Share

Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional
Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional
Author: Ifly

Bab 1

Author: Ifly
Anakku baru berusia tiga bulan.

Setiap kali dia kenyang, dadaku masih saja terasa penuh, sakit, dan nyeri tak tertahankan.

Aku mencoba memerasnya, tapi rasanya perih. Bahkan aku sempat memohon pada suamiku untuk membantu… tapi dia hanya menatapku jijik, menolak mentah-mentah.

Aku benar-benar putus asa.

Sampai suatu hari, mataku tertumbuk pada sebuah iklan di internet.

[Dicari Ibu Susuan – Syarat: ASI berlimpah, bisa membuat bayi kenyang. Bayaran: 600 ribu sekali menyusui]

Enam ratus ribu sekali menyusui!

Perasaan senang meluap tak terbendung, karena bukan saja bisa menghasilkan uang, tapi sekaligus menemukan jalan keluar dari kesulitanku sekarang.

Hari itu, usai aku menyusui bayi majikanku hingga tertidur pulas, Dimas melangkah masuk. Pandangan matanya melekat pada dadaku, begitu tajam hingga membuatku merinding. Dari tenggorokannya terdengar suara serak, berat, layaknya seekor serigala lapar yang baru saja mencium mangsanya…

Namaku Maya Kesuma, 26 tahun. Aku seorang istri sekaligus ibu muda dari bayi berusia tiga bulan.

Belakangan ini, aku menghadapi masalah klasik para ibu menyusui… ASI yang meluap tak terkendali.

Meski bayiku sudah kenyang, payudaraku tetap bengkak dan nyeri. Lengan pun menegang, seakan menolak beristirahat. Malam hari, rasa nyeri itu semakin menjadi-jadi, membuatku sulit tidur.

Baju menyusui yang biasa kupakai pun tak lagi muat. Area dada juga sering kali basah, membuatku terlihat lebih sensual. Siapa pun yang melihatku pasti akan hanyut dalam pikiran kotor mereka.

Sesudah melahirkan, tubuhku tidak kehilangan bentuk, justru bertambah elok dengan pesona yang lebih berisi.

“Sayang… tolong bantu aku. Aku sudah nggak sanggup lagi, ini benar-benar menyiksa,” bisikku sambil menatap suamiku, berharap dia mengerti.

Namun, tatapannya justru dingin dan penuh penolakan.

“Maya, apa kamu nggak punya malu? Itu tempat anak kita menyusu. Sekarang kamu malah minta aku mengisapnya?” jawabnya singkat, lalu pergi minum-minum bersama rekan kerjanya.

Ini bukan pertama kalinya suamiku bersikap seperti itu. Namun, setiap kali dia menolakku dengan dingin, hatiku tetap terasa sesak, sedikit demi sedikit hancur oleh kecewa.

Aku mencoba menggunakan pompa ASI, berharap bisa sedikit lega. Namun baru beberapa kali mencoba, rasa sakitnya membuatku menggertakkan gigi. Yang lebih menyakitkan, hanya sedikit ASI yang berhasil keluar.

Aku menatap payudaraku yang terasa penuh, seakan siap meledak kapan saja. Kucoba menekannya perlahan, terasa keras dan padat, tanpa sedikit pun kelembutan.

Aku menghela napas panjang…

Suami orang pasti akan tergoda melihat bagian tubuh seksi ini, tapi suamiku… malah menatapnya dengan jijik, bahkan enggan melirik.

Aku sempat mencicipi ASI-ku. Rasanya agak amis, tapi ada manisnya juga… lumayan enak.

Sedikit merasa lega, aku berbaring bosan di ranjang sambil main ponsel. Tanpa sengaja, aku menemukan sebuah iklan lowongan pekerjaan sebagai “Ibu Susuan”.

Persyaratannya sangat sederhana, memiliki ASI melimpah untuk membantu bayi kecil kenyang.

Enam ratus ribu sekali menyusui!

Melihat angka itu, hatiku langsung berbunga. Ini bukan sekadar pekerjaan, tapi juga solusi bagi masalahku.

Tanpa ragu, aku menelepon sang pemberi kerja. Setelah berbincang sebentar, aku diminta datang untuk uji coba. Jika bayinya kenyang setelah disusui, aku akan langsung diterima.

Setelah sang pemberi kerja mengirimkan alamat rumahnya, sore itu juga aku bersiap. Rasa antusias meluap di dadaku. Aku mengenakan kemeja putih lengan pendek dan rok yang membalut tubuhku.

Karena menyusui, dadaku kini jauh lebih montok dari sebelumnya. Dua kancing teratas di kemejaku nyaris tak bisa dikancing. Aku sengaja tak memakai bra, sehingga bentuk payudaraku yang sensual terlihat samar-samar. Dengan penampilan seperti ini, aku terlihat lebih seksi dan menggoda daripada saat tak mengenakan apa-apa.

Melihat jam sudah larut, aku segera menitipkan bayiku pada ibu mertua dan bergegas pergi. Sebelum keluar, aku memotivasi diri sendiri dengan senyuman penuh percaya diri.

Bermodal alamat yang diberikan pemberi kerja, aku segera menemukan tempat yang dimaksud. Aku menarik napas dalam, merapikan pakaian, baru kemudian menekan bel pintu.

Pintu terbuka. Begitu sang pemberi kerja melihatku, matanya langsung berbinar dan menatap tajam ke arah dadaku.

Aku merasa canggung dan menunduk.

“Selamat sore, Pak. Nama saya Maya Kesuma. Maaf, apa Bapak Pak Dimas Setyo?” tanyaku sambil menyibakkan rambut ke belakang telinga.

Dimas tersadar lalu tersenyum tipis.

“Ya, aku Dimas. Silakan masuk, kita bicara di dalam,” ucapnya.

Di ruang tamu, aku duduk canggung di sofa. Ketika menengadah, mata Dimas yang membara terus menatapku, membuatku sangat malu.

Tatapan penuh gairah ini sudah lama tak kurasakan. Senasi panas seperti sebelum kehamilan kembali. Sesuatu di celana dalamku mulai terasa basah, dan perasaan itu datang lagi…

Saat aku menatapnya lagi… tatapan panas Dimas sudah lenyap entah ke mana.

Apa ini hanya perasaan sesaat saja?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 8

    Setelah momen kenikmatan itu berlalu, hatiku langsung dipenuhi rasa bersalah.Tiga tahun pacaran, dua tahun menikah… tapi aku tak mampu menahan godaan di luar sana. Setiap kali melihat wajah suamiku, rasa bersalah itu makin menyiksaku. Aku mencoba menebusnya dengan berbagai cara. Namun, tiap kali bertemu Dimas, aku kembali tak berdaya di hadapan nafsu.Aku dan Dimas terus menjalani hubungan terlarang ini dalam konflik batin yang tak berujung, tanpa sedikit pun rasa menahan diri. Aku pikir, kami bisa merahasiakannya selamanya. Tapi ternyata, Ayla mengetahuinya.Suatu hari, setelah selesai menyusui bayi, Ayla datang. Dia memegang beberapa lembar foto memalukan kami berdua. Fotonya dilemparkan tepat ke wajah kami, membuatku terkesiap.“Kalian berdua benar-benar nggak tahu malu!” teriaknya.“Bilangnya menyusui anak, tapi kalian malah bermain serong! Dimas, apa kamu sudah mengincar wanita ini sejak awal? Pantas saja banyak calon ibu susuan yang kamu tolak!”Didikan yang baik membuat Ayla ta

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 7

    Beberapa hari terakhir, aku rutin memerah ASI ke dalam botol kaca untuk Dimas. Dia selalu meminumnya selagi masih hangat, lalu sisanya kusimpan di lemari es untuk dipanaskan kembali saat malam ketika sakit lambungnya kambuh.Selama berinteraksi dengannya, aku sadar Dimas cukup tahu diri. Setiap janjinya ditepati. Bahkan saat aku memerah ASI, dia selalu memalingkan wajahnya. Sikapnya itu membuatku tenang, sampai aku merasa nyaman dan mulai berani tampil lebih bebas. Aku pikir, hari-hariku akan terus berjalan damai seperti ini.Tapi rupanya aku salah. Rutinitas menyusui ini membuat semua bajuku sesak, jadi yang tersisa cuma pakaian tipis dan agak terbuka. Pagi ini, semua bajuku kotor terkena noda susu. Mau tak mau, aku pakai tank top ketat yang sudah lama tak tersentuh. Tanpa bra khusus, dua 'tonjolan' di dadaku jadi begitu jelas dan mencolok.‘Sudahlah, begini saja. Mungkin hari ini Dimas nggak ada di rumah,’ gumamku dalam hati.Setibanya di rumah Dimas, aku langsung ke kamar untuk meny

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 6

    Seperti dugaanku, apa yang kutakutkan akhirnya terjadi. Saat melihatku berdiri kaku di ruang tamu, Dimas langsung memintaku duduk, ada hal serius yang harus dibicarakan.Hari ini, dia tak lagi menatap dadaku seperti kemarin. Dia tampak lebih sopan dan berwibawa. Setiap gerak-geriknya memancarkan aura pria sejati.Entah kenapa, melihatnya seperti ini justru membuat hatiku sedikit kecewa. Padahal, kemarin dia masih…Aku buru-buru menggeleng dalam hati. Astaga, apa yang kupikirkan ini! Wajahku memanas, pipiku merona, dan aku hanya bisa mendesis pelan.“Soal kejadian kemarin, itu memang salahku. Aku sungguh-sungguh ingin meminta maaf.”Permintaan maaf yang tak terduga itu membuatku panik. Aku buru-buru mengibaskan tangan.“Sebenarnya, ada alasan kenapa aku minum ASI,” jelas Dimas kemudian.Ada alasan? Aku hampir saja memutar bola mata.Dia mematikan rokok di asbak, lalu duduk lebih tegak, wajahnya berubah serius.“Beberapa tahun lalu, saat perusahaan baru berdiri, aku benar-benar bekerja m

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 5

    Malam itu, setelah pulang ke rumah dan menyusui anak, aku langsung pergi mandi. Biasanya aku jarang keluar rumah, tapi setelah seharian beraktivitas, tubuhku terasa lengket, jadi kali ini aku mandi agak lama.Saat kembali ke kamar sambil mengeringkan rambut, kulihat suamiku dengan perut buncitnya terbujur di atas ranjang, mendengkur keras… bahkan tanpa malu mengeluarkan kentut.Inikah pria yang dulu begitu kucintai?Hatiku seketika dipenuhi rasa putus asa.Aku teringat suami Ayla. Bukan hanya tampan dan berwibawa, tubuhnya juga atletis. Dan tanpa sadar, wajahku kembali memerah mengingat momen ambigu sore tadi.‘Maya, apa yang kamu pikirkan?’ Aku menepuk pipiku sendiri, mencoba mengusir pikiran kotor itu.Memang, suamiku payah di ranjang, sikapnya pun sudah tak sehangat dulu lagi. Namun, suamiku sebenarnya cukup baik. Aku tak boleh mengkhianatinya hanya demi mengisi kekosongan batin.Aku membuang pikiran gila itu, lalu merebahkan diri di ranjang, terlelap dalam tidurku. Namun malam itu,

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 4

    Aku memejamkan mata karena malu. Dalam hati, aku terus merutuk.‘Maafkan aku, Suamiku. Aku benar-benar tak bermaksud seperti ini.’Namun respons tubuhku tak bisa bohong, rasa kesemutan menjalar ke seluruh badan, seolah aliran listrik menggetarkanku dari dalam.“Tenang saja, Sayang! Aku hanya lapar dan ingin melampiaskan. Aku nggak akan melakukan hal di luar batas,” bisik Dimas.Suaranya lembut, tapi lidahnya yang nakal menyapu lembut mahkota suciku. Setiap hisapan membuatku bergidik dan tanpa sadar menegeluarkan desahan nikmat.Aku terkejut mendengar suaraku sendiri. Begitu cepatkah aku bereaksi?Namun, celana dalamku yang basah membuktikan segalanya. Setiap sarafku dipenuhi hasrat seakan berteriak… aku butuh ini!Tangannya membelai pinggangku dengan lembut. Setiap sentuhannya membuatku merinding, seolah ribuan semut sedang menggerogotiku, membangkitkan hasrat terdalamku.“Pak Dimas…” Aku ingin menolak, tapi hisapan kuatnya membuat pikiranku seketika kabur.Aku terombang-ambing antara

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 3

    Tangannya mulai meraba bagian sensitifku, sementara senyum nakal muncul di sudut bibirnya. “Mbak Maya… anakku memang sudah kenyang, tapi aku…” Suaranya serak, penuh godaan, “Masih belum.”“Jangan khawatir, aku bisa membayarmu lebih. Lagi pula, ASI-mu melimpah. Anggap saja aku membantumu mengurangi rasa sakit.”Sepasang mata tajam Dimas menyala, penuh gairah. Tatapannya begitu menggoda hingga sulit diungkapkan dengan kata-kata.Jantungku langsung berdebar kencang. Tubuhku memanas tanpa alasan, kedua kakiku bergesek perlahan. Sensasi ini… lebih menggairahkan daripada sekadar menjadi istri, lebih nikmat daripada sekadar menjadi simpanan, dan lebih memabukkan daripada hubungan terlarang yang tak pernah bisa dimiliki.Sensasi terlarang itu tiba-tiba memenuhi seluruh tubuhku, mengguncang setiap saraf sensitifku.“Pak Dimas, aku … aku…”Aku tak tahu harus bagaimana menjelaskan penderitaanku. Ingin menolak, tapi begitu melihat tatapannya yang dalam, semua kata penolakan langsung tercekat di t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status