Share

Bab 3

Author: Ifly
Tangannya mulai meraba bagian sensitifku, sementara senyum nakal muncul di sudut bibirnya.

“Mbak Maya… anakku memang sudah kenyang, tapi aku…” Suaranya serak, penuh godaan, “Masih belum.”

“Jangan khawatir, aku bisa membayarmu lebih. Lagi pula, ASI-mu melimpah. Anggap saja aku membantumu mengurangi rasa sakit.”

Sepasang mata tajam Dimas menyala, penuh gairah. Tatapannya begitu menggoda hingga sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Jantungku langsung berdebar kencang. Tubuhku memanas tanpa alasan, kedua kakiku bergesek perlahan. Sensasi ini… lebih menggairahkan daripada sekadar menjadi istri, lebih nikmat daripada sekadar menjadi simpanan, dan lebih memabukkan daripada hubungan terlarang yang tak pernah bisa dimiliki.

Sensasi terlarang itu tiba-tiba memenuhi seluruh tubuhku, mengguncang setiap saraf sensitifku.

“Pak Dimas, aku … aku…”

Aku tak tahu harus bagaimana menjelaskan penderitaanku. Ingin menolak, tapi begitu melihat tatapannya yang dalam, semua kata penolakan langsung tercekat di tenggorokanku.

Sejak hamil hingga melahirkan, aku sudah lama sekali tak merasakan keintiman. Rasa haus akan sentuhan itu semakin menyesakkan. Jujur saja, aku juga ingin sekali merasakan pelukan yang membara. Namun, baik aku maupun dia, kami sama-sama sudah berkeluarga!

Belenggu ini membuatku tak pernah bisa benar-benar lepas.

Namun, setiap kali mengingat kebersamaan dengan suamiku, dia selalu melakukannya dengan setengah hati. Berbeda saat bersama Dimas… gairahnya membuat tubuhku merespons dengan jujur.

Dimas mendekat ke telingaku, berbisik dengan suara serak yang menggoda.

“Sayang... jangan pura-pura. Kamu juga menginginkannya,’kan? Kebetulan… aku juga.”

Setelah mengatakannya, dia langsung menggendongku dan membawaku ke kamar tidur.

“Bukan begitu, Pak Dimas, Bapak salah paham!” seruku panik. Aku berbicara secepat yang pernah kulakukan seumur hidup.

Dia justru tertawa kecil, lalu menggigit lembut daun telingaku. Tubuhku langsung bergetar hebat. Bibirku terkatup rapat, berusaha sekuat tenaga agar tak mengeluarkan suara.

Melihatku diam tak melawan, Dimas langsung melemparku ke atas ranjang. Tubuh besarnya menindihku dengan kuat.

Sesaat kemudian, telapak tangannya yang besar menyelinap masuk ke balik pakaianku, bergerak liar tanpa aturan. Kasar tapi membuatku menggigil. Bekas kapalan di tangannya bergesekan dengan kulitku yang lembut, membuat sensasi lama itu kembali menyeruak, menjalar hingga ke seluruh tubuhku. Kedua kakiku merapat refleks, suara lirih penuh godaan lolos dari bibirku.

“Nggak… jangan…”

“Baru segini saja kamu sudah nggak sanggup?” bisiknya sambil menggigit lembut daun telingaku. Nada suaranya penuh pesona berbahaya.

Hembusan napas panasnya menguar di leherku, hampir membuatku luluh.

“Pak Dimas, tolong… tolong jaga sikap Bapak…” ucapku parau, sisa-sisa akal sehatku masih berusaha bertahan.

Dia menunduk, wajahnya membenam di leherku, lalu menggerakkan giginya pelan di kulitku, membuatku bergidik.

Sebuah “mmhh” kecil keluar dari bibirku, terdengar seperti bisikan menggoda.

Sesuatu yang keras dan besar di bawah sana menusukku. Aroma maskulin dari tubuhnya membuatku terbuai.

“Sayang... kamu sudah basah,” bisiknya nakal di telingaku.

Tanpa kusadari, tangannya sudah menyusup ke balik rokku, menyentuh bagian paling basah dariku. Tubuhku menegang. Aku merinding dan seluruh sendiku lemas.

“Pak Dimas, jangan lakukan ini…”

“Kumohon jangan, Pak…” Aku memohon, hampir menangis.

Aku ingin menendangnya, kabur. Namun, kedua kakiku terkunci rapat di antara tubuhnya. Aku sama sekali tak bisa bergerak.

Dalam sekejap, bibirnya sudah berada di mahkota suciku, menghisapnya dalam-dalam...
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 8

    Setelah momen kenikmatan itu berlalu, hatiku langsung dipenuhi rasa bersalah.Tiga tahun pacaran, dua tahun menikah… tapi aku tak mampu menahan godaan di luar sana. Setiap kali melihat wajah suamiku, rasa bersalah itu makin menyiksaku. Aku mencoba menebusnya dengan berbagai cara. Namun, tiap kali bertemu Dimas, aku kembali tak berdaya di hadapan nafsu.Aku dan Dimas terus menjalani hubungan terlarang ini dalam konflik batin yang tak berujung, tanpa sedikit pun rasa menahan diri. Aku pikir, kami bisa merahasiakannya selamanya. Tapi ternyata, Ayla mengetahuinya.Suatu hari, setelah selesai menyusui bayi, Ayla datang. Dia memegang beberapa lembar foto memalukan kami berdua. Fotonya dilemparkan tepat ke wajah kami, membuatku terkesiap.“Kalian berdua benar-benar nggak tahu malu!” teriaknya.“Bilangnya menyusui anak, tapi kalian malah bermain serong! Dimas, apa kamu sudah mengincar wanita ini sejak awal? Pantas saja banyak calon ibu susuan yang kamu tolak!”Didikan yang baik membuat Ayla ta

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 7

    Beberapa hari terakhir, aku rutin memerah ASI ke dalam botol kaca untuk Dimas. Dia selalu meminumnya selagi masih hangat, lalu sisanya kusimpan di lemari es untuk dipanaskan kembali saat malam ketika sakit lambungnya kambuh.Selama berinteraksi dengannya, aku sadar Dimas cukup tahu diri. Setiap janjinya ditepati. Bahkan saat aku memerah ASI, dia selalu memalingkan wajahnya. Sikapnya itu membuatku tenang, sampai aku merasa nyaman dan mulai berani tampil lebih bebas. Aku pikir, hari-hariku akan terus berjalan damai seperti ini.Tapi rupanya aku salah. Rutinitas menyusui ini membuat semua bajuku sesak, jadi yang tersisa cuma pakaian tipis dan agak terbuka. Pagi ini, semua bajuku kotor terkena noda susu. Mau tak mau, aku pakai tank top ketat yang sudah lama tak tersentuh. Tanpa bra khusus, dua 'tonjolan' di dadaku jadi begitu jelas dan mencolok.‘Sudahlah, begini saja. Mungkin hari ini Dimas nggak ada di rumah,’ gumamku dalam hati.Setibanya di rumah Dimas, aku langsung ke kamar untuk meny

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 6

    Seperti dugaanku, apa yang kutakutkan akhirnya terjadi. Saat melihatku berdiri kaku di ruang tamu, Dimas langsung memintaku duduk, ada hal serius yang harus dibicarakan.Hari ini, dia tak lagi menatap dadaku seperti kemarin. Dia tampak lebih sopan dan berwibawa. Setiap gerak-geriknya memancarkan aura pria sejati.Entah kenapa, melihatnya seperti ini justru membuat hatiku sedikit kecewa. Padahal, kemarin dia masih…Aku buru-buru menggeleng dalam hati. Astaga, apa yang kupikirkan ini! Wajahku memanas, pipiku merona, dan aku hanya bisa mendesis pelan.“Soal kejadian kemarin, itu memang salahku. Aku sungguh-sungguh ingin meminta maaf.”Permintaan maaf yang tak terduga itu membuatku panik. Aku buru-buru mengibaskan tangan.“Sebenarnya, ada alasan kenapa aku minum ASI,” jelas Dimas kemudian.Ada alasan? Aku hampir saja memutar bola mata.Dia mematikan rokok di asbak, lalu duduk lebih tegak, wajahnya berubah serius.“Beberapa tahun lalu, saat perusahaan baru berdiri, aku benar-benar bekerja m

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 5

    Malam itu, setelah pulang ke rumah dan menyusui anak, aku langsung pergi mandi. Biasanya aku jarang keluar rumah, tapi setelah seharian beraktivitas, tubuhku terasa lengket, jadi kali ini aku mandi agak lama.Saat kembali ke kamar sambil mengeringkan rambut, kulihat suamiku dengan perut buncitnya terbujur di atas ranjang, mendengkur keras… bahkan tanpa malu mengeluarkan kentut.Inikah pria yang dulu begitu kucintai?Hatiku seketika dipenuhi rasa putus asa.Aku teringat suami Ayla. Bukan hanya tampan dan berwibawa, tubuhnya juga atletis. Dan tanpa sadar, wajahku kembali memerah mengingat momen ambigu sore tadi.‘Maya, apa yang kamu pikirkan?’ Aku menepuk pipiku sendiri, mencoba mengusir pikiran kotor itu.Memang, suamiku payah di ranjang, sikapnya pun sudah tak sehangat dulu lagi. Namun, suamiku sebenarnya cukup baik. Aku tak boleh mengkhianatinya hanya demi mengisi kekosongan batin.Aku membuang pikiran gila itu, lalu merebahkan diri di ranjang, terlelap dalam tidurku. Namun malam itu,

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 4

    Aku memejamkan mata karena malu. Dalam hati, aku terus merutuk.‘Maafkan aku, Suamiku. Aku benar-benar tak bermaksud seperti ini.’Namun respons tubuhku tak bisa bohong, rasa kesemutan menjalar ke seluruh badan, seolah aliran listrik menggetarkanku dari dalam.“Tenang saja, Sayang! Aku hanya lapar dan ingin melampiaskan. Aku nggak akan melakukan hal di luar batas,” bisik Dimas.Suaranya lembut, tapi lidahnya yang nakal menyapu lembut mahkota suciku. Setiap hisapan membuatku bergidik dan tanpa sadar menegeluarkan desahan nikmat.Aku terkejut mendengar suaraku sendiri. Begitu cepatkah aku bereaksi?Namun, celana dalamku yang basah membuktikan segalanya. Setiap sarafku dipenuhi hasrat seakan berteriak… aku butuh ini!Tangannya membelai pinggangku dengan lembut. Setiap sentuhannya membuatku merinding, seolah ribuan semut sedang menggerogotiku, membangkitkan hasrat terdalamku.“Pak Dimas…” Aku ingin menolak, tapi hisapan kuatnya membuat pikiranku seketika kabur.Aku terombang-ambing antara

  • Ketika Aku Menjadi Ibu Susuan Profesional   Bab 3

    Tangannya mulai meraba bagian sensitifku, sementara senyum nakal muncul di sudut bibirnya. “Mbak Maya… anakku memang sudah kenyang, tapi aku…” Suaranya serak, penuh godaan, “Masih belum.”“Jangan khawatir, aku bisa membayarmu lebih. Lagi pula, ASI-mu melimpah. Anggap saja aku membantumu mengurangi rasa sakit.”Sepasang mata tajam Dimas menyala, penuh gairah. Tatapannya begitu menggoda hingga sulit diungkapkan dengan kata-kata.Jantungku langsung berdebar kencang. Tubuhku memanas tanpa alasan, kedua kakiku bergesek perlahan. Sensasi ini… lebih menggairahkan daripada sekadar menjadi istri, lebih nikmat daripada sekadar menjadi simpanan, dan lebih memabukkan daripada hubungan terlarang yang tak pernah bisa dimiliki.Sensasi terlarang itu tiba-tiba memenuhi seluruh tubuhku, mengguncang setiap saraf sensitifku.“Pak Dimas, aku … aku…”Aku tak tahu harus bagaimana menjelaskan penderitaanku. Ingin menolak, tapi begitu melihat tatapannya yang dalam, semua kata penolakan langsung tercekat di t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status