Share

Foto Mesra Mereka

Penulis: Farid-ha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-26 22:10:51

Aku sangat mengenal perempuan yang digandeng mesra oleh mas Radit di sebelah kanan. Sementara, tangan sebelah kiri lelaki yang masih sah menjadi suamiku membopong seorang bocah perempuan. Mereka tampak sangat bahagia.

Aku mengepal tangan kuat-kuat. Dadaku bergemuruh hebat. Darah terasa mendidih. Di sana dia enak-enakan menikmati hidup, jalan-jalan, memanjakan perempuan lain. Istri mudanya. Sementara, aku di sini terasa terpenjara, tidak bisa ke mana-mana karena ada ibu yang sedang sakit yang butuh perhatian ekstra.

Jalan-jalan? Rasanya mas Radit sudah lama sekali tak pernah mengajak kami pergi. Setiap pulang dia hanya sibuk menghabiskan waktunya di rumah.

Kenapa tega kamu lakukan ini padaku, Mas? Desti, di mana hati nuranimu sebagai seorang perempuan? Kamu tahu itu suamiku tapi tega merampasnya! Ya, perempuan itu Desti. Teman kecilku waktu di kampung dulu. Namun, kami tak lagi menjalin komunikasi setelah berpisah setamat SMP. Dia merantau ikut kakaknya di Palembang. Tidak tahu tepatnya di daerah mana?

Namun, perempuan itu hadir saat aku mengadakan resepsi pernikahan kami. Saat itu aku mengundangnya karena ia sedang pulang kampung.

Sejak kapan mereka berhubungan? Apa yang dia lakukan sehingga berhasil mengikat mas Radit dan membuatnya takut kehilangan? Apa istimewanya perempuan itu hingga posisinya sama pentingnya dengan aku di hati bapaknya Wildan?

Di kepala, berjejal berbagai pertanyaan yang membuat emosiku mendidih.

Rasa di dada ini ingin meledak karena gemuruhnya yang begitu kuat. Mata ini terpejam, kuhirup oksigen sebanyak-banyaknya dan menghembuskan pelan-pelan.

Lekas, aku tekan tombol telepon milik Ririn.

[Assalamu'alaikum, Rin.] Sapa ku dengan suara setenang mungkin.

[Waalaikummussallam, Mbak. Mbak tahu dia siapa? Jujur aku tadi kaget banget melihat kemesraan mereka, Mbak. Sakit hatiku melihatnya. Maaf bukan maksud mengompori. Sebagai adik ipar sepupu jujur aku tak terima melihat kemesraan mereka. Nyesek sekali aku, Mbak.] Tanpa berbasa-basi lagi, dia pasti sudah tahu tujuan aku menelponnya.

Suara Ririn menggebu-gebu. Amarah jelas sebagai penyebabnya padahal, dia adalah istri dari adik sepupunya mas Radit. Apalagi aku selalu istrinya. Tentu darah sudah mendidih di ubun-ubun. Namun, aku harus bersikap setenang mungkin. Amarah tidak akan menyelesaikan masalah ini. Aku harus tenang dan keluar sebagai pemenangnya.

[Kamu belum pernah bertemu dengan perempuan itu sebelumnya, Rin?] Aku menarik napas dalam-dalam. Sesekali menepuk dada yang terasa sangat sesak. Sekeras mungkin aku berusaha tenang, nyatanya di dalam sini tetap menyisakan rasa sakit yang teramat dalam.

[Belum, Mbak. Aku sering ke daerah Gumawang, tapi tidak pernah berjumpa dia. Sering juga aku ketemu mas Radit tapi hanya seorang diri. Dia itu istrinya atau masih sebatas selingkuhannya, Mbak? Asli aku sakit banget melihat kemesraan mereka kemarin. Sayangnya, aku tidak bisa menghampiri mereka karena kami sedang ada acara dari sekolah. Aku dan para guru lainnya sedang mengawal anak-anak.] Suara sesal terdengar jelas dari bibir Ririn.

Ya, Ririn adalah guru TK di daerah sana.

[Aku belum tahu, Rin. Kapan-kapan aku main ke sana, ya, Rin. Dan tolong jangan pernah kasih tahu pada mas Radit tentang hal ini. Aku ingin menyelidiki sendiri.] Belum saatnya Ririn tahu apa yang sebenarnya terjadi. Memang sebaiknya begitu.

[Siap, Mbak. Pintu rumahku terbuka lebar untuk Mbak Alina. Nanti kabarin kalau mau ke sini, ya, Mbak.]

Sambungan telepon kami tutup setelah berbincang-bincang ringan dan mengucapkan salam penutup.

Ya, aku harus ke sana. Aku akan mencari tahu semua. Di kepala sudah tersusun rencana yang akan aku lakukan nantinya. Akan ada banyak perombakan di sana-sini. Terus mempercayai mas Radit rasanya sungguh tak mungkin.

Apesnya, selama ini aku terlalu percaya pada lelaki yang bergelar suami. Tak pernah terlintas sedikitpun Mas Radit akan melakukan kecurangan.

Teringat akan ucapan teman beberapa tahun silam. "Jangan pernah percaya dengan pasangan seratus persen."

Dulu aku orang yang menentang ucapan itu. Namun, saat ini aku mengalami sendiri. Baru aku pahami alasannya saat ini.

Jam di handphone sudah menunjuk pada angka sembilan malam.

Ah, aku lupa untuk menanyakan tentang Desti. Segera kugulir gagang telepon berwarna hijau. Tujuanku menghubungi nomor Mbak Sisil. Kakak sepupu yang rumahnya tidak terlalu jauh dengan orang tua Desti.

"Mbak, pernah dengar kabar tentang Desti?" Aku langsung bertanya pada intinya setelah saling menjawab salam.

"Desti? Oh Desti yang anaknya Bu Endah itu, ya?" Sepertinya Mbak Sisil masih mengingat-ingat tentang sosok Desti. Memang, semenjak lepas SMP dia tak pernah di rumah. Selalu merantau.

"Iya, Mbak pernah lihat dia pulang atau pernah dengar kondisinya saat ini? Aku sudah lama lost kontak dengannya. Kemarin mau mampir dan meminta nomor pada ibunya, tapi lupa." Aku terkekeh di ujung kalimat. Menertawakan diri sendiri yang telah dibodohi mas Radit dan Desti hingga sekian tahun lamanya.

"Dengar-dengar dia sekarang sudah sukses, sudah punya toko besar, katanya dia menikah sama juragan. Konon, suaminya itu memiliki beberapa hektar kebun karet. Sesuai sih kalau dilihat dari penampilannya yang sekarang. Gayanya seperti wanita sok sosialita. Kamu pasti pangling kalau temu di jalan. Dia sekarang berubah, sangat cantik, pakaian pun bagus-bagus kalau pulang ke sini."

Aku terdiam, tak tahu lagi harus menjawab apa?

Kepalaku kembali penuh dengan pertanyaan yang membuatnya berdenyut nyeri. Mas Radit dibilang juragan?

Kebun karet itu milikku. Toko besar? Apa istri mudanya dibuatkan toko dari hasil karet selama ini? Besar kemungkinan auang igubo

Ya Allah … tega kamu, Mas. Jahat kamu, Mas. Bisa-bisanya kamu gunakan hartaku untuk menafkahi istri barumu! Itu semua hasil kerja kerasku selama ini, Mas!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Ahmad Firdos
iyaa Kebanyakan nya begitu beda KLO Suami yg TKI istri yg dirumah anak² bakal terawat , tapi Suami yg jadi TKI Bakal Selingkuh juga KLO Berjauhan dgn istri
goodnovel comment avatar
Ahmad Firdos
hmm,, begiulah Laki² gak tahu diri
goodnovel comment avatar
Ahmad Firdos
Datagi ambil kembali semua yg memang menjadi Hak Milikmu, itu Semua Hasil Kerja Keras mu selama ini, Bangkrut kan mereka, biar tuh Wanita tahu KLO Dia Nikah dgn Laki² Miskin yg bisanya hanya memanfaatkan istri sah nya.. Jangan kasih Ampun Laki² seperti itu, Anakmu Laki² , uang juga tanah itu Milikmu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ketika Istri Mati Rasa    Alina Melahirkan

    "Mak … apa ini anak pertamamu, Mak?" Pak Sardi mengelus-elus punggung ibunya.Desti terkejut mendengar dirinya dianggap anak pertama Mak Teti."Apa maksudnya?" Desti berusaha melepaskan pelukannya wanita asing itu."Nduk, akulah ibumu kandungmu," jelas Mak Surti di sela isak tangisnya. Desti mematung mendengar penjelasan orang tua asing itu. Hati yang semula penuh sukacita karena ketemu Ralia, kini perasaan itu tidak lagi bisa dinarasikan."Ka — kamu perempuan perebut bapakku?" Ratmi yang sedari tadi dalam mode kalem kali ini meninggikan suaranya.Mak Teti menangis meraung di hadapan Ratmi. " Kamu anaknya Dalilah? Maafkan semua kesalahan ku di masa lalu, Nduk." Drama pertemuan ibu dan anak itu cukup lama berlangsung. Desti tidak bisa menerima begitu saja pengakuan wanita tua itu. Memang, Desti pernah mempertanyakan keberadaannya. Tapi, mantan istri Radit itu masih butuh waktu untuk bisa menerima kenyataan ini. "Kenapa, Mak tega meninggalkan aku demi laki-laki lain? Kenapa?" cecar D

  • Ketika Istri Mati Rasa    Siapa Namamu?

    POV Author"Namamu siapa, Cah ayu?" tanya perempuan bernama Bu Timah — yang telah membantu memandikan dan meminjami baju ganti Ralia. Di sampingnya duduk seorang nenek."Ralia, Bude," jawab Ralia setelah meneguk segelas air putih pemberian tuan rumah."Kamu ingat di mana rumahmu, Nduk?" tanya Pak Sardi— suami dari Bu Timah.Ralia pun menyebutkan nama desa tempat tinggal ibunya selama ini. "Waduh … itu jauh sekali, Bu. Apa bisa kita ke sana?" Pak Sardi menatap istrinya.Sepasang suami istri yang tidak memiliki anak itu saling bersitatap. "Pak, sebaiknya orang tuanya saja yang suruh datang ke sini." Usulan Bu Timah diterima oleh suami dan ibu mertuanya."Ingat nggak nomor telepon ibumu, Nduk?" Pak Sardi menatap wajah bocah perempuan tersebut."Hanya ingat nomor Ayah." Ya, Ralia hanya mengingat nomor bapaknya. Karena memang sering menelpon bapaknya.Dengan segera Pak Sardi menghubungi nomor Radit. Bapaknya Ralia itu kaget mendengar kabar tentang Ralia. Setelah mengucapkan banyak terima

  • Ketika Istri Mati Rasa    Ralia Terjatuh ke Sungai

    Ralia membekap mulutnya sendiri saat ada belatung yang loncat ke arah pipinya. Rasa jijik dan geli membelenggunya saat ini. Bergerak dan menimbulkan suara sedikit saja, membuat nasibnya terancam. Dia tahu di luar drum ada seseorang yang sedang berjalan mendekatinya.Mata Ralia membeliak sempurna saat tutup drum dibuka dari luar. Degup jantungnya bertalu lebih keras dari biasanya. Ralia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Di dalam hati, Ralia merapalkan doa pada Allah. Gadis cilik itu memohon perlindungan. Anak itu menahan rindu pada ibunya."Ya Allah … kalau Ralia ketangkap tolong pertemuan dengan Ibu terlebih dahulu. Ralia mau bilang, kalau Ralia sayang Ibu banyak-banyak. Ralia kangen Ibu Ya Allah …." Salah satu doa yang dipanjatkan Ralia di dalam hati saat melihat tangan laki-laki yang membuka drum tersebut. Ralia sudah pasrah bila pada akhirnya tertangkap. Tangan laki-laki yang penuh tato itu membuka tutup drum. Bau busuk yang menguar dari dalam drum menyelamatkan Ralia. Sebab akh

  • Ketika Istri Mati Rasa    Nasib Ralia Kini

    POV AuthorSuara kursi jatuh membuat nyali Ralia menciut seketika. Takut ditangkap mendominasi pikiran gadis kecil itu. Ralia merutuki kecerobohannya sendiri sebab secara tak sengaja kaki jenjangnya telah menyenggol kursi itu hingga membuat benda mati itu terjatuh. Walaupun, bocah perempuan yang memiliki badan lebih tinggi dari anak seusianya, itu sudah ada di atas jendela. Sesekali ia menoleh ke arah perempuan yang sedang tertidur itu. Untungnya, wanita yang bertugas menjaganya, tertidur seperti kerbau. Sehingga membuat gadis kecil itu sedikit bisa bergerak bebas.Ralia yang sudah terbiasa memanjat pohon tidak merasa takut saat menatap ke arah bawah jendela. Dengan sekali lompatan anak kecil itu sudah berhasil ke luar dari ruangan pengap tersebut. Ralia tersenyum sembari menepuk-nepuk tangannya yang terkena tanah. Anak Perempuan Radit itu merasa sedikit lega telah berhasil meloloskan diri. Namun, rasa bangga itu tidak begitu lama ia rasakan, sebab detik berikutnya terdengar suara te

  • Ketika Istri Mati Rasa    Bagaimana Nasib Ralia Selanjutnya?

    POV Author"Maka apa?" Tidak sabar Desti menanti ucapan orang di seberang sana yang sengaja digantung. "Maka serahkan uang seratus juta. Atau kamu anakmu mati secara perlahan? Semua keputusan ada di tanganmu, Sayang." Perempuan yang memakai masker itu mendekati Ralia yang sedang duduk di kursi. "Ha ha ha. Seratus juta? Kamu pikir gampang cari uang sebanyak itu? Kalau mau uang itu kerja jangan malakin orang bisanya! Kamu pikir aku bodoh yang bisa dimanfaatkan manusia macam kalian! Ha ha ha." Tawa Desti meremehkan lawan bicaranya. Perempuan itu tidak yakin Ralia diculik orang tersebut. Desti pikir ini hanyalah akal-akalannya orang yang sedang mencari kesempatan dalam kesempitan. Sebab, beberapa jam lalu saka mengumumkan berita kehilangan Ralia di media sosial miliknya."Kamu pikir kami bercanda? Salah besar! Anakmu benar-benar dalam genggaman kami. Dengar suara anakmu kalau tidak percaya! Bocah cilik, kamu mau ngomong sama ibumu, kan? Nih ngomong! Cepetan!" Perempuan yang rambutnya d

  • Ketika Istri Mati Rasa    Ditelpon Penculik Ralia.

    Ketika Istri Mati RasaTubuhku membeku di tempat berdiri. Rasanya, aku tidak sanggup lagi melangkahkan kaki setelah mendengar obrolan orang yang tidak aku kenal itu. Bagaimana kalau perkiraan ku tidak meleset? Bagaimana kalau yang mereka bicarakan adalah Ralia? Apa aku masih sanggup untuk hidup di dunia ini? Dalam diam air mataku terus membanjiri pipi. Deras dan menganak sungai. Ketakutanku terlalu besar terhadap kondisi Ralia. Bayangan buruk tentang anakku sudah membayang dalam benak ini."Tan, ada apa? Kenapa menangis?" Saka bingung melihat air mataku yang terus berderai. Dia pun ikut mematung di belakangku. Aku tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan anaknya Mbak Ratmi. Otakku memerintahkan untuk berbicara, tapi lidahku kelu untuk berucap. Kata-kataku tercekat di tenggorokan."Yuk, kita ke sana." Saka menuntunku ke arah rumah seseorang yang ada di pojokan rumah lelaki yang menelpon tadi. Tepatnya Saka membawaku ke warung yang sedang ditutup. Di depannya ada kursi panjang. Kujatu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status