TING TONG…
Dengan terhuyung-huyung Ishan menuruni tangga, efek bir semalam ternyata belum hilang rupanya dan ternyata di rumah ia hanya sendirian. Kedua putri kembarnya, Putri dan Dara sudah tidak nampak lagi di rumah. Sepertinya mereka sudah berangkat kuliah.
TING TONG…
"Sabar!" teriak Ishan, ia membuka pintu dan nampak pria yang bersamanya semalam, sahabatnya, Keiji.
"Halo Ishan…" sapa Keiji begitu pintu terbuka, "aku ke sini untuk melihat keadaanmu."
Ishan langsung mempersilahkan masuk sahabatnya itu, membuatkannya teh dan menyediakan kue-kue ringan.
"Apa kau tidak ke rumah sakit, Ishan?" tanya Keiji ketika Ishan sudah duduk di sofa.
"Mungkin hari ini tidak…" sahut Ishan, "kepalaku berat sekali… aku juga sudah menelpon rumah sakit dan mengatakan aku sedang tidak sehat."
"Oh…" ujar Keiji, "hm… lalu… dimana putramu itu?" tanya Keiji sambil hendak meneguk teh-nya.
Ishan malah mendecak. "Berandalan itu sudah masuk penjara."
Prooooooooooott
Keiji langsung menyemburkan semua teh yang ada di mulutnya.
"Nanda masuk penjara?" tanyanya dengan ekspresi yang agak berlebihan.
"Ya… sudah dua malam dia ada di sana…"
"Memangnya… apa yang anak itu lakukan?" tanya Keiji, masih terheran-heran, "bukan kamu kan yang membawanya ke penjara?"
Ishan mengernyit. "Tentu saja tidak!" sahutnya, "dia masuk penjara karena sudah melakukan keributan di bar… dan juga… dia memukul dua orang di sana… salah satu yang dia pukul adalah seorang gadis…"
"Gadis?" Keiji terkejut. Nanda memukul seorang gadis? Itu benar-benar sangat keterlaluan, pantas saja semalam Ishan terlihat murka, batin Keiji.
"Ya, dia memukul seorang gadis," terang Ishan kembali, "aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan… aku bisa saja mengeluarkannya dari sana tapi aku benar-benar kecewa dengan anak itu."
"Ishan…" gumam Keiji, "tapi… Nanda itu ahli waris perusahaan milik keluarga Edward dan seharusnya umur dia sekarang sudah bisa mengambil alih perusahaan… bagaimana pun dia tidak bisa berada di penjara, seharusnya kita mempersiapkan anak itu agar bisa memimpin perusahaan…" Keiji mengingatkan Ishan.
"Mau bagaimana lagi, Keiji?" Ishan malah terlihat bingung sendiri, "aku juga tidak bisa membiarkan Nanda yang sekarang memimpin perusahaan Maria… yang ada dia akan menghancurkannya."
Keiji merenung sejenak. Selama ini yang mengurusi perusahaan adalah dia dan sahabatnya, Sheren, tapi bagaimana pun perusahaan itu harus memiliki pemimpin demi mengembangkan bisnis keluarga Edward. Tanpa pemimpin, perusahaan itu hanya akan berada di situ-situ saja sementara perusahaan saingan sudah berkembang pesat. Tidak bisa dibiarkan, Nanda harus segera keluar dari penjara.
"Aha, aku tahu bagaimana merubah anak itu!" seru Keiji tiba-tiba, seperti habis mendapat ilham.
"Hah? Kau punya cara?" ujar Ishan bertanya-tanya.
Keiji mengangguk penuh keyakinan. "Mungkin Nanda menjadi berandalan karena di sekitarnya penuh dengan berandalan," ucapnya, "tapi, jika di sekitar Nanda adalah orang-orang hebat, orang yang berambisi dan para pesaing… kurasa Nanda akan beradaptasi dan termotivasi."
Ishan mengernyit, tidak begitu mengerti maksud sahabatnya itu. "Maksudmu… Nanda dipekerjakan di perusahaan?" tebaknya mencoba.
"Yup, benar sekali!" seru Keiji sambil mengangkat telunjuknya dengan semangat.
"Kau ini bercanda, ya? Nanda yang sekarang malah akan menghancurkan perusahaan Maria jika memimpin perusahaan!"
"Hehehehehe…" Keiji malah terkekeh, "Nanda memang akan kita pekerjakan di perusahaan… tapi bukan di Edward Group."
"Lantas?"
"Nanda akan bekerja di perusahaan lain… perusahaan yang penuh dengan orang-orang hebat seumurannya… agar dia bisa belajar…"
***
Setelah mendengar penjelasan Keiji, Ishan seperti kembali memiliki secercah harapan. Segera ia menghubungi pengacara keluarga Edward untuk mengurus pembebasan putranya lalu ia menuju ke penjara.
Kini Ishan bersama Nanda, duduk berhadapan sambil saling melemparkan tatapan tajam. Yang Ishan kesalkan dari Nanda, yaitu tatapan anak itu ternyata tidak memiliki penyesalan sama sekali atas tindakannya.
"Apa ayah datang ke sini untuk memukuliku lagi?" Nanda bertanya dengan tajam.
"Apa kau ingin keluar dari sini?" Ishan malah melemparkan pertanyaan.
Nanda mengernyit. Apa maksud ayahnya? Bukankah kemarin jelas-jelas ayahnya mengatakan tidak akan membantunya keluar dari penjara lalu kenapa ayahnya malah bertanya seperti itu?
"Tentu saja aku ingin keluar dari sini!" sahut Nanda tegas.
Ishan lalu melempar map ke meja, tepat di depan Nanda. "Baca itu!" perintahnya, "Ayah akan membantumu keluar dari sini tapi kau harus menandatangi perjanjian itu!"
Segera Nanda mengambil map itu, membukanya dan membacanya dengan seksama. Ada beberapa point isi perjanjian tersebut, antara lain:
Nanda tertawa geli begitu membaca point kelima dan keenam. "Apa ayah serius mau mempekerjakan aku di perusahaan ibu?"
"Siapa bilang kau akan bekerja di sana?!" sergah Ishan tajam, "kau akan bekerja di tempat lain!"
Nanda mendengus. "Lalu… apa maksudnya point keenam ini? Tidak menggunakan nama Edward? Masa iya namaku cuma Ananda…" Nanda lalu tertawa geli.
"Kau akan memakai nama keluarga ayah," kata Ishan serius, "yaitu… Iskandar."
***
Akhirnya, Nanda pun lepas dari penjara. Dan keesokan harinya, perjanjian itu langsung dimulai untuk point keempat, mengikuti kegiatan yang ayahnya perintahkan. Sesuai dengan perjanjian, Nanda kini berada di halaman kediaman milik seseorang dari keluarga berketurunan jepang. Ia bersama Keiji, mengenakan jas hitam, berjalan menuju kediaman keluarga kaya raya.
"Ananda Iskandar~" Keiji tertawa terpingkal-pingkal setelah memanggil Nanda dengan sebutan "Ananda Iskandar" dengan tambahan aksen yang berlebihan.
"Kenapa kau tertawa?" geram Nanda yang merasa agak risih dengan cara Keiji memanggilnya.
"Hahahahaha…" Keiji tertawa, "aku sangat senang menyebut nama "Iskandar" lagi, kau tahu… sudah lebih dua puluh tahun aku tidak menyebut nama itu… hahahahaha."
"Lalu apanya yang lucu?"
"Tidak ada memang… hanya terdengar asing saja… ahahahaha… Ananda Iskandar~"
"Berhenti memanggilku dengan cara menjijikkan!"
Mereka berdua kini berada di dalam kediaman rumah bergaya jepang, mengikuti upacara minum teh ternyata. Ini pertama kalinya Nanda mengikuti acara formal tersebut. Kebanyakan pesertanya adalah bapak-bapak dan ibu-ibu, seumuranlah dengan Ishan. Nanda bingung mengapa ayahnya memerintahkannya untuk mengikuti upacara orang-orang jepang tersebut, katanya penting tapi menurut Nanda pasti akan sangat membosankan.
"Kenapa lama sekali mulai? Bukannya tuan rumahnya si kakek-kakek botak itu? Apa lagi yang ditunggu?" bisik Nanda ke Keiji yang duduk di sampingnya.
"Tunggu pembuat teh-nya toh…"
Tidak lama kemudian seseorang menggeser pintu dan nampaklah seorang pria berkimono hitam berambut hitam sebahu terurai rapi dan berwajah tampan dengan wajah keturunan jepang yang terlihat jelas di wajahnya dan seorang gadis mungil berambut hitam yang dikonde, berkimono ungu. Mereka berdua masuk dan memberi salam. Pria tampan itu kemudian duduk di samping Keiji dan yang membuat teh ternyata si gadis kecil itu.
Cantik juga, batin Nanda memadang gadis mungil itu.
Gadis berambut hitam itu beraksi, membuat teh, Nanda bingung kenapa membuat teh saja mesti susah-susah seperti ini. Sebenarnya memang tinggal memasukkan ke dalam cangkir kemudian diseduh selesai sudah. Nanda sudah tampak bosan mengikuti upacara itu
"Nanda… gadis itu cantik, ya?" Keiji menanya Nanda dengan berbisik.
"Biasa saja…" sahut Nanda bergumam.
Nanda melihat orang-orang sekeliling. Mereka menatap kagum gadis pembuat teh itu, Nanda heran kenapa mereka mesti kagum seperti itu, ya? Upacara seperti ini biasa ditayangkan di TV dan youtube… apa mereka tidak pernah melihatnya? Pikir Nanda.
Akhirnya, proses pembuatan teh yang agak lama itu selesai juga. Semua tamu disajikan teh hijau dan kue manis. Gadis itu juga memberi Nanda teh.
Keiji menutup mulutnya dengan kipasnya. "Minum tehnya, Ananda Iskandar~" bisiknya ke Nanda lalu Nanda segera meneguk tehnya, kebetulan Nanda haus.
"Puah…. pahit gila!" seru Nanda yang kepahitan. Keiji langsung menyumpal mulut Nanda dengan kue yang benar-benar sangat manis.
"Jaga tingkahmu, Nanda!" Keiji membisik Nanda sambil mengipas-ngipas.
Akhirnya upacara itu selesai juga. Keiji lalu menarik Nanda untuk menemui seseorang. Seorang pria tampan berambut sebahu yang datang bersama gadis pembuat teh itu.
"Hideyoshi-San," panggil Keiji ke pria itu, pria itu langsung menoleh. "Ini anak muda yang ingin aku perkenalkan," kata Keiji, "namanya adalah Ananda Iskandar."
Pria berketurunan jepang bernama Hideyoshi itu menatap Nanda. Ditatap seperti itu tentu Nanda juga membalas menatapnya. Tiba-tiba Keiji memegang belakang kepala Nanda dan menekannya, memaksa Nanda untuk membungkuk.
"Anak ini memang pemalu… ahahahahaha!" seru Keiji sambil tertawa-tawa tidak jelas. "Um… lebih baik, kita bicara berdua di luar, ayo!" Ia lalu menarik pria itu ke halaman.
Nanda lalu duduk di teras, menunggu Keiji berbicara dengan pria bernama Hideyoshi-San itu. Entah apa yang mereka bicarakan hingga Nanda seperti tidak boleh mendengarnya. Musim panas hari ini benar-benar luar biasa, Nanda mengipas-ngipas tubuhnya dengan kipas kertas milik Keiji. Ia lalu melihat-lihat ke dalam ruangan, sepertinya di dalam ada acara yang semacam membuat puisi sastra jepang di selembar kertas khusus yang panjang, atau mungkin membuat kaligrafi, dan yang melakukannya itu adalah gadis si pembuat teh. Nanda heran karena sepertinya semua tamu mengagumi gadis itu, padahal kalau dilihat-lihat gadis itu masih sangat muda dan juga… dia bukan berketurunan jepang, entah apa yang mereka kagumi hingga ada yang berbisik-bisik mengatakan ingin sekali mempunyai anak atau menantu seperti gadis itu. Yah… memang sih, gadis itu lebih cantik dari Maya, tapi penampilannya sangat biasa menurut Nanda, dan juga… dia agak tukang pamer. Nanda malas melihat seorang perempuan yang selalu ingin mengumbar kelebihannya.
Gadis itu tiba-tiba menoleh ke arah Nanda, Nanda cepat-cepat memalingkan pandangannya. Mungkin dia sadar kalau Nanda terus memandangnya daritadi tapi ketika Nanda melirik ke arahnya kembali, gadis itu sudah sibuk kembali dengan para tamu yang lain.
***
"Hideyoshi-San… aku meminta bantuanmu untuk mempekerjakan anak muda itu…" ucap Keiji dengan ekspresi serius.
"…Tapi aku tidak bisa mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki keahlian…" kata Hideyoshi, "lulus kuliah saja tidak…"
"Maksudku… hanya sekedar mempekerjakan saja… jadi karyawan biasa, walaupun gajinya yang paling rendah asal jangan cleaning service… aku cuma ingin anak itu mengenal lingkungan kerja," ucap Keiji.
Hideyoshi merasa heran dengan sikap Keiji. "Memangnya siapa anak muda itu? Kau sepertinya sangat memperhatikannya…"
"Sebenarnya… anak itu adalah anak sahabatku… aku sudah menganggapnya sebagai anak sendiri…"
"Lalu… kenapa kau tidak mempekerjakan anak itu di salah satu perusahaan Edward?"
Banyak tanya juga orang ini! Batin Keiji.
"Kau tahu sendiri kan perusahaan itu hanya mempekerjakan orang-orang yang sangat-sangat berpengalaman… dan juga seleksi untuk bisa bekerja di sana juga sangat ketat. Lagipula, Nanda itu kuliahnya tidak selesai dan sama sekali tidak mempunyai pengalaman kerja… kumohon, hanya sekedar mengenal lingkungan kerja agar anak itu bisa belajar…"
Hideyoshi menimbang-nimbang permintaan Keiji, ia juga tidak enak menolak permintaan Keiji mengingat posisi Keiji yang sangat penting di Edward Group. Dia sangat bisa membantu Hideyoshi untuk bisa bekerja sama dengan perusahan Edward jika pemimpin Edward telah kembali.
"Baiklah… aku akan mempekerjakannya…" sahut Hideyoshi akhirnya dan Keiji langsung riang gembira.
"Um… Um… boleh aku meminta tolong lagi…"
"Apa?"
"Tolong, beri kelunakan sama anak muda itu… sebenarnya… anak itu memiliki sifat yang temperamental…"
"Benarkah? Itu sangat bahaya… bagaimana nanti jika dia bermasalah dengan karyawan lain… bisa-bisa terjadi perkelahian."
"Anak itu tidak akan bersikap kasar jika tidak ada pencetusnya… oleh karena itu… tolong pekerjakan dia di bawah atasan yang memiliki sifat yang lemah lembut… oh ya…" Keiji mendekatkan wajahnya ke telinga Hideyoshi. "Anak muda itu sahabat semasa kecil pewaris Edward Group yang sedang kuliah di luar negeri itu loh…" bisiknya.
"Benarkah?" wajah Hideyoshi terlihat bersinar-sinar. Ini adalah kesempatan emas untuk bisa menunjukkan image yang baik bagi calon pemimpin Edward Group. Sudah lama sekali ia ingin menjalin kerja sama dengan Edward untuk bisa keluar dari naungan Kingdom Group, milik kerabatnya yang paling berpengaruh, bernama Takizaki Yamamoto, dan menjadi perusahaan yang mandiri karena Yamamoto berpendapat bahwa usaha bidang fashion miliknya tidak perlu terlalu dikembangkan.
"Iya…" sahut Keiji, "kalau dia senang berada di perusahaanmu… dia bisa mempromosikan perusahaanmu agar pemilik Edward Group nanti mau bekerja sama denganmu…"
"Oke kalau begitu…"
"Oke! Oke! Deal!"
.
TBC
Ishan berjalan dengan dagu terangkat menuju Instalasi Gawat Darurat bagian trauma. Tidur selama empat jam dan mandi pagi membuat wajah pria berusia mendekati setengah abad itu terlihat sangatfresh. Beberapa perawat dan dokter magang yang sempat berpapasan dengannya membungkukkan badan dengan segang ke arahnya, tentu saja karena Ishan termasuk dokter senior di sana.Kepala Ishan celingak-celinguk begitu berada di dalam ruangan. Di meja batu hanya ada tiga perawat dan dua orang dokter yang telah lama magang. Kesal sekali Ishan karena pagi itu ia tidak melihat seorang dokter ahli pun yang menjaga di ruangan tersebut, setidaknya harus ada satu dokter ahli yangstandbydi sana.Ishan lalu berjalan-jalan mengitari ruangan itu untuk melihat-lihat pasien yang sementara dirawat oleh dokter yang baru magang di hari pertamanya. Pagi ini tidak begitu banyak pasien, mungkin itu alasan dokter ahli yang seharusnya jaga pagi itu memilih
Sudah hampir sejam Gerry duduk menyandar di kepala ranjang, di suatu kamar hotel, tanpa memakai pakaian dan hanya selimut yang menutupi bawahannya. Ia tidak sendirian, di sampingnya ada seorang wanita berambut blonde, panjang nan bergelombang, tanpa balutan busana, masih tertidur tengkurap dengan sangat nyenyak, punggung mulusnya terekspos karena selimut hanya menutupi bawahnya hingga sepinggang, wanita yang telah menghabiskan malam bersamanya.Gerry terlihat sedang melamun, wajahnya terlihat murung ke depan. Beberapa kali terdengar pria itu mendesah kecewa. Bukan karena wanita yang kini berada di sampingnya tidak memberikannya kepuasan, sebaliknya mereka berdua telah melakukan pertempuran yang begitu hebat dan liar. Namun, kebahagiaan itu bukanlah didapat dari kepuasaan sex, keduanya adalah hal yang berbeda. Intinya, pria itu tidak berbahagia, satu-satunya yang dapat membuatnya benar-benar merasakan kebahagiaan adalah bersama dengan gadis yang ia cintai yaitu, Ariel.
Gerry kini duduk di suatu restoran mewah prancis, bersama dengan para pengunjung lain yang tengah menikmati hidangan makan malamnya. Bukan karena di restoran tersebut tidak menyediakan ruangan VIP namun pria itu memang sengaja makan malam bersama pengunjung lain karena ada sesuatu yang ia rencanakan.Gerry tak henti-hentinya melengkungkan senyumnya, jelas sekali bahwa pria itu terlihat sangat senang dan bersemangat. Beberapa kali ia menatap jam tangannya dengan tak sabaran dan menengok ke arah pintu masuk, menantikan kehadiran gadis yang akan ia lamar.Lamar?Yeah, pria itu berniat melamar Ariel malam ini juga walaupun masih belum resmi karena bagaimana pun dia harus menghadapi keluarga Ariel terlebih dulu sebelum menikahinya. Tapi, setidaknya jika Ariel menerimanya, Gerry akan`memiliki keberanian dan semangat yang besar untuk menghadapi keluarga Kujo, terutama kakak ipar Ariel yang kini menjadi kepala keluarga Kujo.Betapa percaya dirinya pria itu
Ini sudah jam pulang kantor namun Ariel masih berada di dalam ruangannya. Gadis itu merenung akan sikap Nanda tadi pagi. Pria itu membuang pandangannya dan berbalik arah ketika melihat Ariel, tidak mungkin pria itu melakukan demikian tanpa alasan. Ariel berusaha mengingat-ingat apakah ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung Nanda tapi seingatnya ia sangat jarang berinteraksi dengan pria itu dan seingatnya lagi, beberapa hari yang lalu pun saat ia menyapa Nanda, pria itu masih bersikap normal.Lalu… sebenarnya apa masalahnya? Pikir Ariel.Ariel merasa sedih jika nantinya Nanda tidak lagi peduli padanya, atau yang paling parah malah memusuhinya seperti yang dilakukan Ryan. Ariel sudah menganggap Nanda adalah teman yang baik setelah menjalankan proyek bersama.Dengan lesu Ariel menarik tasnya dan beranjak keluar dari ruangannya. Gedung KotowariFashionsudah sepi rupanya, Ariel terus berjalan menujuliftna
Malam semakin larut namun Nanda masih saja gelisah di ranjangnya. Berkali-kali sudah ia merubah posisinya, sebentar berbalik ke kanan kemudian kembali ke kiri, begitu seterusnya untuk menemukan posisi senyaman mungkin. Nanda lalu bangkit dan duduk, ia sadar bahwa yang membuatnya sulit tidur bukanlah masalah posisinya atau ranjangnya tapi pikirannyalah yang kacau. Bukan hanya karena gosip mengenal Ariel yang telah memiliki kekasih namun sewaktu pulang kerja Nanda sempat melihat Ariel menaiki mobil mewahFerrari599xxx berwarna merah, tipe mobil pelit karena hanya menampung dua orang dan idealnya pemilik mobil itu tentunya seorang pria. Berarti, kemungkinan besar gosip tersebut memang benar.Nanda melirik ke arah laci, tangannya mencoba menjangkaunya untuk mengambil selembar foto di dalam, foto Ariel bersama dirinya. Nanda terus menatap foto tersebut, tiap kali pria itu menatap foto itu hatinya berubah menjadi melankonis."Ariel…" dengan suara l
Rupanya, gosip bahwa Ariel telah memiliki kekasih bukan hanya Nanda saja yang dengar tapi kabar tersebut sudah terdengar oleh karyawan lainnya termasuk Ryan. Sebagai pria yang juga "diam-diam" menyukai Ariel, sama halnya Nanda, Ryan juga merasa terusik. Pikirannya begitu kacau hingga ia tidak bisa berkonsentrasi bekerja, rapat tim label miliknya yang seharusnya dijadwalnya hari ini pun dibatalkan. Terdengar tidak profesional karena ini masalah pribadi namun gosip tersebut benar-benar membuat pria bertattoo itu risau tak karuan.Berada di dalam ruangannya terlalu lama sambil memikirkan Ariel membuat kepala Ryan terasa pusing. Ia pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari ruangannya, mencari angin sebentar, atau mungkin ia harus membasuh wajahnya untuk menyegarkan pikirannya kembali.Sekretaris dan orang kepercayaan Hideyoshi, Sandy dan Novita, tampak tergesa-gesa sambil membawa map putih."Ryan!" panggil Novita berseru ke arah Renji. Gadis bertubuh mungil dan be