Share

Chapter 6

Dalam keadaan yang bingung dan terhimpit lilitan hutang yang menyesakkan hidupnya, Fatma nekat menawarkan kembali rahimnya kepada Nathan dengan cara yang sangat diluar dugaan.

"Saya akan tetap membantu bapak dan istri bapak untuk memiliki keturunan."

"Maksudmu bagaimana, dengan cara apa Fatma, sudah gak mungkin lagi Fatma istri saya ael telurnya telah mati jadi tidak bisa dilakukan bayi tabung."

"Bukan dengan bayi tabung pak, silahkan bapak memakai seluruh tubuh saya termasuk rahim saya untuk mendapatkan keturunan."

Nathan tidak mengerti maksud ucapan asisten pribadinya itu. Dia mencoba mencerna dengan baik kata katanya.

"Menggunakan seluruh tubuhmu, maksudnya apa, nikahin kamu? tambah gak mungkin Fatma."

"Bukan dengan menikah pak, tapi kita lakukan itu sampai saya hamil, tapi saya minta imbalan pak, saya mohon bantulah saya agar terbebas dari lilitan hutang ini, sata dan suami setiap hari ditagih oleh debt colector bank, saya sudah tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan.

"Maksudmu apa Fatma?"

Tanpa menjawab pertanyaan Nathan, dia berjalan kembali kemeja kerjanya. Fatma terdiam dia hanya sedang berpikir apa yang barusan dia katakan, perkataan yang tak semestinya dikatakan oleh seorang perempuan muslimah dan seorang istri. Nathan mendekatinya, mencoba berbicara dengan Fatma agar mendapatkan jalan keluar terbaik untuk permasalahan yang dihadapi Fatma.

"Fatma, berapa uang yang kamu butuhkan untuk melunasi hutang suamimu?"

"Banyak sekali pak, totalnya satu milyar itu sudah total keselurahan beserta denda dendanya."

"Kamu tidak punya aset untuk dijual?"

"Pabrik kami sudah dikuasai renternir, rumah dan mobil kami sudah kami jual, sedangkan sekarang kami dibawah ancaman bank yang akan menyita aset yang kami jadikan jaminan, agar tidak di sita kami harus membayar tunggakan kami beserta dendanya atau kalau tidak bisa hutang kami akan dinaikkan nilainnya dan itu akan semakin tinggi."

"Akan aku beri kamu pinjaman Fatma, lihatlah hijabmu yang begitu syar'i, lihatlah ibadahmu yang begitu khusyuk apa kamu tidak sayang dengan itu semua jika kamu menawarkan tubuhmu?"

"Jangan pak, jangan tambahi beban saya dengan hutang lagi, saya tidak mampu sudah, gaji dan pendapatan suami saya juga belum cukup untuk mencicil tanggungan kami, kami sudah tidak sanggup lagi."

Mereka menghentikan obrolan mereka dan bersiap pulang. Setibanya di mess Fatma segera membersihkan diri dan menunaikan kewajiban sholat. Menangis dalam doanya setelah selesai sholat, dia menyesali semua yang telah terjadi dalam kehidupannya meskipun dia berusaha untuk ikhlas kuat dan sabar menjalani. Kini bukan hanya ekonominya yang sedang diuji, tapi juga keimanan dan kesetiaannya sedang diuji dalam menghadapi masalah ini.

Hatinya sekarang dipenuhi perasaan rindu yang sangat dalam kepada anak dan suaminya, sudah dua bulan Fatma tidak bisa pulang bertemu anak dan suaminya, uang gajinya telah habis untuk membayar hutang. Fatma menelpon keluarganya namun telpon diharapkannya dapat mengobati perasaan rindunya dan menenangkannya malah menambah beban pikirannya, Haikal selalu menceritakan teror penagih hutang yang setiap hari datang kerumahnya.

"Aku kangen banget sama Adel pengen rasanya aku pulang mas, sudah dua bulan ini aku gak busa pulang jangan buat pulang bisa cukup buat sampai gajian aja udah syukur, kabar kerjaannya sayang gimana jadi dapat pesanan untuk jahit partai besar?"

"Jadi sayang, semoga kita terus diberi rejeki berlebih ya biar bisa membayar hutang, tadi pagi mereka datang lagi sayang, malu rasanya aku sama tetangga setiap hari selalu didatangi penagih hutang."

"Mas memang nya gak bilang ke mereka kita bayar tiap bulannya tapi jangan di datangi terusan?" atau gini mas datang aja kekantornya biar anak buah mereka tidak seperti itu."

"Iya aku coba besok, mereka masih nagih keputusan kapan akan bayar yang dulu menunggak plus dendanya, kamu bisa bayar kapan sayang kira kira, atau beneran ini aku nekat kerumah mama aja, buat jual aset yang masih tersisa."

"Jangan nekat kamu mas, kamu sudah menjadikan rumah mama sebagai jaminan yang sekarang terancam disita, sekarang malah mau kamu tambahin beban dengan memintanya menjual aset yang lain."

"Lalu bagaimana lagi daripada kita terusan seperti ini, penghasilanku dan penghasilanmu saja tidak cukup."

"Bisa gak mas aku nelpon aku kepengen dengar kabar adel cerita sehari harinya yang aku tinggalkan, pengen denger ceritamu dan kerjaanmu tanpa harus ditambahi cerita penagih hutang itu, aku juga masih berusaha juga untuk keluar dari ini semua."

"Kok kamu adi marah marah sayang, aku ingin cerita tentang keadaan disini, dan menanyakan kira kira kapan bisa kamu bantuk buat bayar itu."

"Aku lama lama bosan mas telpon bukan nambah nenangin tapi malah bikin kacau." Fatma tiba tiba mematikan telpon tanpa salam dan pamitan.

Jenuh sudah memikirkan semua ini, kehidupannya sudah berubah sejak suaminya dekat dengan Firman dan ambisinya membuat terjebak dalam permainan Firman dan ayahnya yang menghancurkan kehidupan yang tenang dan berganti dengan kegelisahan.

"Semua itu sudah gak mungkin lagi aku lakukan, pak Nathan sudah menolak tawaranku, apa yang harus aku lakukan, aku juga gak mungkin berbuat nekat seperti itu." Membuang segala niatnya untuk tetap bersikukuh menawarkan dirinya kepada Nathan untuk dihamili gar mendapat bayaran yang bisa melunasi hutang hutanganya

Tak mau permasalahannya membuat kinerjanya menurun dan menganggu pekerjaannya. Fatma mencoba profesional, dia tak mau mencampur masalah pribadi dengan pekerjaan, termasuk masalah tawarannya yang di tolak Nathan. Fatma berusaha bersikap biasa saja meskipun perasaan canggung itu masih ada.

Permasalahannya yang begitu rumit ternyata sudah menguasai Fatma, dia tak lagi bisa fokus seutuhnya pada pekerkaannya. Beberapa kali Nathan memperhatikan sikap aneh Fatma yang tak seperti biasanya. Melihat ifu semua Nathan menegur Fat.a.

"Kamu kenapa? saya perhatikan kamu dari tadi gelisah, dan gak fokus."

"Gak apa apa pak, cuma lagi kurang enak badan saja."

"Kamu lagi nutupin sesuatu Fatma, ada apa? masihasalah yang sama?"

"Iya pak masih kepeikiran masalah yang sama, bapak sendiri bagaimana apa sudah tenang?"

"Aku lagi gak mau membicaraka itu Fatma karena bikin mood aku hilang. Gimana kamu mau nerima tawaranku, kamu akan aku pinjami uang untuk membayar sebagian hutang suamimu"

"Tidak pak terima kasih, nanti malah beban saya nambah besar."

"Ya sudah lah kalau kamu mau kamu tinggal sampaikan saja kesaya, saya pulang dulu ya, kamu juga cepetan pulang udah waktunya pulang."

Tawaran Fatma yang masih lekat di ingatan Nathan, membuatnya kepikiran untuk membicarakan ulang dengan Alicia. Sama seperti Fatma, Nathan juga Ingin semuanya cepat selesai dan kembali tenang. Dia ingin menjalani kehidupannya tidak berada dibawah tekanan mertuanya yang ingin sekali mempunyai cucu.

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Roro Halus
aku sedih bacanya thor, sayang bgt ibadah dan jilbab panjangnya fatma bener kata Nathan, Nathan keren juga bisa menolak tawaran itu...
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
sampai sini aku makin pengen buka bab selanjutnya
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
Benar kata Nathan, sayang banget hijab Fatma sudah syar'i masa mau menyerahkan tubuhnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status