Olivia tak pernah tahu bagaimana dinginnya Jason memperlakukan Lisa. Dia pun tak pernah tahu bagaimana perjuangan Lisa meluluhkan hati Jason yang keras. Olivia kini justru menghinanya bodoh.
“Maafkan aku, Ibu. Aku akan bercerai agar Jason bisa terbebas,” kata Lisa setelah Olivia selesai memarahinya.
“Apa? Bercerai?”
“Benar, Bu. Sekarang Tina sudah sukses dan terkenal, pasti sangat membanggakan. Jason juga sepertinya masih mencintainya.”
Wajah Olivia, terkejut. Lisa tampak sungguh-sungguh. Sebenarnya Olivia tahu seberapa besar cintanya Lisa pada Jason dan usahanya untuk meluluhkan putranya.
Lima tahun lalu, Jason mengalami kecelakaan saat melakukan acara amal bersama anak-anak panti asuhan yang diadakan di salah satu pantai. Jason tenggelam setelah kapal yang ditungganginya diterpa ombak besar. Tim Sar hampir menyerah dan tak bisa menemukan keberadaannya.
Lalu seorang gadis panti pantang menyerah mengaruhi ombak laut saat cuaca buruk. Jason pun berhasil diselamatkan. Jika saja gadis itu terlambat, Jason pasti ditemukan tak bernyawa.
Paru-prunya terendam air laut. Gadis itu adalah Lisa. Olivia tahu gadis itu adalah putrinya Nania Wilson.
Itulah sebabnya saat Tina meninggalkan Jason di hari pernikahannya. Olivia meminta Nania menjemput Lisa untuk dinikahkan dengan Jason.
Anggap saja, itu sebagai bentuk terima kasihnya dulu dia sudah menyelamatkan Jason. Olivia merasa sedikit tak adil, setelah tahu alasan Nania membuang Lisa ke panti asuhan.
“Bagaimana kalau aku memintamu agar hamil anaknya Jason? Kamu tahu, keluarga Abraham membutuhkan penerus,” kata Olivia dengan wajah serius. “Aku beri waktu selama tiga bulan, jika kamu tak bisa hamil. Baru kuizinkan untuk bercerai.”
Setelah mengatakannya, Olivia langsung pergi. Lisa terdiam. Bagaimana dia bisa hamil dalam waktu 3 bulan, jika hidupnya saja hanya tersisa 3 bulan saja.
Seharusnya Lisa mengatakan hal tersebut pada Olivia. Selama 3 tahun saja Jason tak pernah menyentuhnya, dan kini Tina hadir. Jadi, bagaimana caranya dia hamil?
***
Lisa menatap layar ponselnya. Wallpaper ponselnya adalah wajah foto pernikahan dia dan Jason. Lisa lantas tersenyum getir.
“Selama 3 tahun menikah, Jason belum pernah tersenyum padaku.”
Benar sekali, Jason selali bersikap dingin. Dulu Lisa begitu berharap Jason membalas cintanya, tetapi kini ia sadar setelah Tina hadir. Keinginan mertuanya tak akan pernah terwujud.
Jason pulang, tetapi dia datang bersama Tina. Wanita itu dalam keadaan mabuk berada dalam rangkulan suaminya.
“Apa yang kamu lakukan? Bantu aku membawa Tina masuk!” perintah Jason marah saat Lisa hanya melihat tanpa berbuat seuatu.
“Kenapa kamu membawanya kemari?” tanya Lisa bingung.
“Ini vila-ku jadi terserah aku membawa siapa saja!” teriak Jason tak suka dengan pertanyaan Lisa.
Selama ini, vila itu selalu sunyi. Mungkin vila itu sudah seperti penjara untuk Lisa.
Lisa pun mencoba membantu merangkul Tina. Namun, Tina justru mendorong tubuhnya kasar hingga Lisa terjatuh.
“Enyahlah kau dariku! Aku tak suka kamu!”
Tina lantas memeluk Jason yang sudah payah menjaga keseimbangan tubuhnya. “Jason, kenapa kamu menikahi sepupuku yang cacat itu? Seharusnya kamu menungguku! Dia merebutmu dariku,”
“Maafkan aku, Tina. Aku terpaksa menikahinya dan aku akan selalu milikmu.” Kata Jason tanpa peduli perasaan Lisa.
“Benarkah?” Tina girang.
Jason lalu membawa Tina ke dalam kamarnya. Lisa tahu apa yang akan mereka lalukan di sana. Jadi lebih baik, dia pergi menjauh dan memutuskan akan memberitahu keputusannya besok.
Esok pagi, seperti biasa Lisa menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum bekerja. Namun, Lisa lupa kalau tadi malam suaminya pulang dengan Tina. Tempat duduknya langsung ditempati oleh Tina.
“Terima kasih, Lisa. Maafkan aku sudah merepotkanmu,” ucap Tina tanpa tahu malu.
“Kamu bisa sarapan nanti! Tina harus sarapan sebelum kuantar pergi. Hari ini dia akan menjalani pemotretan penting.”
Lisa hanya bisa mengangguk. Ia benar-benar diperlakukan seperti pembantu. Sebelum berbalik, Lisa bertanya.
“Jason, bisakan kita bisa bicara 5 menit saja?”
“Apa kamu tidak mendengar apa yang aku katakan tadi? Aku akan mengantar Tina ke tempat pemotretan.”
“Baiklah, kalau begitu nanti malam aku akan menunggumu.”
Jason menoleh. Ia melihat tatapan Lisa serius. “Apa itu penting?”
“Ya, sangat penting. Aku harap kamu akan pulang cepat.”
Tina marah melihat Jason merespon Lisa. Dia cemburu dan tidak suka. Seharusnya Lisa tak mengganggu mereka, tetapi Tina sadar kalau Lisa adalah istrinya Jason saat ini.
Bukan istrinya, tetapi pembantu. Itulah yang dikatakan Alex padanya. Tina sengaja mabuk tadi malam dan meminta bantuan Alex agar Jason membawanya pulang ke villa tempat tinggal Jason. Tina hanya ingin tahu bagaimana Jason memperlakukan Lisa di rumah.
Tangan Tina menyenggol jus jeruk di hadapannya dan tumpah. “Oh tidak, aku tidak sengaja.”
“Lisa, bisa bantu aku bersihkan ini?” Tina memberi perintah.
Lisa datang membawa lap di tangannya. Tina yang licik lalu menumpahkan mangkuk saus hingga mengenai pakaiannya. “Oh sial, Lisa! Kenapa kamu menumpahkan saos pada pakaianku? Kamu pasti sengaja?” hardiknya.
“Aku tidak menyentuh apa pun, Tina!” Lisa membela diri.
“Hei, kamu memang tidak berguna!” Jason memaki.
Mata Lisa berkaca-kaca. Jason bahkan menyalahkannya.
“Kamu tahu pakaian ini mahal dan bagaimana mungkin aku datang ke tempat pemotrentan dengan baju yang kotor?” Tina berteriak marah.
Lisa menoleh pada Jason. Dia menatapnya marah. Tentu saja, Lisa tahu apa yang harus dilakukannya, tetapi kali ini dia tak akan melakukannya.
Lisa tak bersalah. “Kamu yang menumpahkannya sendiri, Tina. Aku hanya datang membawa lap dan melakukan apa pun.”
“Kamu mengelak?” Tina bertanya lalu menoleh pada Jason. Ia meminta bantuan agar Jason membelanya.
Bukankah Alex berkata, apa pun yang dilakukan Lisa pasti salah. Jadi, Jason pasti akan menghukum Lisa
“Lebih baik kamu ganti pakaian saja, Tina! Tak ada gunanya meladeni Lisa. Bukankah kamu harus pergi cepat,” kata Jason.
Lisa lega. Entah kenapa ia merasa Jason sedang membelanya dan ini belum pernah dialaminya.
Lisa hendak membuka mulutnya, tetapi Ryan menggeleng, isyarat dia belum selesai dengan ucapannya. Namun, Jason menyela. “Ryan, kamu tak perlu melakukan ini semua! Kamu berlebihan dan hanya akan membuat semua ini tak nyaman. Kita juga pernah membahas ini, bukan? Jangan membebani Lisa!”“Tidak, Jason! Justru aku harus melakukan ini semua. Kalian masih saling mencintai dan aku tak ingin terjebak dengan rasa bersalah di sisa hidupku.” Suara Ryan tegas tanpa keraguan.“Aku sadar, kalau kalian sebenarnya saling berkorban, menjaga hati agar orang yang kalian cintai tak terluka. Namun, itu tidak benar! Aku tak ingin terlihat egois, Jason. Lisa tak akan bahagia jika terus bersamaku. Di dalam hatinya Lisa hanya ada kamu ... Jason Abraham!” Ryan menambahkan dengan tegas dan penuh keyakinan. “Kamu tahu kebahagiaanku adalah me
Ryan terdiam dan termenung setelah Alexandra pergi. Tentu saja semua ucapan Alexandra memang benar. Beberapa ingatan mencuat seolah memberikan dukungan dengan semua ajakan Alexandra.Terutama tentang Lisa. Ryan menemukan sebuah obat yang merupakan alat kontrasepsi darurat. Saat itu dia berpikir Lisa memang belum siap untuk hamil atau memang karena mereka belum menikah.“Sepertinya itu alasan hatinya Lisa. Dia pasti masih belum melangkah maju dari Jason,” gumam Ryan mencoba menyimpulkan.Dulu, dirinya dirundung ambisi yang tinggi untuk mendapatkan Lisa. Apa lagi saat tahu jika Lisa yang selama ini dicintainya, ternyata disakiti oleh lelaki lain. Tujuan awalnya yang hanya ingin melindungi berubah menjadi ambisi.Semuanya berubah setelah melihat bagaimana Lisa m
“Biarkan dia masuk!”Ryan yang sudah berada di kantornya terlihat ragu dan bingung saat sekretarisnya mengatakan seorang wanita ingin bertemu dengannya. Wanita itu mengatakan ingin membahas tentang Lisa. Dia pun melihat rupa wanita itu dari CCTV, tetapi tak mengenalnya.“Mungkin itu teman masa kecil Lisa atau memang dulu mengenalnya?” gumam Ryan meyakinkan dirinya.Bukan tanpa alasan, sejak Lisa tinggal di panti asuhan, dia selalu terbuka padanya. Wajar saja jika Ryan mengenal siapa saja yang mengenal Lisa dengan baik. Seingatnya, Lisa tak banyak memiliki teman.“Silahkan masuk!” seru Ryan mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk.Wanita cantik anggun dan berkelas melangkah tanpa ragu
“Bukan tentang Sean, tetapi tentang kamu.” Olivia menjawab dengan wajah serius.Lisa tampak terkejut dan bingung. Namun, dia tak punya pilihan untuk menolak mendengar penjelasan Olivia. Mereka berbincang sebentar di dalam mobil sesuai permintaan Olivia.“Sejujurnya ini semua berawal dari keegoisanku, Lisa. Seharusnya aku memperlakukanmu dengan baik dan lebih sering memberikan ucapan terima kasih,” kata Olivia memulai pembahasan berat.Olivia terdiam sejenak, menghirup napas dalam, mengingat pembahasan dengan Lisa akan sangat panjang. Lisa pun hanya diam dan menyimak. Dia memberikan kesempatan pada Olivia menjelaskan semua isi hatinya.Tak tahu apa intinya perbincangannya, yang jelas Lisa merasa was-was. Jantungnya terasa berdebar kencang, te
Tina ditemukan meninggal esok harinya. Dia bunuh diri menegak cairan pembersih toilet. Tak ada yang menangisi kematiannya.Mike, ayahnya bahkan merutuki perbuatan bodoh Tina. “Kenapa kamu menjadi lemah, Tina? Seharusnya kamu berpikir mencari cara agar bisa bebas.”“Sepertinya aku terlalu memanjakannya sehingga Tina tak bisa menjadi pintar.”Namun, Mike tetap berpura-pura merasa sedih dan menangis kencang saat polisi mengizinkan melihat jasad Tina untuk yang terakhir. Mike meminta agar kematian Tina diusut dan mencari penyebab bunuh dirinya, tetapi permintaannya tak dikabulkan. Padahal dia berpikir, mungkin saja bisa meringankan hukuman untuknya.“Tak ada keanehan pada Katrina Wilde. Dia pasti merasa tertekan dan putus asa karena semua kejaha
“Untuk apa kau menemuiku? Apa belum puas melihatku menderita?” Suara Tina sinis dan ketus. Wajahnya lemas dan penuh keputusasaan.Jenifer menuntut Tina menipu dan menapuasi kontrak. Tentu saja Jenifer bisa melakukannya sebab uang pembayaran untuk Tina sudah diterima. Dengan bukti yang tersiar secara langsung saat jumpa pers Tina, membuat tuntutan kuat dan tak terbantahkan.Tina juga terjerat tuntutan Nania, sebagai kaki tangan Mike pada kasus penipuan. Semuanya membuat Tina tak akan bisa lolos dari jerat hukum. Dia juga dibenci dan dihujat para penggemarnya.Nama Tina langsung meredup. Semua usahanya sia-sia dan dia kini sendirian dalam kesengsaraan. Nania pun memastikan Tina tak berada dalam gedung yang sama di penjara. Terakhir dari Ryan.Sesuai yang direnc