Share

Bab 3

Penulis: Jiji
Jalan menuju pangkalan balon udara sangat hening.

Yohan menggenggam tanganku di dalam telapak tangannya yang hangat, lalu mulai berbicara tentang ulang tahunku yang tinggal beberapa jam lagi.

"Aku sudah memesan semua gaun desainer terbaru," katanya lembut. "Kamu bisa memilih mana pun yang ingin kamu kenakan di pesta ulang tahunmu."

Dia berhenti sejenak, suaranya semakin hangat. "Setelah semua ini berlalu … kita juga punya anak, ya? Bukankah dulu kamu paling suka anak kecil?"

Aku hanya diam, menatap pemandangan di luar jendela tanpa menjawab.

Dia tidak tahu bahwa kami seharusnya sudah memiliki seorang anak, tapi malaikat kecil itu telah pergi karena perintah yang keluar dari mulutnya sendiri.

Tak lama setelah mobil meninggalkan gerbang vila, ponsel pribadinya berdering.

Dia menjawab panggilan itu dengan suara rendah, membisikkan sesuatu untuk orang di ujung sana, lalu berbalik menatapku dengan wajahnya yang memancarkan ekspresi maaf dan ketidakberdayaan yang sangat terlatih. "Ada masalah pada beberapa barang di dermaga. Aku harus menanganinya sendiri."

Aku mengangguk pelan, suaraku datar tapi lembut. "Pergilah. Urusan keluarga lebih penting."

Dia terlihat ragu, seolah ingin menjelaskan sesuatu. "Jianna, aku .…"

"Nggak apa-apa," potongku sambil tersenyum tipis. "Pergilah. Aku akan menunggumu di pangkalan balon udara. Kamu sudah berjanji akan menemaniku melihat matahari terbit, 'kan?"

Setelah tiba sendirian di pangkalan balon udara, aku membuka ponsel dan menemukan bahwa Jessica baru saja memperbarui unggahan di media sosial.

Dalam unggahan itu, dia duduk di ranjang rumah sakit dengan wajah memelas. Teks di bawahnya berbunyi: [Malam ini benar-benar menakutkan, syukurlah bayi kami baik-baik saja. Ada seseorang yang rela meninggalkan semua urusannya hanya untuk menemaniku. Aku sungguh tidak tahu bagaimana membalas kebaikannya.]

Figur samar di sampingnya memang tidak terlalu jelas, tapi aku mengenalinya dalam sekejap. itu Yohan.

Aku menekan nomor pria itu. Nada sambungnya terdengar lama sekali sampai akhirnya Jessica menjawabnya.

"Halo, Jianna? Kamu mencari Yohan ya? Bisakah kamu berhenti mengganggunya? Dia sedang sibuk mendiskusikan kondisi tubuhku pada dokter sekarang!" Suaranya dipenuhi dengan kepuasan dan kesombongan.

"Kamu nggak akan pernah tahu betapa cemasnya Yohan kalau menyangkut diriku. Pernah suatu malam aku cuma terpeleset dan nggak sengaja jatuh. Jadi, aku meneleponnya sambil menangis dan bilang bahwa ada orang yang mau membunuhku. Nggak sampai sepuluh menit, Yohan langsung mengirim seluruh anak buahnya untuk menyelamatkanku!"

Tawanya yang tertahan bergema di telepon.

Sementara aku merasa seolah jatuh ke dasar gua es.

Aku tahu persis malam yang dia maksud … malam di mana aku kehilangan anakku.

Dan akar dari tragedi ini tak lebih dari kebohongan impulsif Jessica.

Tanganku gemetar saat menutup telepon itu. Lalu aku menatap langit yang perlahan berubah warna, menunggu sepanjang malam.

Menjelang fajar, Yohan masih belum juga datang.

Aku melangkah ke dalam keranjang balon udara dan berkata pada anak buah yang sedang bersiap mengoperasikannya, "Nyalakan. Biarkan balonnya naik."

Anak buah itu tampak ragu. "Nyonya, apakah kamu nggak ingin tunggu seseorang dulu?"

Aku menjawab pelan, "Nggak perlu tunggu lagi. Hanya aku seorang. Kamu juga nggak usah ikut, aku bisa mengoperasikannya sendiri."

Dia agak ragu, tapi mengingat statusku, dia setuju.

Balon udara mulai perlahan terangkat. Aku bersandar di tepi keranjang, memandangi kota yang tenang di bawah sana dengan tatapan kosong.

Kata-kata manisnya yang palsu, kebersamaannya, janjinya, serpihan kenangan berkelebat di benakku, tapi gagal membangkitkan banyak emosi.

Dibandingkan dengan tulisan merah menyala di berkas yang kutemukan, [Harus dilindungi. Di atas segalanya], kata-kata dari mulut Yohan itu terdengar menyedihkan dan menggelikan.

Ketika cahaya pertama mentari menyentuh langit, aku menekan panggilan ke nomor pria itu untuk terakhir kalinya.

Kali ini, teleponnya dimatikan.

Sambil menatap layar, aku mengatur email berbatas waktu untuk dikirim ke Yohan.

Dalam email itu, aku lampirkan tiga hal.

Sebuah foto dokumen rahasia yang bertuliskan dengan tulisan merah.

Laporan medis yang menyatakan aku keguguran karena penundaan pertolongan.

Rekaman telepon Jessica yang secara pribadi mengakui bahwa percobaan pembunuhan yang dia alami malam itu hanyalah kebohongan.

Setelah semua selesai, aku menatap ke langit untuk terakhir kalinya dan menarik pistol yang sudah kusiapkan sejak lama dari saku mantelku.

Dor!

Tanpa ragu, aku menembak tepat ke balon udara di atasku.

Sementara itu, Yohan bersiap meninggalkan rumah sakit.

Jessica menghentikannya dengan kesal, "Yohan, aku masih membutuhkanmu …."

Yohan menggelengkan kepalanya, nada suaranya tenang, "Nggak bisa. Hari ini ulang tahun Jianna. Aku sudah berjanji menemaninya melihat matahari terbit."

Tepat saat itu, seorang anak buah berlari tergesa dari kejauhan, wajahnya panik.

"Boss! Nyonya... nyonya meledakkan balon udara yang dinaikinya. Dia bunuh diri!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 9

    Di dalam presidential suite hotel, dokter pribadi baru saja selesai merawat luka di punggung Leon. Dia masih terlihat pucat karena kehilangan terlalu banyak darah.Aku duduk di tepi ranjangnya sambil membawa segelas air hangat, menatapnya yang tertidur lelap. Hanya setelah itu aku baru bisa merasa tenang.Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk perlahan.Itu Yohan.Dia berdiri di ambang pintu sendirian, tanpa pengawal, tanpa aura berkuasa yang dulu selalu mengelilinginya.Tatapannya bertemu denganku. Tatapan itu penuh dengan penyesalan, nyaris memohon."Jianna .…" Suaranya serak, "Bisa kita ... bicara sebentar?"Aku menutup pintu kamar Leon. Lalu berjalan bersama ke dekat jendela setinggi langit-langit di ruang tamu."Jianna, aku salah," ujarnya sambil menatap mataku. Matanya merah karena kelelahan. "Sejak kamu menghilang, aku baru sadar betapa bodohnya aku. Aku teringat, bagaimana kamu belajar tiga tahun demi membuat sup bergizi untukku karena perutku sensitif. Nggak peduli betapa laru

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 8

    "Jesscia," kataku tenang, suaraku sedingin berbicara dengan orang asing. "Ini hotel pribadi. Kalau kamu terus membuat masalah di sini, aku akan menyuruh petugas keamanan mengantarmu keluar.""Mengantarku keluar?!" Dia tertawa terbahak-bahak seolah-olah mendengar lelucon terbesar di dunia. "Jianna, dasar jalang! Kamu menghancurkan segalanya, pernikahanku, reputasiku dan sekarang kamu berani bertingkah seperti wanita simpanan yang angkuh di sini? Kalau bukan karenamu, bagaimana mungkin aku berakhir dalam kekacauan ini!"Matanya membara dengan kebencian, seolah ingin mencabik-cabikku. "Bahkan Yohan ... dia mengabaikanku untukmu, dasar jalang! Kamu pikir kamu benar-benar menang?"Sebelum Jessica sempat menyelesaikan kalimatnya, dia menerjangku seperti orang gila, mencakar tepat ke wajahku.Sebelum aku sempat mundur, sesosok tubuh menghalangi jalanku.Itu Leon, pelanggan tetap kafe yang mengundangku ke sini sekaligus pewaris hotel ini. "Nyonya, tolong kendalikan dirimu." Leon mencengkeram

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 7

    Keesokan harinya, aku menerima pesan terakhir dari kontak rahasiaku. Isinya adalah sebuah tautan berita ekonomi, laporan tentang Yohan.Berita itu menulis bahwa pewaris keluarga mafia yang dulu dikenal berpengaruh itu sudah berbulan-bulan tak pernah muncul di depan publik. Semua urusan keluarga kini telah dia serahkan sepenuhnya kepada wakilnya. Artikel itu juga memuat sebuah foto hasil jepretan diam diam Yohan yang tengah berdiri sendirian di halaman tempat terjadinya kecelakaan itu.Tubuhnya tampak kurus dan tanpa ekspresi.Aku menatap foto itu cukup lama. Hatiku tidak lagi menyimpan dendam atau kebencian, hanya ketenangan yang tidak bisa dijelaskan.Penyesalannya mungkin tulus, tapi memangnya kenapa?Aku bukan lagi 'istrinya' yang menjadi tameng atas kepura-puraan dirinya dan aku juga tidak ingin menerima tebusan atas segala kesalahannya."Nona Jenna." Suara itu memecah lamunanku, suara pria yang sudah menjadi pelanggan tetap di kafe.Aku menoleh dan dia berdiri di samping mejaku.H

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 6

    Meski begitu, aku tetap meminta kontak rahasiaku mengirimkan ringkasan laporan akhir.Laporannya sangat singkat. Setelah diceraikan oleh suaminya dan diusir dari keluarga mafia, Jessica benar-benar menghilang dari lingkaran sosial para bangsawan. Sedangkan Yohan, setelah menggunakan segala daya dan kekuatannya untuk mencariku hingga hampir separuh dunia, tetap tidak menemukan apa pun. Menurut laporan, sudah lama dia tidak muncul di hadapan publik. Kini dia menjadi sosok yang muram dan terobsesi. Sama sekali bukan lagi pria yang dulu kukenal.Aku menatap laporan itu tanpa ekspresi, lalu menghapus seluruh data kontak rahasia dan laporan tersebut, selamanya.Dia mulai menyesal, tapi aku sudah lama pergi dari dunianya。Semua penyesalan dan kasih sayang yang datang terlambat itu bagiku hanyalah lelucon."Jenna, latte art-mu cantik sekali!" Suara ceria pelayan baru di bar membuyarkan pikiranku.Aku segera mendorong cangkir ke arahnya sambil tersenyum lembut. "Cuma gambar mawar biasa. Cepat,

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 5

    Email terjadwal yang kukirim itu adalah pengadilanku sendiri untuk Yohan, sekaligus perpisahan terakhirku dengan pernikahan tidak masuk akal yang pernah kami jalani.Ketika email itu seperti bom tepat sasaran meledak di dunianya, aku sedang duduk di sebuah apartemen kecil di kota pegunungan dingin yang asing, jauh dari segala masa lalu.Di sini, tidak ada keluarga mafia, tidak ada Yohan. Hanya sebuah kamar sunyi dan jendela yang menghadap ke puncak gunung.Aku memulai hidup baru dengan identitas baru, yaitu Jenna dan sepenuhnya mengucapkan selamat tinggal pada Jianna. Perempuan yang dulu harus berhati-hati dan selalu berusaha keras untuk membuktikan dirinya.Tidak ada seorang pun yang tahu di mana aku bersembunyi, dan tak seorang pun yang tahu bahwa aku sudah lama bersiap untuk menghabiskan sisa hidupku dalam kesunyian ini.Saat pertama kali pindah ke kota kecil ini, aku menolak berbicara dengan siapa pun.Hari-hariku hanya dihabiskan antara dua tempat, kafe tempatku bekerja dan aparte

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 4

    Yohan terpaku sesaat, lalu dengan cepat mencengkeram kerah seragam anak buah itu. Seketika auranya menjadi kejam. "Apa kamu bilang barusan?!"Anak buah itu tergagap gugup, "B … Bos … Nyonya bilang dia ingin naik sendiri. Lalu, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan balon udara itu langsung meledak jatuh ke laut.""Nyonya terlihat sangat murung sebelumnya. Ini jelas bunuh diri!""Mustahil! Aku nggak percaya! Dia nggak mungkin melakukan itu!" Yohan memotong perkataan bawahannya, suaranya serak. "Kenapa nggak ada satu pun yang memberitahuku saat dia naik balon udara sendirian?!"Anak buah itu ragu sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati, "Bos, aku sudah mencoba meneleponmu sepanjang malam. Tapi, ponselmu nggak aktif …."Yohan segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel. Layarnya hitam total, tidak responsif dengan tekanan apapun.Dia mencoba menyalakan ponsel itu sambil menoleh tajam ke arah Jessica. Sorot matanya sedingin es. "Kamu yang matikan ponselku?"Jessica terdiam sesaat karena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status