Share

10

Auteur: Disi77
last update Dernière mise à jour: 2025-01-04 10:00:05

Sore hari saat Jason hendak pulang, Alex masuk ke ruangan kerjanya dengan wajah kesal. Dia langsung mencecar Jason.

“Ada apa denganmu, Jason?” tanyanya tanpa berbasa basi.

“Aku? Memangnya aku kenapa?” jawab Jason menaikan pandangannya.

Jason bahkan menunjuk dirinya. Alex pun menghela napas panjang, mengendalikan kekesalannya. Sepupunya itu tak mengerti arah tujuannya atau memang pura-pura tak mengerti.

“Kenapa kamu menjadi acuh pada Tina?” Alex langsung berkata pada intinya. “Kamu tahu? Tina menangis saat mengadu padaku karena kamu acuh padanya.

Jason menaikkan alisnya. Dia menatap bingung pada Alex. “Benarkah? Apa yang dikatakan Tina padamu?”

“Kamu tidak merasa kalau sudah membuat Tina bersedih?” Suara Alex melemah menahan kesal.

“Aku merasa tak melakukan hal yang salah. Tina hanya berlebihan,” sahut Jason diakhiri decak malas.

Kemudian Jason meraih tas kerjanya dan bersiap untuk pulang. Hari ini dia benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.

Namun, Jason terhenti lalu menepuk pundak sepupunya. “Alex, sebaiknya kamu jangan terlalu memanjakan Tina! Kenapa dia mengadu padamu … apa dia anak kecil yang sedang memohon bantuan?”

“Apa maksudmu?” ucap Alex. Dia lantas menatap heran pada Jason. “Jason, aku adalah saksi bagaimana kamu dan Tina saling mencinta sejak dulu.”

“Aku juga tahu bagaimana hubungan kalian kandas. Tapi, sekarang Tina sudah kembali dan datang untuk mengobati sakit hatimu! Jangan kamu siksa dia seperti itu. Aku sangat yakin Tina sangat mencintaimu.”

“Aku sedih melihat Tina bersedih.” Alex menambahkan dengan raut wajah iba.

Jason terdiam. Ia meresapi ucapan Alex. Entahlah, kenapa dia merasa hatinya sudah tak lagi berdebar saat berada di dekat Tina.

Sungguh, Jason tidak berniat acuh. Hanya saja saat melihat Tina, hatinya tak lagi bergetar. Jason tahu, bagaimana Alex sangat peduli padanya dan juga pada Tina.

“Baiklah, akan aku renungkan ucapanmu.” 

Setelah berkata Jason lalu  mengajak Alex untuk segera pulang. “Ah, Alex. Kamu mau menemaniku minum malam ini? Aku sudah berjanji pada Lisa untuk bercerai besok pagi. Aku ingin merayakannya denganmu.”

Mata Alex langsung berbinar. “Benarkah?” 

“Kalau begitu, aku akan menghubungi Tina. Kita rayakan berita menggembirakan ini.”

“Sebaiknya hanya kita berdua saja!”

“Kenapa?” 

Alex bingung. Ucapan Tina sepertinya benar. Setelah makan siang dengan Jason, siang tadi, Tina mengadukan semuanya pada Alex.

Tentu saja Alex yang selalu mendukung kebersamaan mereka tak terima. Sungguh, Alex tidak menyukai Lisa. Wanita cacat itu tak pantas untuk Jason.

Bagi Alex Tina dan Jason adalah pasangan paling serasi. Dia harus membuat Jason semakin dekat dengan Jason. Jadi, Alex harus mencari tahu penyebabnya.

“Tina sedang banyak tawaran foto shoot. Aku cemas nanti dia mabuk dan mempengaruhi kesehatannya.” Jason beralasan. Sadar, Alex melihatnya curiga. “Lagi pula aku takut nanti dia terkena skandal. Sekarang Tina adalah model terkenal, pasti banyak paparazi yang mengikutinya. Jika tidak hati-hati, karirnya bisa hancur.”

Hanya itu alasan yang tepat menurut Jason. Dan bagi Alex itu sangat masuk akal. Mereka pun memutuskan minum hingga pagi untuk merayakan kebebasan Jason dari Lisa.

“Seharusnya kalian bercerai sejak dulu, Jason. Atau membatalkan pernikahan.”

“Tidak bisa seperti itu, Alex! Dulu, nama baik keluargaku sedang dipertaruhkan. Jika aku membatalkan pernikahan, akan sulit menemukan investor yang mau menanamkan saham di perusahaanku. Keluarga Anderson cukup berpengaruh.”

“Ya, aku bisa mengerti. Tapi, setelah ini. Kamu akan mendapatkan Tina. Dia lebih berpengaruh dan bisa mengharumkan nama baik perusahaanmu. Jika Tina menjadi brand ambassador perusahaanmu, itu adalah teknik marketing yang bagus.” Kata Alex, kemudian dia memuji Tina dengan bangga.

Namun, hati Jason tak sependapat dengan ucapan Alex. “Tina memang sudah menjadi model terkenal dan diincar banyak perusahaan. Tapi, kenapa aku masih ragu pada kemampuannya.” Jason berkata dalam hati. Dia tahu jika Alex mendengarnya, pasti tidak akan setuju.

Esok paginya, Lisa bangun dengan telinga dan kepala kesakitan. Tangannya memegangi kepalanya berusaha bangun dari kasur. Lisa merasakan dari telinganya mengeluarkan sesuatu.

Lisa merabanya dan melihat darah keluar banyak. Bantal tidurnya pun berlumuran darah. Kepalanya pun semakin berdenyut hebat.

“Benar juga. Kemarin aku lupa minum obat karena begitu bersemangat bekerja direstorannya Tuan Damon.” 

Ya, kemarin siang Lisa keluar tanpa membawa obat dan dia langsung bekerja. Lisa pun langsung bergegas ke kamar mandi, membersihkan darah dari telinga dan mencuci tangan. Kemudian ia kembali ke kamar, membuka lemari kecil di samping mengeluarkan obat.

Lisa langsung meminum obatnya. Ia kembali memegangi kepalanya seraya memijat lembut agar rasa sakitnya segera berkurang. Obat dan pijatannya sangat luar biasa, pikirnya. 

Setelah tak terlalu sakit, Lisa langsung bergegas mandi dan mencuci sarung bantal yang kotor karena darah. Lisa ingat pagi ini dia akan pergi ke kantor sipil untuk mengurus perceraian dengan Jason. Mengingat hal itu, Lisa menjadi bersemangat dan tak sabar.

“Semoga saja tak ada halangan.” Lisa berdoa sepenuh hati.

Selesai mandi. Ia langsung bergegas membuka lemari kayu berukuran kecil. Wajahnya sedikit murung, tak banyak baju bagus yang dimilikinya. 

“Gaun warna cerahku kotor. Padahal aku ingin menunjukkan jika hari ini sedang bahagia.”

Akhirnya Lisa memilih gaun selutut dengan warna pastel. Ia melengkapinya dengan kardigan warna senada. Tubuhnya harus tetap hangat, musim hujan akan segera tiba.

Lisa bercermin sebenar sebelum bersiap pergi. Wajahnya sangat pucat. Ini tak boleh dibiarkan, tetapi bagaimana cara menutupinya.

Lisa tak punya perlengkapan make up. Dulu Lisa selalu berdandan untuk Jason. Dia berharap suaminya akan senang jika melihat istrinya cantik.

Namun, Jason tak pernah menganggapnya istri. Jason justru meledeknya saat menyambutnya dengan make up yang cantik. “Badut lebih baik dari wajahmu.” Kata Jason menghina.

Akhirnya Lisa memutuskan untuk tak membeli make up. Dia hanya memiliki pelembab agar wajahnya tak terlalu kering. Namun saat ini Lisa sadar, make up bisa menutupi wajah pucatnya. 

“Lebih baik aku beli make up dulu dan memakainya saat perjalanan ke kantor sipir di dalam taksi.” 

Benar, Lisa tak bisa berlama-lama. Dia tak ingin terlambat, lalu Jason mengiranya tak ingin bercerai. Tak perlu lengkap, hanya bedak, lipstik, pemerah pipi dan maskara. Tiba-tiba saja Lisa ingin terlihat cantik. 

Lisa tak terlalu bodoh. Dia pandai merias wajahnya menjadi cantik. Tak perlu make up tebal, yang terpenting wajahnya terlihat segar dan tidak pucat seperti pagi tadi.

“Pak, bagaimana penampilanku?” tanya Lisa pada sopir taksi saat yang ditumpanginya sudah berhenti di gedung sipil.

Entahlah, Lisa tiba-tiba merasa gugup. Setidaknya dia harus yakin jika wajahnya tak terlihat pucat. Sopir taksi itu tersenyum takjub.

“Luar biasa, Nona. Kamu terlihat berbeda sebelum naik taksiku,” kata sopir itu memuji.

“Benarkah? Aku jadi malu.”

“Sungguh! Aku berkata jujur, Nona. Kamu sangat cantik.”

Sopir itu bahkan tersenyum dan menunjukkan wajah yakin. “Apakah kamu ingin membuat mantan suamimu menyesal telah menceraikanmu?” tanyanya tiba-tiba.

Tentu saja sopir itu mengerti tujuan Lisa. Bukankah dia berhenti di depan kantor persidangan yang mengurus perceraian. “Aku harap proses percerianmu berjalan dengan baik dan mantan suamimu menyesal sudah menyia-nyiakanmu, Nona.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   133. End

    Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   132.

    Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   131.

    “Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   130.

    “Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   129.

    Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   128.

    “Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status