Part 15POV Arman"Udahlah, Man. Kamu ceraikan aja Naya. Kamu lihat sendiri kan gimana kelakuannya sekarang!" tegas Ibu setelah kami kembali masuk ke dalam rumah."Iya, Bang. Dia sama sekali tidak menghargai Abang sebagai suami," sambung Lela mengiyakan saran dari Ibu.Aku hanya bisa menghela nafas berat mendengar ocehan Ibu dan Lela. Sama sekali tidak ingin menanggapi. Saat ini pikiranku sedang kalut, bahkan sekarang perutku sangat perih.Azan di mesjid sedang dikumandangkan oleh Muazin. Biasanya jika ada Naya dirumah dia akan mengingatkan aku untuk segera Shalat Magrib. Kenapa rumah tanggaku bisa seperti ini. Padahal aku yakin sudah melakukan yang terbaik untuk semuanya. Termasuk memberikan gaji yang lebih besar untuk Ibu daripada Naya.Karena Ibu mempunyai pengeluaran yang banyak. Karena perabotan dirumah Ibu juga lebih banyak, otomatis bayar listrik juga lebih mahal.Naya marah ketika aku lebih mengutamakan Ibu daripada dia. Padahal seharusnya dia bersyukur mempunyai suami yang S
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 16POV Arman"Arman, Lo dipanggil tuh sama, Bos." Tiba-tiba saat aku sedang membuat laporan Ardi temanku mengatakan bahwa aku dipanggil oleh Bos."Buat apa ya?" tanyaku penasaran."Entah," jawabnya sambil berlalu pergi.Tidak biasanya Pak Bagas menyuruhku ke ruangannya. Karena biasanya hanya dua hal kenapa dia menyuruh karyawannya menghadap. Satu karena akan naik jabatan atau kenaikan gaji. Dua karena ada teguran karena sudah membuat kesalahan.Dengan cepat aku tinggalkan pekerjaan yang menumpuk. Apa mungkin aku dipanggil karena telat memberikan laporan. Pikiranku berkecamuk memikirkan berbagai masalah yang ada di otak.Tok Tok Tok!"Masuk!" suara baritonnya terdengar sampai ke luar ruangan.Klek!"Permisi, Pak," ucapku dengan sedikit menunduk."Duduk," perintahnya sambil menunjuk ke arah kursi.Aku duduk di depannya dengan perasaan was-was. Pak Bagas tidak langsung mengatakan tujuannya. Dia sibuk memeriksa beberapa berkas yang ada di atas meja kerjan
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 17POV Arman"Kamu memang laki-laki idaman, Mas. Kamu itu udah ganteng, bertanggung jawab lagi. Beruntung Naya menjadi istri kamu," puji Intan yang membuatku semakin tersenyum lebar.Benar memang yang dikatakan oleh Intan. Aku rela banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup Naya dan Ibu. Semua keluarga aku yang biayai. Tapi itu semua tidak membuat Naya bangga atau memujiku. Dia malah marah-marah dan tidak mau melayaniku lagi. Andai saja Naya bisa berpikir jernih seperti Intan. Pasti aku akan sangat bahagia karena dihargai oleh istri sendiri."Oh iya, Mas. Kamu lapar nggak? Aku lapar nih," ucap Intan saat kami sampai di daerah orang yang berjualan di samping jalan."Aku nggak lapar sih, kamu mau makan apa memangnya?" tanyaku pada Intan yang sepertinya sedang memikirkan makanan apa yang ingin dia beli."Aku pengen makan klepon, Mas. Makanan kesukaan kita dulu," ucap Intan yang membuatku tersenyum. Ternyata dia masih ingat makanan kesukaanku. Dulu saa
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 18"Kamu pulang, kalau tidak….""Kalau tidak apa, Mas?" sanggahnya menantang ancamanku."Kalau tidak aku akan nikah lagi!" Aku yakin kali ini Naya pasti akan pulang. Mana mau dia kehilangan aku. Karena aku tau hanya aku laki-laki yang dia cintai. Aku juga yakin dia akan secepatnya kembali. Jika aku mau, aku juga bisa menikah dengan Intan. Aku yakin dia juga masih suka dan senang jika harus menjadi istriku."Ha-ha…." Bukannya takut, Naya malah semakin tertawa terbahak-bahak mendengar penuturanku barusan. Dia pikir ini lucu? Aku hampir saja mati saat mencuci baju barusan."Aku serius, Nay!" bentakku geram. Dia seakan mengolok-olokku."Maaf. Maaf, Mas. Ha-ha. Habisnya kamu lucu sih," jawab Naya masih dengan sedikit tawanya. Semakin membuat darahku mendidih."Apanya yang lucu? Aku hampir saja mati karena mencuci baju. Seharusnya kamu yang melakukan semua ini. Bukan aku sebagai suami, aku udah capek cari uang dan sekarang masih saja mengerjakan pekerjaan
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 19"Mas, baju kamu kok kusut sih? Ini lagi dasinya nggak rapi. Sini biar aku rapikan," ucap Intan mendekatkan badannya kepadaku.Dan tanpa permisi dia membenarkan dasiku yang memang tadi sangat kusut. Jika dilihat dekat seperti ini, Intan ternyata sangat cantik. Jarak kami sangat dekat hingga nafasnya terdengar jelas. Bajunya dengan belahan dada rendah, semakin membuat gairahku bangkit. Dadanya tercetak jelas, hingga membuatku merasa melayang.Tanpa bisa kutahan lagi, aku meraih tubuhnya agar semakin dekat denganku. Menyentuh wajahnya dan dengan lembut melumat bibir merahnya. Maafkan aku, Naya. Ini salahmu yang pergi meninggalkan kewajibanmu sebagai istri."Astaghfirullah." Aku mendorong tubuh Intan kasar hingga dia mengaduh kesakitan."Au, kamu apa-apaan sih, Mas?" tanya Intan sambil mengelus punggungnya yang terbentur pintu mobil."Maafkan aku, Intan. Tadi aku tidak sengaja," ucapku sambil menelan saliva yang terasa kering.Apa yang sudah aku lakuka
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 20POV NayaAku menatap langit malam, sesak yang sedari tadi menghampiri dada masih saja terasa sampai sekarang. Perkataan Mas Arman saat menelpon mampu membuatku goyah.Seumur pernikahan, tidak pernah Mas Arman mengancamku dengan ancaman akan menikah lagi. Apa dia pikir pernikahan itu mudah. Apa dia tidak berpikir bagaimana perasaanku saat mendengar penuturannya barusan.Bohong jika aku bilang tidak sedih. Rumah tanggaku bagai terombang-ambing di lautan lepas. Aku menikah dengan Mas Arman atas dasar cinta, bukan dasar paksa. Jadi jika terjadi masalah seperti ini, aku terpuruk.Padahal di luar sini sangat dingin, tapi biarlah segala resah dan gelisahku terbang bersama angin malam. Tidak ada lagi air mata, hatiku bergejolak menahan amarah dan kecewa. Bagaimana bisa sekarang Mas Arman berubah seperti ini."Unaiya, masuk dulu, Nak. Nanti kamu masuk angin," teriak Umi dari bawah. Umi selalu memanggilku dengan nama lengkap. Tapi aku suka.Saat ini aku mema
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 21POV Naya"Kamu tau kenapa Umi dan Abi dulu setuju kamu menikah dengan Arman?" Pertanyaan Ini barusan hanya aku jawab dengan gelengan kepala."Karena orang tuanya Arman adalah sahabat baik, Umi," ucap Umi pelan tapi mampu membuatku kaget."Jadi Ibunya Mas Arman sahabat Umi? Tapi kok….""Ibu kandungnya. Bukan Ibu yang kamu maksud," sanggah Umi membuatku syok."Aku nggak ngerti maksud, Umi.""Ibu mertua kamu sekarang, bukan Ibunya Arman. Dia hanya babu yang kemudian menjadi ratu dirumah itu.Deg!"Jadi selama ini dia bukan mertuaku?" tanyaku spontan sambil menutup mulut."Hus, ngomong apa kamu. Dia tetap mertua kamu," balas Umi sambil mengibaskan tangannya."Pantesan selama ini Ibu nggak sayang sama Daffa dan aku. Ternyata….""Sebenarnya Umi sama Abi tau kalau kamu diperlakukan tidak baik oleh mereka. Tapi kami memutuskan diam dulu, lagian kamu juga sudah dewasa. Tau bagaimana caranya menghadapi masalah," sambung Umi lagi yang membuatku merajuk."Umi
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 22Pov NayaKuraih beberapa berkas yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Tidak lupa ponsel dan headset. Aku butuh itu untuk bisa fokus. Kulirik jam yang ada di pergelangan tangan. Ternyata sudah pukul delapan pagi.Hari ini aku ada janji dengan Pak Wira. Aku tidak boleh terlambat. Karena katanya dia ada jadwal lainnya setelah ini. Setelah pertemuan tidak sengaja kemarin, membuatku lebih sering berkomunikasi dengannya.Apalagi setelah waktu itu dia membantuku menenangkan Daffa yang sedang menangis. Karena jarang-jarang Daffa mau digendong oleh orang lain."Nay, makan dulu," ujar Ibu saat aku baru saja keluar kamar."Nggak sempat lagi, Umi. Aku buru-buru," tolakku lembut kemudian meraih Daffa dalam gendongan Umi. Aku membuka resleting baju kemudian memberikan Daffa ASI.Karena kata Umi, biar Daffa dijaga oleh Umi saja. Lagian aku juga pergi tidak lama, jadi Umi ingin menghabiskan waktu bersama cucu tercintanya. Untungnya selain minum ASI, Daffa juga min