Share

Bab 13. Kedatangan Orang Tua

Tak kuhiraukan dering handphone yang terus menjerit minta diangkat. Aku masih di tempat dengan posisi memeluk lutut. Kubiarkan air mataku tumpah. Berharap setelah ini dadaku bisa plong. Aku capek dengan hati yang seperti ini. Aku lelah.

Sayup-sayup aku mendengar ketukan pintu dari arah depan. Ketukannya berulang hingga membuatku harus menyusut air mata.

Entah siapa yang datang. Jangan-jangan itu mas Radit. Dia menyusulku ke sini karena merasa curiga dengan semuanya. Bisa jadi, karena tadi Mbak Nanik, anak sambung ibu mertuaku itu mau gantiin menjaga Ibu.

Dengan hati sakit, aku kembali merapikan ruangan yang dulu sering kami gunakan untuk memadu kasih. Segera, aku kembalikan seluruh barang yang tadi sempat diobrak-abrik oleh tangan ini, ke tempat semula.

Perhiasan berbentuk rantai sudah aku amankan dalam saku celana kulot yang ada di balik gamis lebar ini. Tentu tanpa kotaknya.

Ketukan pintu terasa kian nyaring. Siapa, sih yang datang? Dengan langkah lebar aku berjalan menuju pintu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status