa yang bisa kukatakan?

Haruskah kukatakan bahwa Josh gembira hanya karena pujaan hatinya kembali?

Atau haruskah kukatakan padanya, bahwa hadiah ini sebenarnya diperoleh berkat seorang bibi?

Aku tidak sanggup mengatakan apa pun.

Aku hanya mampu menelan getir dan pilu dalam diam. Seperti biasa, aku melindungi putraku dengan sebuah kebenaran yang telah dipoles.

Aku mengecup kening putraku, lalu menyeka air mata di sudut mataku saat Kai tidak melihat.

Inilah kepalsuan yang harus dipertahankan seorang ibu, meskipun hatinya remuk.

Menahan keinginan untuk terisak, aku tersenyum dan berkata.

"Kai, kalau Ibu ingin mengajakmu pergi dari rumah paman, kamu mau ikut, 'kan?"

Tubuh putraku menegang sejenak, lalu dia berkata pelan.

"Nggak bisakah kita nggak pergi?"

"Aku bahkan belum pernah memanggilnya ayah dengan lantang..."

Air mataku akhirnya tidak terbendung, bibirku kugigit erat-erat.

"Kai, paman... dia nggak menginginkan kita tinggal di rumahnya..."

"Ibu akan membawamu pergi, ya?"

Putraku menarik kembali tangannya dan memeluk erat model pesawat di dadanya. Setelah lama terdiam, dia berkata...

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
12 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status