Share

bab 12. Menemukan Kotak Perhiasan.

Maaf ada yang terlewat sebelumnya.

****

"Ibu … Wildan kangen." Bocah tujuh tahun itu merentangkan tangannya saat melihatku masuk rumah budenya.

"Apa lagi Ibu. Sangat kangen sama anak Sholeh ini." Kubalas pelukannya dengan kedua tangan setelah berjongkok. Mensejajarkan dengan tubuh mungil yang kini ada dalam dekapan. Bertubi-tubi kuciumi pipi dan kening putra semata wayangku.

"Gimana kabarnya Wildan? Nakal nggak?" Kutatap wajah polos di hadapan. Bujang kecil itu menggelengkan kepalanya kemudian berlalu pergi setelah dipanggil oleh Deri. Anaknya Mbak Niswa yang bontot.

"Wildan mah anaknya pinter, Lin. Tidak rewel sama sekali. Dia begitu dewasa di usianya yang segitu. Mandiri." Mbak Niswa meletakkan segelas air putih dan sepiring gorengan.

Aku akuin itu meskipun, menjadi anak tunggal tidak menjadikan Wildan anak yang manja. Dia tergolong anak yang mandiri. Aku sengaja mendidik seperti itu.

"Gimana kabar Bi Wiwin? Sudah ada perubahan? Maaf, Mbak belum sempat menjenguknya di rumah saki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status