Home / Rumah Tangga / Ketika Adikku Inginkan Suamiku / Bab 1. Sahabat Bagai Kepompong

Share

Ketika Adikku Inginkan Suamiku
Ketika Adikku Inginkan Suamiku
Author: Helminawati Pandia

Bab 1. Sahabat Bagai Kepompong

last update Last Updated: 2024-12-10 16:46:21

****

Awalnya aku  tak begitu peduli dengan istilah itu. Namun, setelah menjalin persahabatan dengan dua bidadari cantik teman di kampus, istilah itu bagai ritme syahdu yang selalu mengiringi.

Rani yang tegas,  kalau bicara apa adanya, keras dan  agak kasar. Sedangkan Melur si cantik yang lembek, naif, polos, tetapi  berhati malaikat. Sifat keduanya sangat bertolak belakang. Akulah yang selalu menjadi penengah mereka. Entah bagaimana mereka menilaiku, yang jelas aku selalu berada di antara keduanya.

Saat Rani terlalu keras, dan Melur yang terlalu lembek, aku hadir menawarkan jalan tengahnya. Aku tidak merasa dirikulah yang paling baik, tidak. Aku hanya ingin kami bertiga selalu saling melengkapi itu saja.

Banyak orang mengatakan, bila tiga orang bersahabat, pasti akan terjadi petaka. Karena kehadiran orang ketiga selalu negative dalam sebuah hubungan. Tetapi, tidak dalam hubungan persahabatn kami.

Aku memang selalu memposisikan diriku sebagai orang ketiga. Namun, bukan untuk menghancurkan hubungan keduanya. Melainkan berusaha menjadi penengah di antaranya.

Ternyata hal itu terjadi juga dalam hal asmara. Entah kenapa, aku hadir sebagai orang ke tiga juga.  Sekali lagi, aku berusaha tidak akan menghancurkan hubungan percintaan mereka.

Mas Reno, dia adalah salah seorang panitia yang mengospek kami saat menjadi calon mahasiswa baru. Dia menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswi. Bahkan, aku berani mengatakan, hampir separuh  dari kami jatuh hati padanya. Termasuk aku. Wajah tampannya mirip  bintang filem India yang menjadi idola saa itu. Mata tajam bagaikan mata burung elang, hidung mancung, bibir bagus sempurna, dilengkapi dengan kumis tipis yag menghiasinya.  Aku tak bisa membayangkan, bagaimana rasanya bila kumis tipis itu menyentuh pipi.

Tak disangka, ternyata sang idola jatuh hati pada Melur. Gadis yang berhati malaikat itu, sangat beruntung.  Aku menyadari sepenuhnya, bahwa jika hati kita baik dan bersih, maka rejeki akan datang. Melur yang baik, dicintai banyak lelaki. Jadi rebutan para mahasiswa tampan. Tetapi, dia melabuhkan hatinya pada sang idola. Pasangan yang sangat sempurna.

Sampai akhirnya sang durjana datang merusak segalanya. Melur, sahabat malaikatku memilih menikah dan meninggalkan kekasih hatinya. Keputusannya tak bisa ditawar. Tak  ada yang bisa mencegahnya.  Dia pergi meninggalkan Mas Reno, orang yang sangat dicintainya.

Awalnya kami juga mengira, kalau Mas Reno benar mengkhianati cinta mereka. Saat sebuah fhoto ditunjukkan oleh Mas Gilang, lelaki yang tergila-gila pada Melur. Fhoto kemesraan Mas Reno dengan seorang perempuan yang tidak kami kenal.  Melur terhasut.  Rencana busuk Mas Gilang tercapai.

Mas Reno patahati, keputusan sepihak Melur membuatnya kehilangan arah. Dia terjebak dengan obat-obatan terlarang.  Tak  ada yang bisa menghiburnya, tidak ada yang bisa mengembalikan kepercayaannya.  Tidak juga aku.

Meski aku telah berusaha semampuku  menunjukkan perhatian kepadanya. Kucoba menggantikan posisi Melur di singgasananya. Kenyataanya, tak ada tempat buat wanita kain di sana.

“Maaf, Mala. Tolong jangan pernah menemuiku!” katanya suatu kali dulu. Aku menemuinya di tempat fitness. Aku tahu dia sering melakukan transaksi di tempat itu.

“Kenapa Mas? Aku hanya ingin menemanimu saat kau terpuruk seperti saat ini,” ucapku kala itu.

“Aku enggak suka melihatmu di dekatku, sangat tidak suka! Kau tahu kenapa? Karena aku melihat bayangan wajah Melur pada dirimu! Setiap aku melihatmu, seketika itu pula bayangannya  muncul di hadapanku. Aku benci pada Melur! Jadi, tentu kau bisa paham, sebegitu benci pula aku padamu. Jangan pernah menunjukkan dirimu lagi di hadapanku, paham!” 

Aku tersentak. Sakit. Patah sudah hati ini. Orang yang sangat aku cintai, ternyata begitu membenciku. Kemarahan dan kekecewaannya pada Melur, ditumpahkannya padaku. Jangankan untuk menerima cintaku, untuk melihat wajahku saja dia  tak sudi.

Sakit? Ya, sangat sakit. Kapok? Tentu saja.  Aku bahkan bersumpah, tak kan pernah lagi jatuh hati pada laki-laki manapun. Tidak akan kubuka pintu hati ini pada siapapun.  Kecuali Mas Reno. Ya, aku akan sabar menunggu, sampai kapanpun akan tetap kutunggu. Aku yakin, waktu akan menyembuhkan luka Mas Reno. Dia akan memberiku kesempatan. Akan kutunggu  kapanpun itu.

Tetapi, penantianku ternyata sia-sia. Saat mendengar kabar Melur bercerai, semua harapanku seketika sirna. Melurku, tengah menderita. Pengkhianatan Mas Gilang pasti sangat menyakitkan baginya. Aku tak bisa membiarkan penderitan itu terus menerus mendera hidupnya. Aku tahu, Mas Reno adalah cinta sejatinya.   Sebaliknya, Mas Reno juga sama, Melur adalah hidupnya. Tekatku sudah bulat, akan menyatukan mereka kembali, bagaimanapun caranya.

Kesempatan itu tiba, saat Melur minta aku menemaninya  fitness. Sengaja dia kubawa ke tempat yag biasa dikunjugi Mas Reno. Akan kubuktikan, akankah cinta mempertemukan mereka? Aku bertaruh pada diriku sendiri, bila ternyata Mas Reno  dan Melur bertemu di tempat itu, berarti mereka berjodoh. Tidak ada seorangpun yang bisa mencampuri urusan jodoh yang telah ditentukan Allah.

Tanpa kuatur, tanpa kurekayasa, ternyata Allah mempertemukan mereka. Melur melihat Reo melintas.  Melur bahkan bisa mengenali meski hanya melihat Reno sekilas, itupun dalam balutan sweeter bertopi yang menutup sebagian wajahnya. Cinta mempertemukan mereka.  Sejak itu aku semakin yakin, mereka adalah pilihan Allah. Aku semakin yakin dengan tekatku, bahwa aku akan menyatukan mereka, bagaimanapun caranya.

Tentang perasaanku pada Mas Reno? Biarlah kupendam saja. Cukup Rani seorang yang tahu. Melur jangan sampai tahu.  Aku tak mau menjadi penghalang baru dalam hubungan mereka. Jika sampai Melur tahu perasaanku pada mantan kekasihnya, aku khawatir dia akan merasa tidak enak hati.

Namun, sepandai-pandai aku menyimpan, terendus juga olehnya. Terpaksa aku bersandiwara. Seolah-olah aku telah punya kekasih agar Melur tidak curiga. Mas Diky, lelaki yang kupilih untuk memerankan  tokoh pria dalam sandiwaraku.

Mas Diky, mantan kakak kelas saat aku SMA dulu. Dia sudah mendekatiku saat  masih berseragam putih abu-abu. Aku tak bisa menerima cintanya. Bukan karena dia kurang tampan, tapi entah mengapa hati ini tak bisa mencintainya. Sedikitpun tak ada getaran di sana. Mas Diky tidak kuliah, dia langsung melamar sebagai polisi setamat SMA. Setelah  dua  tahun mengabdi, baru dia  melanjut kuliah. Saat ini, dia sudah berpangkat lumayan tinggi.

Mas Diky begitu sempurna untuk dicintai. Tidak ada lagi yang kurang pada dirinya. Namun, hatiku tetap tak bisa terpaut padanya. Meski dia tak jua lelah mengejarku, cinta ini tak hendak menyatu juga. Terlalu sulit menghapus  nana Mas Reno dari hatiku. Sangat sulit membunuh rasa ini. Sudah kucoba semampuku.

Kupaksa menyakiti diriku sendiri, dengan melihat kebersamaan Mas Reno dengan Melur. Kubakar   hatiku dangan api   cemburu setiap menyaksikan tatapan Mas Reno yang penuh cinta pada Melur. Aku memang terbakar, aku memang sakit. Bahkan sampai berdarah-darah. Tetapi, rasa ini, tak juga berubah. Aku tak bisa membenci Melur meski aku cemburu. Aku  tak  bisa membenci Mas Reno, meski hatiku terluka.  Aku tak bisa mendendam mereka berdua. 

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 68. Ekstra part 2 (Tamat)

    ****Kuhirup udara kebebasan dalam-dalam, begitu diri ini berada di luar. Setelah tiga tahun lima bulan terkurung di balik tembok tinggi, terisolasi dari hiruk pikuknya dunia luar, kini aku kembali dipercaya untuk melanjutkan hidup.Aku tahu, masa tahanan ini cukup singkat, dibanding dengan kejahatan yang telah kulakukan. Papa dan Kak Mala, berjuang agar masa tahananku sesingkat mungkin. Padahal, andai seumur hdup di penjara pun, aku ikhlas.Bukan suatu masalah buatku, hidup di dalam penjara. Jujur, aku malah merasa, lebih baik hidup terisolasi di dalam sana dari pada terbuang di luar sini. Yah, aku pasti hidup terbuang di luar ini.Siapa yang peduli padaku, coba? Sapa yang akan mendampingi orang cacat sepertiku? Hanya akan menjadi beban buat orang lain. Bukankah lebih baik hidup di balik jeruji? Entah untuk apa Papa dan Kak Mala berj

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 67.  Ekstra Part 1

    *****POV Rara (Malam sebelum Ratna Tertusuk)“Tidur, Nak! Sudah malam, ayo!” Ibu Niken mendorong kursi rodaku menuju kamar.“Baik, Bu,” sahutku.Tante Lena dan Nenek mengikuti kami, setelah lelah berbincang tentang persiapan pernikahan Bu Niken dengan Papa esok pagi. Tante Lena dan Nenek masuk ke kamar mereka. Sedangkan aku dan BU NIken masuk ke kamar kami sendiri. Sejak aku tinggal di rumah Kak Mala, Bu Nikenlah yang merawatku. Dia sendiri yang menawarkan diri. Kmai sekamar berdua, Nennek dimintanya pindah ke kamar Tante Lena. Alasannya agar mugah melayani segala keperluanku.Sungguh tak kusangka, wanita yang pernah dihancurkan oleh Mama, justru bersikap begitu baik padaku. Saat aku tak berdaya, dia tampil sebagai. Tiada pamrih apa-apa, aku dapat merasakan ketulusan dari setiap tindakannya.Pantas Kak Mal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 66. Gerimis di Akhir Badai

    *****POV MalaTekad Papa untuk menikahi Ibu kembali sepertinya sudah sangat bulat. Dia memenuhi janjinya pada Ibu dan nenek. Sehari setelah surat cerai untuk Mama Ratna keluar, dia langsung datang ke rumah untuk melamar Ibu. Alhamdulillah, Ibu menerima lamaran Papa.Pernikahan mereka akan diadakan seminggu lagi. Ibu tak ingin ada pesta, cukup pernikahan sederhana saja.Bertolak belakang dengan Papa dan Mama mertua. Mereka justru diambang perceraian. Mama mertua tetap menggugat pisah. Segala bujukan dan jalan damai telah kutempuh. Bekerja sama dengan Kak Rahma, kami berusaha menyatukan mereka kembali, tetapi pintu hati mama mertua sepertinya sudah benar-benar tertutup. Anehnya Mas Diky malah mendukung.“Apapun akan Diky lakukan untuk Mama, asal itu membuat Mama bahagia,” janjinya pada ibunya.“Izinkan mama

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 65. Tobatku Karena Kak Mala

    *****POV RaraPerlahan kesadaranku telah kembali. Yang pertama, ternyata aku masih hidup. Saat ini berada di sebuah rumah sakit, tentu saja aku yakin ini adalah sebuah rumah sakit karena ada jarum inpus yang melekat di pergelangan tangan. Ada selang yang ikut bergerak, jika tangan ini kugerakkan. Sebuah botol berisi cairan tergantung di sebuah tiang besi, diatas tempat tidur. Berbagai selang dan wayar menempel di hidung dan tubuh. Aroma obat bercampur karbol menyerang penciuman, Aroma khas rumah sakit.Ingat bagimana tubuh ini terjatuh menyentuh aspal, langsung terlindas sebuah kendaraan. Kukira sudah berakhir. Kenapa, masih berlanjut? Kenapa derita ini masih berlanjut, bahkan efisode berikutnya lebih getir. Skenario yang telah disiapkan oleh Allah, di babak kedua hidup ini, pasti lebih getir. Tentu saja! Wajah-wajah penuh derita telah menyambut kedatanganku. Aku melihat itu.&n

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 64.  Kenapa Kak Mala Melarang Aku Melihat  Kakiku?

    *****POV RaraBenar kata orang, penyesalan itu datangnya selalu terlambat. Seperti halnya yang aku alami saat ini. Entah untuk apa dulu aku meminta preman ini mengobrak-abrik rumah Kak Mala. Usahnya gagal, aekarang malah aku terjebak di sini. Kini, aku harus membayar mahal perbuatan itu.Entah bagaimana caranya agar bisa lolos dari orang sangar ini. Katakutan ini membuatku tak dapat lagi berpikir. Dia akan menjualku kepada laki-laki yang entah siapa, bagaimana tampangnya, bagimana wataknya, dan aku takut. Mama … tolong Rara …. Papa … liat nasip Rara ini Pa!Kak Mala … biasanya kau selalu hadir dan menyelesaikan setiap masalahku. Jangankan masalah yang sulit, masalah yang gampang seklaipun kau sellau hadir untuk menyelesaikannya. Saat akum alas mengerjakan PR sekolah, kau pasti mengerjakannya untukku, saat aku bermasalah dengan teman, kau selal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 63. Pacar Adikku Memilih Pergi

    *****“Tunggu!”Aku tersentak taget. Alat tulis yang sudah kupegang terlepas dari tangan. Serempak kami menoleh ke arah pintu. Papa dan Ibu berdiri di sana.“Apa yang kau lakukan, Sayang?” Papa mendekat, meneliti gambar di layar, membaca kertas yang hampir saja kutandatangan.“Papa ….” Lirihku menyebut namanya. Wajah Papa memucat, segera mas Diky bangkit, menyeret kursi bekas didudukinya ke belakang Papa. Dengan lunglai, Papa mengjatuhkan tubuh di sana.“Kenapa Ibu membawa Papa ke sini?” tanya Mas Diky berbisik pada Ibu, tapi kami dapat mendengar.“Dia maksa, Nak Diky. Ibu sudah berusaha mencegah,” jawab Ibu membela diri.“Tidak apa-apa, Nak Diky. Papa baik-baik saja,” kata Papa dengan suara lemah.“Papa e

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 62. Rara Melompat Dari Motor, Kenapa?

    *****POV MalaBayangan saat Rara dibawa pergi oleh lelaki sangar itu tak bisa hilang juga. Sungguh aku tak habis pikir, kok mau-maunya si Rara pacaran dengan preman. Apa yang ada laki-laki yang lebih baik lagi?Usahaku membujuk Mama mertua juga sia-sia belaka. Percuma aku merekam percakapan antara Rara dengan Papa mertua di warung bakso tadi. Sedikitpun hati Mama tidak tersentuh. Dia hanya menatap layar dengan wajah membentuk segi delapan. Bibirnya mencibir, lalu mengembalikan ponselku tanpa ekspresi.Sudah tertutup rapat kah pintu hati wanita itu? Kenapa tiada maaf? Setelah pernikahan yang mereka bina selama puluhan tahun, tak bisa kah, dia mengesampingkan ego, demi Anak-anak dan cucu? Begitu sakitkah hatinya? Bukankah Papa mertuaku sudah meminta maaf?Kenapa Ibu bisa memaafkan Papa? Bukankah posisi mereka hampir sama? Sama-sama dihancurkan oleh Rat

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 61. Bang Gandi Menjual Rara

    *****POV RaraNyalang kutatap wajah perempuan yang berdiri di teras sudut warung. Sebenarnya aku sudah melihatnya sedari tadi, tak lama setelah Om Herman masuk ke dalam warung. Syal panjang dan lebar yang digunakannya untuk menutupi wajah dan sebagian tubuh, membuat aku tak mengenalinya. Kukira hanya seorang pelanggan warung bakso. Tanpa kusadari dia merekam semua pembicaraanku dengan Om Herman.Mereka keterlaluan! Sengaja menjebak aku rupanya. Om Herman juga, pura-pura jual mahal! Pura-pura tak perduli lagi pada Mama, rupanya karena takut pada Kak Mala dan Kak Rahma. Pasti mereka datang bersamaan tadi, sengaja untuk mempermalukan.Kak Rahma dan Kak Mala tersenyum puas. Panas rasa hatiku.“Oh, jadi kalian sengaja menjebakku! Om Herman bilang dia datang sendiri, dia sembunyi-sembunyi ke sini, padahal kalian sekongkol! Bangs*t kalian semua!” teriakku meradang. Semua meja yang

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 60. Rara Dibawa Preman

    *****Kembali POV MalaSudah tiga hari Mama mertua tinggal di rumahku. Polisi membebaskannya berdasarkan permintaan keluarga korban, yaitu Papa. Ucapan terima kasih tak henti terucap dari mulutnya. Papa yang sudah mulai sering berkunjung untuk menemui Ibu, menanggapinya dengan santai.“Saya khilap, Bang. Gak nyangka banget, si Ratna setega itu. Saya sudah membela dia mati-matian di depan Abang waktu itu, kan? Berbulan-bulan dia dan anaknya itu saya kasih makan secara gratis, kok malah mencuri suami saya,” tuturnya saat baru pulang dari penjara tiga hari lalu.“Iya, Dek Lena, tapi, lain kali, jangan pernah main senjata tajam lagi. Masalah apapun, hadapilah dengan kepala dingin. Seperti halnya sekarang. Cobalah menghadapi Herman dengan kepala dingin!” kata Papa, sepertinya sengaja memancing isi hati Mama mertua.&

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status