Hari ini adalah peringatan kematian Adam dan Fedro. Lisa pun ikut bergabung. Dia akan memberitahu Jason setelah pulang dari acara tersebut tentang rencananya untuk bercerai.
Namun, Lisa terkejut saat sampai rumah. Jason sudah berada di sana duduk di samping Tina dan keluarganya. Mereka sedang memuji Tina yang cantik dan pandai.
“Terima kasih, Jason. Kamu mau datang menyempatkan diri dalam peringatan kematian suami dan anak lelakiku.” Nania berkata dengan penuh syukur.
“Sudah sepatutnya aku datang, Ibu. Anda adalah ibu mertuaku. Benarkan?” jawab Jason.
“Ibu, Jason bersedia datang ke sini karena aku yang mengajaknya.”
Nania terharu dengan ucapan Tina. “Selama ini Lisa tak pernah membawa Jason ke sini. Padahal dia adalah menantu di rumah ini. Sungguh keterlaluan anak pembawa sial itu!”
Hati Lisa sakit mendengar ucapan ibunya. Selama ini dia tak pernah dibanggakan. Nania terus mengucapkan terima kasih pada Tina dengan memeluknya penuh cinta.
Apa yang dikatakan Nania bohong. Selama ini Jason selalu menolak untuk ikut hadir dalam perayaan kematian ayah dan adiknya. Jason datang karena permintaan Tina, sungguh menyebalkan.
Lihatlah, bahkan Tina duduk bersebelahan di samping Jason, seolah dialah istrinya. Lalu Jason tak mempermasalahkan. Lisa benar-benar tak dianggap ada.
Tina menoleh dan melihat Lisa yang sedang kesal. “Lisa, kapan kamu datang?”
“Baru saja.”
“Hei, kenapa kamu datang terlambat? Apa kamu melupakan ayah dan adik lelakimu? Mereka meninggal karena kamu dan sekarang tak mau memberikan persembahan pada mereka. Sungguh tak tahu diri.” Nania menuduh Lisa tanpa malu.
“Maafkan aku, Ibu. Ada hal yang perlu aku urus.”
“Memang ada yang lebih penting dalam hidupmu? Kamu tak punya apa-apa! Jika bukan karena belas kasihan dariku, kamu pun sudah mati!”
Kejam sekali kata-kata Nania. Lisa menahan dirinya untuk tak menangis. Hatinya semakin sakit, saat melihat Jason sama sekali acuh dan tak peduli jika dirinya dihina.
Jason bahkan tak mengatakan kalau selama ini Lisa selalu memintanya untuk datang di acara peringatan kematian ayah dan adik lelakinya. Jika saja ini bukan peringatan kematian ayah dan adik lelakinya, Lisa ingin pulang. Dalam hati Lisa berkata jika sebentar lagi dia akan menyusul ayah dan adik lelakinya.
“Semoga Ayah dan Fedro memaafkanku. Tunggu aku!”
Selesai melakukan ritual peringatan, mereka semua makan. Lisa duduk di bangku paling ujung, terhalang beberapa meja dari anggota keluarga lainnya. Jason dan Tina duduk berdampingan berhadapan dengan Nania dan Mike, ayah tirinya.
Tak ada satu pun saudara dan sanak saudaranya yang mau berbicara dengan Lisa. Mereka semua tampak berbincang bahagia. Entah apa yang mereka perbincangkan, Lisa melepaskan alat bantu dengarnya. Dengan begitu, hatinya tak akan sakit hati dan Lisa bisa mengisi perutnya.
Tina merasa heran karena Lisa tak merespon. Bahkan, Lisa tak terlihat marah saat Tina menyuapi Jason.
“Bagaimana rasanya? Aku dan Ibu yang memasak semua ini?” tanya Tina.
“Rasanya enak. Terima kasih. Tapi, aku bisa makan dengan tanganku sendiri.” Jason menjawab sopan agar tak menyinggung perasaan Nania.
Jason bersikap ramah di hadapan Nania dan Jason karena mereka adalah mertuanya, bukan karena Tina. Kemudian Jason melirik Lisa yang makan dalam diam. Tina melihatnya dan dia marah.
“Aku sudah selesai.” Lisa berkata dan hampir mengejutkan.
Lisa langsung bangkit dan membawa piring kotornya ke dapur. Kemudian Lisa mencuci piring kotornya. Dia sudah terbiasa melakukannya dan semua pekerja di rumah ibunya tak ada yang memperlakukannya seperti majikan.
“Kamu sudah selesai, ayo kita pulang!”
Jason berkata saat Lisa selesai membilas piring. Namun, Lisa tak mendengar. Dia belum memasangkan alat bantu dengarnya.
“Jason, kenapa mengajaknya pulang? Lisa datang sendirian, jadi biarkan dia pulang sendiri! Lebih baik kita menikmati teh di teras bersama Mike dan Tina.” Nania menarik tubuh Jason cepat.
Lisa baru memutar tubuhnya dan melihat Jason yang sudah pergi jauh. Kemudian Lisa memilih pulang sendiri. Ia tak menoleh agar hatinya tidak bertambah sakit.
Sesampainya di rumah Lisa langsung mandi dan segera meminum obat, lalu tidur. Lisa baru bangun pagi harinya dan langsung menyiapkan sarapan untuk Jason. Namun hingga jam 7 pagi, Jason tak keluar dari kamarnya. Lisa pun mengetuk kamarnya, tak ada jawaban.
Kemudian, Lisa memberanikan diri membuka kamar Jason. Kasurnya masih rapi, sepertinya Jason tidak pulang. Tadi malam Lisa terlalu lelah dan mengantuk setelah minum obat.
Suara bel terderngar. Lisa langsung keluar dan membuka pintu. Olivia Olsen, ibu mertuanya yang datang.
“Jason sudah berangkat kerja, Ibu,” kata Lisa mengira Olivia menanyakan keberadaan Jason.
“Aku tahu. Jason bukan berangkat bekerja, tetapi dia menginap di rumah orang tuamu,” jawab Olivia ketus. “Apa ini, Lisa? Seharusnya kamu berada di rumahmu. Bisa-bisanya kamu pulang sendirian dan Jason menginap di sana bersama saudara tirimu.”
Lisa tak tahu harus menjawab apa. Jason sama sekali tak memberi kabar. Bukan, Jason memang tak pernah mengatakan ke mana dia pergi, lagi pula untuk apa?
Lisa tak pernah dianggap sebagai istri. Jason merasa tak ada kewajiban untuk memberitahunya, benarkan?
“Lisa, dengarkan aku! Kenapa dulu aku meminta Nania untuk menjemputmu dan menggantikan Tina menikahi Jason?” Dia hanya menggeleng. Lisa tek berani menyela.
Olivia tampaknya sedang serius. “Karena aku tahu Tina bukan gadis yang baik. Lihat saja di hari pernikahannya dia memilih mengejar cita-citanya dan meninggalkan Jason. Aku berharap banyak agar kamu bisa menjadi istri yang aku inginkan, tapi apa?”
“Kamu justru membuatku malu. Sekarang Tina hadir setelah menjadi model internasional. Semua orang memuja Jason dan Tina agar bersatu. Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak bisa menjadi istri yang baik?”
“Maafkan aku, Ibu. Aku sudah berusaha, tetapi sepertinya terlalu sulit.”
“Bukan sulit, tapi kamu yang tak mau berusaha.”
Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me
Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m
“Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu
“Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te
Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha
“Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc