Share

Kesetiaan Yang tergadai
Kesetiaan Yang tergadai
Author: Oxel Ghaisanara

Chapter 1

"Mas jadi kita ketemu sama klien baru kita, mas sudah yakin nerima tawaran untuk ekspor produk kita, itu banyak banget mas pesanannya apa kita bisa?"

"Disyukuri saja, mungkin kita dikasi rejeki yang lebih, daripada kamu mikir yang aneh aneh, mending kita siap siap kita harus ketemu dengan klien baru hari ini karena kita sudah janjian," Haikal meminta kepada Fatma untuk segera bersiap siap.

"Ya sudah kalau begitu positif thinking saja ya, semoga ini hanya perasaanku saja, aku masak buat sarapan dulu," Fatma segera pergi meninggalkan Haikal ke dapur dan menyiapkan sarapan.

"Mas, aku kok deg degan ya kalo kita terima tawaran buat ekspor, kita itu skalanya masih lokal aja, modal kita juga belum cukup kalo harus tanda tangan kontrak buat ekspor dengan pesanan sebanyak itu," Fatma yang dari tadi memikirkan usahanya masih terus berusaha meyakinkan Haikal untuk mebatalkan kerjasama dengan klien baru.

"Sudah kita yakin saja, positif thinking saja, ini jalan rejeki dari Alloh buat kita gak mungkin buruk, urusan modal itu nanti mas sudah ada yang bantu juga."

"Siapa yang bantu, banyak banget itu mas, belum lagi karyawan kita yang masih belum cukup, kita betul memang sudah besar usaha kita tapi kalo buat melangkah sejauh itu kayaknya belum siap." Fatma terus mencemaskan keputusan suaminya yang menerima tawaran untuk menembus pasar international, Fatma memikirkan tentang modal yang dimiliki saat belum cukup karena semua telah dipakainya untuk membeli sebuah bangunan yang dia gunakan untuk tempat produksinya.

Namun Fatma hanya bisa pasrah dengan keputusan suaminya, Fatma adalah tipe istri yang setia dan penurut kepada suaminya. Dengan berat dia harus mengikuti Haikal bertemu dengan klien barunya. Mereka melanjutkan sarapan, dengan membahas hal lain, Fatma tidak ingin berdebat dengan suaminya itu mencoba mengubah topik obrolan. Suasana yang tadinya kaku karena perdebatan soal bisnis sekarang telah mencair.

Mereka langsung bersiap siap pergi untuk bertemu dengan klien barunya yang didapatnya dari rekan mereka.

"Halo, ini aku mau berangkat, nanti ketemu dimana?" Haikal menghubungi rekannya yang mengenalkannya pada klien barunya.

"Mr. Rudolf minta ketemu di restaurant dekat dengan hotel tempatnya menginap, ini aku juga sudah otw, lima menit lagi sampai nanti aku share lok,".

Dalam perjalanannya Fatma memulai obrolan mereka dan menanyakan siapa yang ditelpon suaminya tadi.

"Nelpon sapa tadi mas?"

"Nelpon Firman, dia yang memerantai dengan Mr. Rudolf," jawab Haikal dengan tersenyum kepada istrinya.

"Firman yang ayahnya bos besar itu? dia yang bantu mas? Mas apa beneran udah dipikir beneran ambil kerjasama buat ekspor produk pakaian kita, mas kita baru aja berkembang, baru juga kita ini buka pabrik, aku takut modal kita gak nyampek mas, banyak yang harus dipersiapkan dan banyak yang harus ditambah kalo kita nerima pekerjaan skala besar banget seperti ini, mending kita jalankan yang ada terima orderan dari pelangaan yang udah kita kenal dan dalam negri saja," Fatma terus mengeluarkan pendapatnya berusaha mencegah suaminya untuk melangkah terlalu jauh dalam usahanya.

"Kita yakin saja sayang, kita positif thingking saja, jangan mikir yang aneh aneh, sayang fokus aja sama anak kita yang ada dalam kandungan," Haikal menanggapi ocehan istrinya dengan sangat sabar sambil mengusap perut fatma.

"Ya sudah kita Bismillah saja semoga ini hanya kekhawatiranku dan kita bisa menjalankan dengan lancar, kita ketemu dimana ini, kenapa gak sekalian saja dikantor mas kenapa harus diluar?"

"Kita ketemu di restaurant dekat dengan hotel Mr. Rudolf, sudah kamu tenang saja ya sholawat saja jangan pikiran yang aneh aneh terus."

Setelah lima belas menit kemudian mereka telah sampai ditempat yang mereka tuju, turunlah Haikal dan Fatma memasuki restaurant. Fatma terus mengingatkan suaminya sebelum bertemu dengan MR. Rudolf.

"Mas beneran yakin ini sudah ?" Fatma mengulangi pertanyaan yang sama lagi.

"Iya mas sudah yakin, ayo sudah jangan mikir yang aneh aneh ya biar kedepannya lancar," Haikal tersenyum menanggapi pertanyaan Fatma, dia berjalan menggandeng tangan istrinya.

"Hai Kal," dari kejauhan tampak Firman sudah menunggu.

"Ayo masuk, Mr. Rufolf sudah menunggu dia datang sebelum aku datang tadi," sesudah menyapa Haikal lalu Firman hanya tersenyum ke arah Fatma.

"Mr. Rudolf, this is Haikal, he is my colleague that I told you," Firman memperkenalkan Haikal kepada Mr. Rudolf.

"Hi Haikal, I'm proud to be able to meet young entrepreneurs like you, it's a pleasure to work with young entrepreneurs like you, I hope our collaboration will be successful," Mr. Rudolf menyambut Haikal dengan ramah.

Setelah perkenalan dan obrolan diantara mereka, mereka menuju kantor Haikal untuk melanjutkan kerjasama mereka. Lagi lagi Fatma mengulangi pertanyaanya yang sama kepada suaminya.

"Mas, ini untuk kesekian kalian aku bertanya, mas sudah yakin beneran? mas pikirkan lagi ya, kontrak kerja dengan Mr. Rudolf memang peluang baik buat usaha kita, namun juga bisa menjadi masalah buat usaha kita jika kita tidak bisa memanage dengan baik terutama masalah keuangan."

"Iya kamu tenang saja, mas sudah memikirkan itu semua ini juga buat masa depan kita, mas kepingin usaha kita berkembang bukan hanya disini tapi bisa menembus pasar International,"

Mereka berdua bersama Mr. Rudolf memasuki tempat usaha mereka, sebuah pabrik garment yang tidak terlalu besar dengan bangunan yang masih baru, lengkap dengan peralatan mesin jahit dan peralatan untuk produksi, pabrik mereka memproduksi celana, jaket, baju dan juga mukena dengan kualitas yang bagus sehingga tidak heran produk mereka laris dipasaran.

Setelah melihat semua yang ada di dalam tempat usaha Haikal dan Fatma maka Mr. Rudolf memberikan lampu hijau kepada Haikal untuk memasarkan produknya di mall miliknya yang terdapat di beberapa negara, sebuah kontrak kerjapun resmi diterima oleh Haikal. Haikal merasa puas setelah menerima kontrak kerja dengan Mr. Rudolf, namun Fatma sebaliknya dia mencemaskan ini semua, Fatma tau siapa Firman, dia adalah anak bos besar yang licik penuh tipu daya. Semua usaha ayah Firman adalah hasil rampasan dari usaha orang orang yang bekerjasama dengannya, dan Firman sebagai tangan kanan ayahnya untuk menjalankan bisnisnya itu.

Setelah menyelesaikan semuanya, Mr. Rudolf berpamitan, dan mengatakan bahwa besok akan datang lagi untuk mengurus semua. Melihat Mr.Rudolf dan Firman pergi meninggalkan pabriknya, Fatma menghampiri Haikal.

"Mas jujur aku senang melihat kita ada jalan untuk lebih mengembangkan usaha kita apalagi sampai ekspor bukan hanya ke satu negara, tapi langsung empat negara sekaligus, tapi aku takut mas, kedepannya usaha kita akan berakhir naas seperti usaha orang orang yang bekerjasama dengan keluarga Firman, mas tau kan ayahnya siapa, mas pernah dengar kan cerita cerita itu?" Fatma kembali melontarkan keresahannya kepada Haikal.

"Aku tau, tapi aku berusaha untuk positif thinking saja, kita lihat besok bagaimana sistem kerja yang Mr. Rudolf tawarkan kepada kita jika itu hanya menguntungkan salah satu pihak mas mungkin akan menolak kok, kamu tenang saja ya, sekarang kita ke dokter buat nengok calon anak kita ya," Jawaban Haikal ini rupanya benar benar membuat Fatma lega karna Haikal tidak hanya semata mata memutuskan berdasarkan ambisinya saja.

"Syukurlah mas punya pikiran yang sama dengan aku, ini adalah pekerjaan kita satu satunya jika sekiranya merugikan maka wajib buat kita jauhi."

Haikal yang sedang bahagia, dia tidak menyadari kalau dia telah masuk perangkap jebakan Firman. Kecemasan Fatma memang benar tentang Firman dan ayahnya yang tiba tiba datang membawa rekan kerja dari Luar negeri yang disodorkan kepada suaminya. Firman rupanya memang sudah menyusun strategi untuk membidik mangsanya, yaitu Haikal.

"Gimana tadi Haikal tertarik dengan tawaran Mr. Rudolf untuk kerjasama ekspor produknya?" tanya ayah Firman kepada Firman.

"Haikal senang sekali yah, dia sangat antusias, terlihat sekali ambisinya untuk membesarkan usahanya itu, besok aku dan Mr. Rudolf akan membuat perjanjian dan kontrak kerja dengannya, saya yakin dia pasti menyetujui itu, dan juga dia pasti akan membutuhkan banyak tambahan modal untuk menjalankan usahanya nanti," jawab Firman kepada ayahnya, mereka berdua memang sepasang ayah dan anak dengan ribuan akal licik. Haikal dan Fatma bukanlah musuh mereka, namun karena keserakahan dan kelicikannya usaha Haikal dan Fatma juga menjadi incarannya.

"Pastilah itu dia akan menerima, usaha Haikal itu usaha yang sangat bagus dan mengutungkan kalo kita bisa mendapatkannya, kamu jalankan strategi ini dengan cantik jangan grusa grusu, kita membutuhkan waktu yang lama untuk urusan yang satu ini, karena Haikal tidak sendiri dia selalu bersama istrinya yang cerdas dalam menjalankan usahanya."

"Apa ayah sudah siapkan modalnya untuk menjalankan ini semua? aku gak hanya tertarik dengan usaha Haikal yah, tapi aku juga tertarik dengan istrinya yang cantik, muslimah berkerudung, dan juga kalem tapi cerdas," jawab Firman menanggapi ayahnya.

"Kamu itu perempuan saja yang kamu pikirkan, apa kabar dengan perempuan perempuan yang pernah kamu bawa kerumah ini kamu kenalkan ke ayah dan mama kamu, kamu harusnya selain memikirkan usaha kita kamu juga sudah harus memikirkan untuk menikah, kita sedang mengincar usahanya Haikal bukan istri Haikal," ucap ayah Firman.

"Hahahahaha tenang saja yah, siapa tau sekali dayung dua pulau kita singgahi, dapat usahanya dan dapat istrinya, Fatma beda yah dengan perempuan perempuan itu, dia bagaikan berlian, ah betapa beruntungnya kalo bisa mendapatkannya."

"Ah sudahlah jangan ngaco, itu urusan belakangan sekarang yang penting fokus buat strategi kita, buat mereka membutuhkan banyak modal sehingga mereka menerima tawaranmu untuk bekerjasama menitipkan modal, tapi ingat Fatma jangan sampai tahu itu, karena dia tidak akan mengijinkan suaminya menerima pinjaman modal dari kita."

Pesan ayah Firman yang sangat ingin sekali merebut ladang penghasilan milik Haikal dan Fatma dengan menjadikan Mr. Rudolf sebagai alat yang mereka gunakan untuk menjalankan misinya.

"Siap yah semua sudah aku atur, untuk awalnya mereka boleh untung besar tapi untuk selanjutnya keuntungan mereka akan berpindah kepada kita," jawaban Firman mengimbangi pikiran licik ayahnya.

"Besok rencana pukul berapa kamu dan Mr.Rudolf, ingat jangan sampai gagal buat serapi mungkin."

"Besok pagi pukul 10:00 kita akan bertemu, aku akan mengingatkan Haikal lagi dan juga Mr. Rudolf agar mereka juga tidak lupa," jawab Firman. Lalu dia mengambil ponselnya dan menelpon Haikal.

"Halo Kal cuma mau ngingetin besok pukul 10:00 kita ketemu dikantor kamu ya, kamu siapkan dokumen dokumen yang dibutuhkan besok semoga lancar ya Kal."

"Ok siap segera sampai rumah aku siapkan semua, terima kasih atas bantuanmu ya," Haikal dengan polos menanggapi perkataan Firman yang lembut namun didalamnya terselip belati yang siap mengoyak kehidupannya bersama Fatma."

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
percaya ucapan istri itu akan lebih baik lohh haikal
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
jahat banget si Firman itu, Haikal hati2 dong
goodnovel comment avatar
Haerani Eka
sebenarnya setuju sama fatma kalau emang modal dan tenaga kerja belum cukup lebih baik jangan dulu lakukan ekspor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status