Mungkin aku memang pria yang tidak memiliki perasaan, tidak memiliki cinta… dan itu terjadi setelah kematiannya… ibuku…
Aku pernah mendengar bahwa ibu adalah cinta pertama seorang laki-laki, sepertinya itu benar karena aku merasa ibuku adalah cinta satu-satunya yang aku miliki di dunia ini. Aku selalu ingin melakukan hal-hal yang membuatnya bangga dan senang jika melihatku. Apapun sulitnya itu… pasti akan kulakukan… hanya untuk melihatnya bisa tersenyum padaku.
Aku mencintai ibuku segala-galanya. Cara dia menjagaku, mengurusku, mengajariku… bahkan saat ia memarahi dan membentakku sekalipun, cara ia tersenyum ketika bangga padaku dan mengacak-ngacak rambutku ketika aku melakukan kebodohan… rasa cintaku malah terus bertambah.
Ah… dia sudah tiada, aku tidak akan pernah merasakan cinta lagi. Tidak ada harapan dan cita-cita lagi untuk membuatnya bangga. Semuanya sirna… dan kini hidupku tidak memiliki arah dan tujuan… tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.
Kurasa… tidak ada lagi wanita yang bisa membuatku kagum atau hanya sekedar menyukainya… selain ibuku…
***
Namanya Nanda, pria berambut jabrik dengan cat berwarna silver, memasuki bar sambil mendengus marah. Wajahnya terlihat sangat menakutkan, seakan-akan ia hendak membunuh seseorang. Tak peduli siapa pun yang ada di depannya, ia pasti menyambarnya. Kursi, meja, semuanya ia sambar sambil melemparnya dengan kasar, bahkan mungkin seorang jompo sekalipun yang lewat di depannya ia mungkin tak segan-segan mendorongnya. Semua orang-orang di bar dibuat terkaget-kaget oleh keonaran yang ia lakukan. Sebenarnya, apakah yang sedang terjadi pada anak muda berambut jabrik itu.
Akhirnya, Nanda terhenti di suatu ruangan yang dikenal dengan ruang VIP di bar itu. Ia menatap geram pintu masuk yang tertutup rapat. Ia mengambil kuda-kuda untuk menendang pintu itu.
Brakk!
Dan pintu itu langsung melayang setelah mendapatkan tendangan keras dari Nanda. Tampak di dalam ruang seorang gadis berambut panjang dengan cat blonde nan bergelombang bersama pria berambut Mohawk dengan tattoo yang penuh di lengannya sedang bermesraan. Apakah hubungan kedua orang yang jelas-jelas terlihat seperti sepasang kekasih itu dengan Nanda?
Pria berambut Mohawk terlihat kaget akan kedatangan pria berambut jabrik secara tiba-tiba, apalagi pria itu mengganggu kesenangannya bersama gadis pujaannya. Sedangkan, gadis blonde itu terlihat pucat melihat kedatangan Nanda. Tampaknya ada sesuatu antara gadis itu dengan Nanda.
"Hei, apa yang kau lakukan?!" seru pria berambut Mohawk bernama Bazz itu ke arah Nanda.
Nanda tidak menjawab, ia malah mendekati kedua orang itu dengan wajah sangar yang menggeram penuh emosi. Nanda menarik bagian depan baju Bazz lalu meninju wajah pria itu dengan penuh kekuatan. Bazz pun terpental jauh.
"HIAAAAAAAAAAA!" teriak menjerit sang gadis yang ternyata bernama Maya.
"Kau diam saja di situ!" bentak Nanda ke arah Maya sambil menunjuk gadis itu, "jangan kemana-mana, aku belum selesai dengan pacar gelapmu itu, tunggu bagianmu!" Ia lalu mendekat ke arah Bazz dan menghajarnya habis-habisan. Maya yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menangis menjerit-jerit melihat Bazz seperti akan dibunuh oleh Nanda.
Malang sekali nasib Bazz. Sebenarnya, ia sendiri tidak mengenal Nanda.
Setelah puas menghajar Bazz yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, Nanda mendekati Maya dan menarik lengannya dengan kasar.
"Ikut aku!" perintah Nanda pada Maya.
"Tidak mau!" teriak Maya berusaha meronta, "aku tidak mau… hiks."
"Aku bilang ikut!" bentak Nanda, "kau belum aku beri pelajaran, ya!"
"Tidak mau!" teriak Maya, "kita putus, aku tidak mau lagi berhubungan denganmu! Kau gila! Sadis… kau tidak punya perasaaan! Kau bukan manusia tapi kau monster, setan!"
BUAKK
Nanda meninju wajah cantik Maya dan Maya yang lemah tentu saja terlempar.
"Huh… kau bilang aku tidak punya perasaan?" ucap Nanda dengan seringai tajamnya, "lalu… kenapa dulu kau mengejar-ngejarku, hah? Sudah tahu aku tidak punya perasaan eh… tetap ngotot mau jadi pacarku," Nanda lalu tertawa seperti kesetanan, "kau pikir… aku bersedia mau jadi pacarmu karena aku benar-benar menyukaimu?" Nanda membuang ludahnya ke samping, "sudah bagus aku bersedia jadi pacarmu, asal tahu saja… aku mau jadi pacarmu karena aku bosan melihat kau terus mengejar-ngejarku, dasar perempuan jalang!" teriaknya mengumpat.
Maya lalu menangis, menangis sejadi-jadinya. Selama ini Nanda memang kasar tapi ini pertama kalinya Nanda melakukan kekerasan yang sesungguhnya. Awalnya, ia hanya menganggap Nanda adalah tantangan baginya karena Maya terkenal sebagai gadis yang mampu membuat pria manapun pasti tergila-gila padanya. Ternyata… ini di luar perkiraannya, Nanda benar-benar pria yang sangat mengerikan.
Tidak lama kemudian polisi datang. Sepertinya manager Bar itu memanggil polisi sejak keonaran yang Nanda lakukan di bawah tadi. Dua orang polisi menahan kedua tangan Nanda.
"Hei… kalian mau apa? Lepaskan aku!" sergah Nanda pada polisi-polisi itu namun polisi-polisi itu tetap menyeret Nanda.
"Hei, kubilang lepaskan! Kalian tidak punya telinga, ya? Aku belum selesai dengan murahan itu!"
***
Nanda kini berada di balik jeruji besi. Dimana lagi kalau bukan di penjara. Ia duduk melantai dengan kedua lutut tertekuk sambil mendengus marah. Rupanya, ia belum puas telah menghajar sepasang kekasih yang telah membuatnya kalap. Kalap bukan karena cemburu melihat pacar sendiri menjalin hubungan dan bermesraan dengan pria lain tapi karena Nanda merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh Maya, pacar Nanda. Yah yah yah… dengan kejadian barusan hubungan Nanda dan Maya bisa dinyatakan telah putus tapi sepertinya Nanda masih ingin menghajar mantan pacarnya itu.
"Ananda Edward?" seorang petugas memanggil Nanda, petugas itu membukakan jeruji penjara untuk Nanda. "Ada yang ingin menemuimu," katanya.
"Siapa?" tanya Nanda rada malas.
"Ishan Edward, ayahmu."
Nanda langsung merasa lega. Akhirnya ayahnya akan membantu Nanda keluar dari tempat membosankan itu. Segera Nanda berdiri dan bergegas untuk menemui ayahnya, ia pun berjalan mengikuti petugas itu. Ketika sampai di suatu ruangan untuk menjenguk para kriminal, ia melihat ayahnya duduk di depan meja, Ishan terlihat memejamkan matanya dengan tangan terlipat di perutnya.
"Ayah!" seru Nanda begitu memasuki ruangan dan langsung mendatangi ayahnya. "Syukurlah ayah cepat datang, aku sudah tidak sabar lagi ingin keluar dari tempat ini, tempat ini sangat membosankan…"
Tiba-tiba Ishan berdiri, menarik bagian depan baju Nanda dan…
BUAKK
Tinjuan yang pasti sangat keras mendarat dengan mulus di wajah Nanda, Nanda langsung terjatuh.
"Kenapa ayah memukulku?!" teriak Nanda. Ishan kembali mendekati Nanda dan…
BUAKK
Tendangan yang tak kalah kerasnya mendarat di perut Nanda.
"Kau bertanya kenapa ayah memukulmu? Ho… pertanyaan yang sangat bagus, dengan senang hati ayah akan menjawabnya!" bentak Ishan ke arah Nanda, "pertama… kau membuat onar di Bar, kedua… kau memukul seorang pria yang ternyata tidak mengenalmu… ketiga… aku benar-benar tidak menyangka kau bisa memukul seorang perempuan! Siapa yang mengajarimu, hah?!"
"Si jalang itu pantas mendapatkannya!"
DUAKK
Kembali Ishan menendang Nanda tanpa belas kasih.
"Selama ini ayah tahu kau memang kasar tapi… ayah benar-benar tidak menyangka kau bisa memukul seorang perempuan… ayah benar-benar kecewa, kau benar-benar sudah sukses jadi bajingan, Nanda…" Ishan menatap Nanda penuh kekecewaan, "jangan harap ayah akan membantumu keluar dari sini!" teriaknya lalu berbalik meninggalkan Nanda.
Nanda mendengus. Pikirnya, ayahnya datang untuk membawanya keluar dari penjara tapi ternyata tidak seperti dengan apa yang dipikirkannya, ayahnya datang tapi hanya untuk memberinya pelajaran.
"Cih…"
***
Lagi! Ishan menuangkan minuman alkoholnya ke gelasnya kemudian meneguknya dengan sekali tegukan. Pria blasteran jepang seumuran dengan Ishan, berambut coklat sebahu dengan kemeja hijau bernama Keiji, hanya terus menatap sahabatnya yang jelas terlihat sedang mengalami stress, tidak biasanya sahabatnya yang sering terlihat konyol itu malah terlihat gundah.
"Apa ini tentang putramu lagi?" Keiji memulai percakapan.
Ishan menuangkan kembali minumannya ke gelas. "Jangan sebut dia putraku… aku ingin menghapusnya dari kartu keluarga," lalu ia meneguk minumannya.
Keiji terperangah dengan ucapan Ishan. Ingin menghapus Nanda dari kartu keluarga? Berarti putra Ishan telah melakukan hal diluar batas, memang Ishan selalu kecewa dengan tingkah laku Nanda yang sulit diatur tapi sebelumnya Ishan tidak pernah mengatakan ingin menghapus Nanda sebagai putranya.
"Jangan bicara begitu…" ujar Keiji, "bagaimana pun… Nanda adalah putra satu-satumu, kau jangan lupa kalau Nanda itu anak kebanggaan Maria…" ia memperingatkan Ishan.
Ishan malah tertawa tapi terasa getir. "Maria pasti akan menangis terisak-isak jika melihat anak laki-lakinya sekarang…" ia lalu menuangkan lagi minumannya ke gelasnya, kali ini benar-benar penuh, "aku tidak tahu sebenarnya apa yang salah… anak itu dulunya baik, baik sekali malah tapi… sewaktu Maria meninggal… anak itu jadi pendiam… kupikir dia akan kembali seiring waktu… tahu-tahunya… dia sudah jadi berandalan…" ia meneguk tuaknya.
Akhirnya Ishan sudah mencapai batasnya. Ia mabuk, mabuk berat hingga tak kuasa berdiri sendiri dan terpaksa Keiji membantunya berdiri.
"Maria!" teriak Ishan begitu Keiji membopongnya berjalan, "apa kau lihat putramu? Dia sudah berhasil… tapi berhasil jadi preman! Anak kebanggaanmu itu! ahli waris semua kekayaanmu! Maria! Anak itu jadi kurang ajar!" tiba-tiba Ishan menangis dan Keiji terkaget-kaget dengan sahabatnya itu. Menangis? Ini pertama kalinya ia melihat sahabatnya menangis.
"Maria! Apa salahku? Kenapa anak laki-laki kita… putra satu-satunya… bisa keterlaluan seperti itu… dia berandalan… apa salahku? Siang-malam aku bekerja untuknya… memberikannya pendidikan terbaik agar kelak ia bisa menjadi pemimpin di perusahaanmu, Maria… kenapa anak itu malah… malah…. HUAAAAAAAAAA."
"Sudah sudah, ya… cup… cup…" kata Keiji jahil sambil mengelus-elus kepala Ishan.
"HUUUUAAAAAAAAAAAAAA!"
.
TBC
TING TONG… Dengan terhuyung-huyung Ishan menuruni tangga, efek bir semalam ternyata belum hilang rupanya dan ternyata di rumah ia hanya sendirian. Kedua putri kembarnya, Putri dan Dara sudah tidak nampak lagi di rumah. Sepertinya mereka sudah berangkat kuliah. TING TONG… "Sabar!" teriak Ishan, ia membuka pintu dan nampak pria yang bersamanya semalam, sahabatnya, Keiji. "Halo Ishan…" sapa Keiji begitu pintu terbuka, "aku ke sini untuk melihat keadaanmu." Ishan langsung mempersilahkan masuk sahabatnya itu, membuatkannya teh dan menyediakan kue-kue ringan. "Apa kau tidak ke rumah sakit, Ishan?" tanya Keiji ketika Ishan sudah duduk di sofa. "Mungkin hari ini tidak…" sahut Ishan, "kepalaku berat sekali… aku juga sudah menelpon rumah sakit dan mengatakan aku sedang tidak sehat." "Oh…" ujar Keiji, "hm… lalu… dimana putramu itu?" tanya Keiji sambil hendak meneguk teh-nya. Ishan malah mendecak. "Berandalan itu sudah masu
Mau tidak mau akhirnya Nanda bekerja juga, sesuai rencana Keiji dan ayahnya. Nanda bekerja di perusahaan milik Hideyoshi, Kotowari Fashion, bergerak di bidang fashion dan masih di bawah naungan Kingdom Group. Di sana memang hanya mempekerjakan anak muda yang memiliki bakat dan kreatifitas yang tinggi. Nanda kini duduk di ruang kerjanya yang bersekat-sekat dan gabung bersama karyawan biasa lainnya. Ia duduk dengan kaki diangkat dan disilang ke atas meja. Ia merasa sangat bosan. Dari pagi ia hanya berdiam saja, menatap layar komputer yang terus menyala. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, setidaknya mungkin ada seseorang yang bisa membimbingnya. Seorang gadis berambut coklat pendek dan bertampang polos bernama Mira sedang sibuk mencari-cari orang untuk membantunya mem-fotocopy-kan beberapa file. Kepalanya celingak-celinguk untuk melihat karyawan yang sedang tidak ada kerjaan. "Ah… sepertinya itu karyawan baru…" gumamnya melihat Nanda dari belakang yang sep
Tiba-tibatheme songChappy mengalun. Cepat-cepat Ariel menghentikan langkahnya dan mengambil ponselnya."Halo? Ya… baik aku segera ke sana…" ia menyimpan kembali ponselnya lalu berbalik dan keluar dari ruangan.“Fiuh…” seketika Nanda merasa lega.***Akhirnya Nanda pulang juga dari kantornya. Begitu sampai di rumah, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. Badannya terasa sangat pegal-pegal, aneh, walau ia tidak melakukan apapun di kantor dan hanya berdiam diri saja tapi entah mengapa badannya terasa letih."Kak Nanda… Putri pijit bahu Kak Nanda, ya?" seru Putri yang kasihan melihat kakak laki-laki satu-satunya itu terlihat kelelahan."Boleh… terima kasih ya, Put…"Dara yang berdiri menyandar di dinding sambil melipat tangannya, menatap aneh kakak laki-lakinya itu. Aneh? Ya, ia merasa aneh karena saat ini pun ia tidak percaya bahwa kakak laki-lakinya itu kini bekerja.
Ariel merasa heran, tidak biasanya Hideyoshi memanggilnya seorang diri, biasanya pasti bukan hanya Ariel saja yang ia panggil karena semua pekerjaan mereka adalah kerja tim. Sepertinya ada sesuatu hal penting yang mau ia katakana pada Ariel. Tok tok tok… Ariel mengetuk pintu sebelum ia membuka pintu ruangan atasannya . "Silahkan duduk, Ariel!" Hideyoshi langsung mempersilahkan Ariel duduk begitu Ariel masuk ke dalam ruangannya. Dengan tenang Ariel duduk di depan Hideyoshi, pria itu tampak sedang membaca suatu berkas, entah berkas apa itu. "Ariel… apa kau ingat toko butik Royal Soul yang berada di balai kota?" tiba-tiba Hideyoshi bertanya. Royal Soul? Itu kan butik tua yang kebangkrutannya tinggal menunggu waktu? Pikir Ariel. "Ya… aku tahu…" sahutnya kemudian, "butik yang sudah lama terbengkalai itu, kan?" "Ya, tepat sekali," kata Hideyoshi, "awalnya aku ingin membiarkan saja butik itu bangkrut tapi…" Hideyoshi lalu menatap Ariel serius
"Permisi!" Ariel menyeru begitu ia dan Nanda memasuki suatu toko butik bernamakan Royal Soul. Seorang wanita yang seumuran dan tak kalah cantiknya dengan artis cantik Yuni Shara, langsung mendatangi mereka berdua. "Selamat datang…" sapa wanita itu, "mari, silahkan masuk dulu untuk lihat-lihat…" wanita itu mempersilahkan mereka berdua dengan ramah untuk melihat-lihat pakaian di sana. Wanita itu nampaknya mengira Ariel dan Nanda adalah calon pembeli. "Oh, bukan…" ujar Ariel, "perkenalkan namaku Ariel, manajer label HnT di Kotowari Fashion dan ini adalah partnerku… namanya Nanda, dia juga salah satu karyawan di Kotowari Fashion." "Oh…"gumam wanita itu, "perkenalkan aku Yohana, aku pegawai yang mengurus Royal Soul… masuk dulu!" Wanita itu pun mengajak Ariel dan Nanda masuk ke dalam dan duduk di sofa. "Kupikir toko ini akan dibiarkan saja karena sudah lama sekali toko ini tidak diperhatikan pemiliknya…" wanita itu memulai pembicaraan. "Ah, tidak,"
Nanda dan Ariel langsung menuju ke butik milik Ryo. Ariel yang sedang menyetir mobil tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kesalnya pada desainer menyebalkan itu, ia tidak membuka mulut selama diperjalanan. Nanda bisa mengira mungkin akan ada pertengkaran yang sengit antara Ariel dan Ryo. Walaupun ia sendiri tidak akrab dengan Ariel tapi Nanda juga jengkel dengan desainer sombong dan sok hebat itu. Nanda berpikir, jika ia menjadi Ariel mungkin ia akan menghajar habis-habisan gadis sombong itu karena membuat orang pusing saja. Akhirnya, mereka sampai di depan bangunan rumah barbie itu. Ariel langsung bergegas, berlari menuju butik begitu turun dari mobil, langsung-langsung ia masuk tanpa permisi lagi sementara Nanda mengikutinya dari belakang. Tampak Ryo sedang sarapan dengan sandwich dan segelas anggur merah dengan santainya. "Asyik sekali kau, santai-santai saja di sini dan meninggalkan kewajibanmu!" labrak Ariel tiba-tiba dan sukses membuat Ryo yang sedang menegu
Nanda melirik jam tangannya, sudah jam sebelas malam lewat. Ia lalu melirik Ariel yang masih sibuk berkutat dengan mesin jahit. Gadis itu benar-benar tak patah semangat rupanya tapi Nanda tetap menunggunya, duduk melantai di dekat pintu dan menyandarkan punggung di dinding. "Huff…. akhirnya, jahitannya selesai…" gumam Ariel sambil memeriksa hasil jahitannya, "besok saja dilanjut…" ia lalu beranjak dari mesin jahit menuju lemari dan menaruh hasil jahitannya. Setelah itu, ia meregangkan kedua tangannya ke atas sambil berbalik ke arah pintu. "Lho, kau masih di sini, Nanda?" Ariel tampak heran menatap Nanda, dia tidak menyadari keberadaannya ternyata. "Ya…" sahut Nanda lalu berdiri. Gadis itu lalu terkikik. "Rupanya kau perhatian juga…" "Aku tidak enak meninggalkanmu sendirian karena aku juga bagian dari proyek ini!" terang Nanda agar gadis itu tidak salah paham. Sejenak Ariel terdiam menatap Nanda sebelum berjalan mendekatinya, sudut bibi
AkhirnyalaunchingRoyal Soultiba saatnya. Beruntung semua pekerjaan Ariel, Nanda dan para penjahit telah rampung. Para desainer terkenal mulai berdatangan dan disambut ramah oleh Ariel. Sedangkan Nanda mengambil tugas di belakang layar bersama Yohana. "Hei, Ariel!" seru desainer yang sangat terkenal berpenampilan eksentrik dengan kacamata persegi yang tebal dan rompi tanpa lengan, ia bernama Justin Oliver. "Aku sangat bersemangat datang di acaramu ini, waktu aku tahu kaulah yang memegang proyek ini, aku yakin pasti kau akan menampilkan karya desainer yang sangat fantastik!" Ariel hanya tertawa meringis menanggapi seruan Justin. Sebenarnya, ia sendiri tidak yakin apakah karyanya sendiri akan benar-benar fantastik. "Silahkan masuk!" ucap Ariel sambil mempersilahkan masuk desainer berpenampilan eksentrik itu. Ya, kadang-kadang beberapa desainer memang suka berpenampilan aneh bin ajaib. Semua tamu sudah berkumpul. Hideyoshi dan ibunya, ba