Dalam keadaan yang bingung dan terhimpit lilitan hutang yang menyesakkan hidupnya, Fatma nekat menawarkan kembali rahimnya kepada Nathan dengan cara yang sangat diluar dugaan.
"Saya akan tetap membantu bapak dan istri bapak untuk memiliki keturunan.""Maksudmu bagaimana, dengan cara apa Fatma, sudah gak mungkin lagi Fatma istri saya ael telurnya telah mati jadi tidak bisa dilakukan bayi tabung.""Bukan dengan bayi tabung pak, silahkan bapak memakai seluruh tubuh saya termasuk rahim saya untuk mendapatkan keturunan."Nathan tidak mengerti maksud ucapan asisten pribadinya itu. Dia mencoba mencerna dengan baik kata katanya."Menggunakan seluruh tubuhmu, maksudnya apa, nikahin kamu? tambah gak mungkin Fatma.""Bukan dengan menikah pak, tapi kita lakukan itu sampai saya hamil, tapi saya minta imbalan pak, saya mohon bantulah saya agar terbebas dari lilitan hutang ini, sata dan suami setiap hari ditagih oleh debt colector bank, saya sudah tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan."Maksudmu apa Fatma?"Tanpa menjawab pertanyaan Nathan, dia berjalan kembali kemeja kerjanya. Fatma terdiam dia hanya sedang berpikir apa yang barusan dia katakan, perkataan yang tak semestinya dikatakan oleh seorang perempuan muslimah dan seorang istri. Nathan mendekatinya, mencoba berbicara dengan Fatma agar mendapatkan jalan keluar terbaik untuk permasalahan yang dihadapi Fatma."Fatma, berapa uang yang kamu butuhkan untuk melunasi hutang suamimu?""Banyak sekali pak, totalnya satu milyar itu sudah total keselurahan beserta denda dendanya.""Kamu tidak punya aset untuk dijual?""Pabrik kami sudah dikuasai renternir, rumah dan mobil kami sudah kami jual, sedangkan sekarang kami dibawah ancaman bank yang akan menyita aset yang kami jadikan jaminan, agar tidak di sita kami harus membayar tunggakan kami beserta dendanya atau kalau tidak bisa hutang kami akan dinaikkan nilainnya dan itu akan semakin tinggi.""Akan aku beri kamu pinjaman Fatma, lihatlah hijabmu yang begitu syar'i, lihatlah ibadahmu yang begitu khusyuk apa kamu tidak sayang dengan itu semua jika kamu menawarkan tubuhmu?""Jangan pak, jangan tambahi beban saya dengan hutang lagi, saya tidak mampu sudah, gaji dan pendapatan suami saya juga belum cukup untuk mencicil tanggungan kami, kami sudah tidak sanggup lagi."Mereka menghentikan obrolan mereka dan bersiap pulang. Setibanya di mess Fatma segera membersihkan diri dan menunaikan kewajiban sholat. Menangis dalam doanya setelah selesai sholat, dia menyesali semua yang telah terjadi dalam kehidupannya meskipun dia berusaha untuk ikhlas kuat dan sabar menjalani. Kini bukan hanya ekonominya yang sedang diuji, tapi juga keimanan dan kesetiaannya sedang diuji dalam menghadapi masalah ini.Hatinya sekarang dipenuhi perasaan rindu yang sangat dalam kepada anak dan suaminya, sudah dua bulan Fatma tidak bisa pulang bertemu anak dan suaminya, uang gajinya telah habis untuk membayar hutang. Fatma menelpon keluarganya namun telpon diharapkannya dapat mengobati perasaan rindunya dan menenangkannya malah menambah beban pikirannya, Haikal selalu menceritakan teror penagih hutang yang setiap hari datang kerumahnya."Aku kangen banget sama Adel pengen rasanya aku pulang mas, sudah dua bulan ini aku gak busa pulang jangan buat pulang bisa cukup buat sampai gajian aja udah syukur, kabar kerjaannya sayang gimana jadi dapat pesanan untuk jahit partai besar?""Jadi sayang, semoga kita terus diberi rejeki berlebih ya biar bisa membayar hutang, tadi pagi mereka datang lagi sayang, malu rasanya aku sama tetangga setiap hari selalu didatangi penagih hutang.""Mas memang nya gak bilang ke mereka kita bayar tiap bulannya tapi jangan di datangi terusan?" atau gini mas datang aja kekantornya biar anak buah mereka tidak seperti itu.""Iya aku coba besok, mereka masih nagih keputusan kapan akan bayar yang dulu menunggak plus dendanya, kamu bisa bayar kapan sayang kira kira, atau beneran ini aku nekat kerumah mama aja, buat jual aset yang masih tersisa.""Jangan nekat kamu mas, kamu sudah menjadikan rumah mama sebagai jaminan yang sekarang terancam disita, sekarang malah mau kamu tambahin beban dengan memintanya menjual aset yang lain.""Lalu bagaimana lagi daripada kita terusan seperti ini, penghasilanku dan penghasilanmu saja tidak cukup.""Bisa gak mas aku nelpon aku kepengen dengar kabar adel cerita sehari harinya yang aku tinggalkan, pengen denger ceritamu dan kerjaanmu tanpa harus ditambahi cerita penagih hutang itu, aku juga masih berusaha juga untuk keluar dari ini semua.""Kok kamu adi marah marah sayang, aku ingin cerita tentang keadaan disini, dan menanyakan kira kira kapan bisa kamu bantuk buat bayar itu.""Aku lama lama bosan mas telpon bukan nambah nenangin tapi malah bikin kacau." Fatma tiba tiba mematikan telpon tanpa salam dan pamitan.Jenuh sudah memikirkan semua ini, kehidupannya sudah berubah sejak suaminya dekat dengan Firman dan ambisinya membuat terjebak dalam permainan Firman dan ayahnya yang menghancurkan kehidupan yang tenang dan berganti dengan kegelisahan."Semua itu sudah gak mungkin lagi aku lakukan, pak Nathan sudah menolak tawaranku, apa yang harus aku lakukan, aku juga gak mungkin berbuat nekat seperti itu." Membuang segala niatnya untuk tetap bersikukuh menawarkan dirinya kepada Nathan untuk dihamili gar mendapat bayaran yang bisa melunasi hutang hutanganyaTak mau permasalahannya membuat kinerjanya menurun dan menganggu pekerjaannya. Fatma mencoba profesional, dia tak mau mencampur masalah pribadi dengan pekerjaan, termasuk masalah tawarannya yang di tolak Nathan. Fatma berusaha bersikap biasa saja meskipun perasaan canggung itu masih ada.Permasalahannya yang begitu rumit ternyata sudah menguasai Fatma, dia tak lagi bisa fokus seutuhnya pada pekerkaannya. Beberapa kali Nathan memperhatikan sikap aneh Fatma yang tak seperti biasanya. Melihat ifu semua Nathan menegur Fat.a."Kamu kenapa? saya perhatikan kamu dari tadi gelisah, dan gak fokus.""Gak apa apa pak, cuma lagi kurang enak badan saja.""Kamu lagi nutupin sesuatu Fatma, ada apa? masihasalah yang sama?""Iya pak masih kepeikiran masalah yang sama, bapak sendiri bagaimana apa sudah tenang?""Aku lagi gak mau membicaraka itu Fatma karena bikin mood aku hilang. Gimana kamu mau nerima tawaranku, kamu akan aku pinjami uang untuk membayar sebagian hutang suamimu""Tidak pak terima kasih, nanti malah beban saya nambah besar.""Ya sudah lah kalau kamu mau kamu tinggal sampaikan saja kesaya, saya pulang dulu ya, kamu juga cepetan pulang udah waktunya pulang."Tawaran Fatma yang masih lekat di ingatan Nathan, membuatnya kepikiran untuk membicarakan ulang dengan Alicia. Sama seperti Fatma, Nathan juga Ingin semuanya cepat selesai dan kembali tenang. Dia ingin menjalani kehidupannya tidak berada dibawah tekanan mertuanya yang ingin sekali mempunyai cucu.Nathan mempunyai rencana ingin mengajak Alicia jalan jalan menghilangkan penat dan masalah yang menumpuk. Ingin hidup bebas tanpa tekanan hanya berdua dengan istri tercintanya. Langsung mengutarakan niatnya setelah dia sampai dirumah dan disambut istri tercintanya. "Sayang kita traveling yuk besok, dah lama kita gak menghabiskan waktu berdua." "Boleh sayang mau pergi kemana mmm kita Bali aja yuk!" "Ok.""Mama kamu gak kesini kan sayang?""Kurang tau sayang mama gak bilang apa apa, memang kenapa? gak suka ya ada mama?" "Bukan gitu, hanya ingin tenang dan menikmati hidu hanya berdua denganmu dirumah ini." "Sayang kesal ya sama mama, sabar ya kesetiaan kita sekarang diuji oleh sikap kedua mama kita yang sedang menuntut agar segera mempunyai cucu, andaikan dulu kita tidak pergi pasti kecelakaan itu gak akan mungkin terjadi dan anak kita masih hidup sayang dan aku gak akan seperti ini." Tak menjawab perkataan istrinya Nathan hanya tersenyum sambil memeluk istrinya. Setiap mengingat k
"Saya salah ma maafkan saya, saya akan pastikan mama akan mempunyai cucu seperti yang mama inginkan dalam waktu kurang dari tiga bulan Alicia akan hamil." Nathan menjawab perkataan mamanya dengan lantang, bahkan demgan penuh keberanian dia memastikan bahwa Alicia akan hamil. Raut wajah Alicia berubah, langsung dia menoleh ke arah Nathan dengan raut wajah yang menyimpan pertanyaan setelah mendengar jawaban Nathan. "Ok, buktikan kalau memang kamu mampu, saya tidak mau kamu mungut anak jalanan dan kamu akui menjadi anak kalian, saya mau cucu hasil keturunanmu sendiri." Mama Alicia pergi meninggalkan mereka berdua dan menuju kamar tidurnya tanpa berkata apapun lagi. Alicia segera menyeret Nathan dan membawanya masuk ke kamar. "Jangan ngawur kamu kalau bicara sayang, bagaimana bisa kamu berjanji kepada mama seperti itu, bukan malah jujur tapi malah menambah masalah ini semakin rumit." "Kamu yakin kalau kita jujur ini semua akan selesai, gak Alicia, kebencian, kemarahan mamamu akan sema
"Aku sudah lelah dengan semua sindiran, semua cercaan dan tuduhan jika aku mandul, aku ingin membuktikan bahwa aku bukan pria mandul, aku bisa mempunyai keturunan, darah daging ku, walaupun itu tak terlahir dari istriku, aku merasa terpojok Fatma." Nathan bercerita meluapkan semua yang dia rasakan, tampak bos ini sedang berada pada batas kesabarannya. Suasana menjadi hening sesaat setelah Nathan meluapkan semua perasaannya. Fatma berpikir ulang untuk benar benar melakukan tawarannya kepada Nathan waktu itu. Bagaiman dia akan nekat melakukannya, bagaimana dia bisa membiarkan laki laki selain suaminya itu akan menghamilinya. Kacau carut marut di dalam pikiran Fatma, dia tak membayangkannya. Fatma larut dengan lamunannya, nanmun lamunan Fatma dibuyarkan oleh dering telpon dari Haikal suaminya. "Halo iya mas ada apa?" jawab singkat Fatma. "Sayang kamu lagi, kamu sudah dikantor? sayang bagaimana kamu sudah ada uangnya mereka meminta melunasi paling akhir dua bulan lagi, kalo tidak rumah
Tiga jam berlalu, meeting dengan klien dari Jepang telah selesai. Hasil yang sangat baik dengan berhasilnya kerja sama yang diberikan kepada perusahaan Nathan dengan project besar di Jepang nanti. Nathan semakin bangga dan kagum dengan sosok Fatma, perempuan muslimah yang anggu cerdas dan pintar dalam bernegosiasi sehingga bisa memenangkan tender yang besar saat ini. Fatma mampu mengabaikan semua masalah besarnya, dia bisa fokus dengan pekerjaanya walaupun dia sedang terhimpit dalam sebuah masalah besar. "Fatma selamat ya kamu kali ini sudah bisa membuktikan kehebatanmu lagi dalam negosisasi memenangkan tender gak salah aku milih kamu jadi asistanku." Nathan memberikan apresiasi kepada Fatma yang telah berhasil dalam penawaran kerja kepada Klien barunya. "Alhamdulillah bapak, ini semua juga berkat usaha kita bersama dan tentunya perusahaan bapak yang sudah mempunyai nilai tawar yang baik di hadapan klien." "Ya sudah, sekarang kita makan siang ya, kali ini kamu bebas sebebas bebasny
Fatma terlihat begitu menikmati makan siang kali ini. Nyaman dengan suasana cafe dan menu menu yang dihidangkan . Namun pikirannya tidak tenang, dia teringat Adel putri kesayangannya. Apakah dia sudah makan saat ini, makan apa dia, apa dia bisa menikmati makanan dengan menu yang bergizi disaat usianya yang sedang membutuhkan asupan makanan sehat, Ingin rasanya dia pulang menjenguknya, bahkan membawanya tinggal bersamanya. Sejujurnya Fatma tidak tega meninggalkannya sendiri dengan Haikal suaminya, meskipun dia adalah ayah yang baik, tapi saat ini kebutuhan utamanya hanya bayar hutang, hutang dan hutang. Terlintas rasa takut dipikiran Fatma, takut Haikal lebih mementingkan bayar hutang daripada untuk Adel. Tak terasa air mata Fatma jatuh disaat dia sedang menikmati makan siangnya, dan itu terlihat oleh Nathan yang tak sengaja memperhatikan asistannya yang sedang larut dalam lamunannya. "Fatma kamu kenapa? kenapa kamu nangis? Fatma maafkan saya jika perkataan saya tadi ada yang menyingg
Tak bisa lagi berkata kata, Fatma hanya tertunduk lemas melihat Nathan duduk bersimpuh dihadapannya memohon dengan penuh harapan. Berat dalam hatinya untuk memutuskan semua ini. "Maaf pak saya tidak memutuskan saat ini. Sejujurnya saya tidak bisa melakukan ini semua pak, saya tidak bisa jika saya harus benar benar melakukannya saya tidak sanggup pak." Fatma berusaha untuk menolak Nathan yang sedang menaruh harapan besar kepadanya. "Tolong Fatma saya mohon, saya mohon kepadamu Fatma hanya kamu yang bisa membantuku. Tolong kamu pikirkan lagi keputusanmu."Suasana ruangan itu seketika berubah menjadi hening. Mereka hanya terdiam tanpa melanjutkan pembicaraan mereka. Fatma berada pada sebuah keadaan yang sulit. Dia tak dapat membuat sebuah keputusan apapun, Fatma dihadapkan pada sebuah jalan buntu dan tak tau harus berbuat apa. Disatu sisi dia tidak menginginkan melakukan itu semua, tapi disisi lain ada tuntutan yang harus dia selesaikan yang mengharuskan untuk melakukan perbuatan senek
Semalaman Fatma tidak bisa memejamkan matanya, dia memikirkan semuanya sendiri, menangis setiap malam didalam sholat malamnya. Namun semua jalan terasa buntu tak dapat dia lalui untuk keluar dari masalah ini. Setiap dia mencoba mencari cara, maka hanya bayangan atasannya yang selalu hadir dalam pikirannya. Sampai sampai dia kesal mengapa hanya itu yang ada di dalam benaknya, apakah tidak ada jalan lain selain aku harus menjual tubunya ke atasannya.Tak terasa pagi pun tiba, waktunya Fatma untuk bersiap siap untul memulai aktivitas rutinnya. Tapi pagi ini terasa berbeda, dia harus menyiapkan kebutuhan untuk ibu mertua dan putri tercintanya. Setelah sekian lama akhirmya Fatma bisa merawat Adel dan menyuapinnya yang membuat nya merasa sangat bersemangat untuk memulai aktivitasnya. Tiba saatnya dia harus pergi melaksanakan aktivitasnya, Fatma berpamitan kepada ibu mertuanya, namun ada satu yang membuat Fatma harus berangkat kerja dengan membawa beban pikiran ketika mertuanya berpesan kep
"Aku harus kuat, aku harus bisa melalui ini semua tanpa harus berbuat dosa dan menggadaikan kesetiaan dan tubuhku." Rutuk dalam hati Fatma yang mencoba menguatkan dirinya yang sedang berada pada titik terendah dalam hidupnya. Sepanjang hidupnya ini adalah ujian terberat yang pernah dirasakan oleh Fatma. Semua yang ada pada dirinya kini sedang diuji kekuatannya dalam menyelesaikan masalah. Fatma masih berusaha menggenggam erat iman yang masih dia punya. Entah sampai kapan dia akan kuat mempertahankannya disaat badai yang semakin kuat menerpanya. Seharian dia tidak bisa fokus bekerja, pikirannya kalut dan dalam keadaan kebingungan. Memikirkan segala cara untuk bisa keluar dari masalah ini. Pekerjaan yang dia kerjakan semua berantakan membuat Nathan bertanya tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi pada asistannya. "Fatma, please cerita ada apa, dari tadi pekerjaanmu revisi terusan, kamu tidak fokus kamu tidak konsentrasi, kenapa Fatma ceritakan." "Maaf pak, saya sedang banyak pikiran