共有

Part 3

作者: Oscar
last update 最終更新日: 2022-07-05 18:36:57

“Mbak mau bicara apa?” Bibirku bergetar mempertanyakan hal yang pasti sudah aku tahu.

Namun, sanggupkah ia melakukan semua ini padaku? Pada sesama wanita yang dia bilang sudah seperti adik baginya?

“Begini, Delima. Saat ini Mbak itu sedang....”

“Sayang.” Suara Mas Raka tiba-tiba terdengar dan muncul mendekati kami. “Mama mau ngomong sama kamu, nih,” ucapnya pada istrinya sembari memberikan ponsel yang sedang menyala.

Mbak Silvi terlihat panik, lalu dengan cepat meraih ponsel itu.

“Iya, Ma.”

"Iya, iya."

“Besok Silvi dan Mas Raka akan datang lebih awal.”

“Delima?” Dia melirik ke arahku. “Iya, iya. Pasti silvi ajak dong, Ma. Dia kan juga istrinya Mas Raka.” Aku melihat mimik wajahnya yang sepertinya sedang kecewa. Entah apa yang mereka bicarakan barusan. 

Dia menarik napas setelah panggilan dimatikan. Lalu kembali menoleh ke arahku.

“Mbak tadi mau bicara apa?” tanyaku sembari menatap wajahnya dan Mas Raka secara bergantian.

“Oh, itu.” Mbak Silvi kembali memasang senyum manis. Tak seperti saat pertama kubukakan pintu tadi. “Mbak mau ngajak makan malam. Ayuk kita makan sama-sama. Biasanya kamu yang selalu ngingetin. Iya kan, Mas?” Kulihat Mbak Silvi menyenggol lengan Mas Raka dengan sikunya.

"Eh, iya benar. Ayo, Dek. Kita makan." Seperti biasa, hanya seperti itu saja basa-basi dari Mas Raka.

Apa benar hanya itu yang ingin dia ucapkan? Jelas-jelas aku mendengar sendiri bahwa dia ingin aku bercerai dari suaminya. Tapi syukurlah, setidaknya aku masih bisa berada di sini malam ini.

“Delima masih kenyang, Mbak. Tadi pas masak sambil nyicipin.” Aku beralasan. Padahal memang sudah tak ada lagi berselera.

Sejak tinggal di rumah ini, memang aku yang mengambil alih hampir semua tugas di rumah. Karena biasanya di rumah ini Mbak Silvi tidak memakai asisten rumah tangga dan mengerjakan semuanya sendiri.

Hal itu dia lakukan karena dirinya tak bekerja, dan mereka belum memiliki anak. Jadi tak terlalu merepotkan. Selain itu, dia bilang mamanya Mas Raka paling tidak suka melihat wanita yang manja. Wanita itu harus mandiri, dan tidak bergantung pada orang lain. 

“Oh, iya, Delima. Besok pagi kamu siap-siap, ya. Ada hajatan di rumah Mas Raka."

“Iya, Mbak.” Aku hanya menurut tanpa bertanya ada apa. Sepertinya memang karena inilah dia mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal tadi.

*

Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah mertuaku usai menikah. Baik Mbak Silvi dan Mas Raka belum pernah sekalipun mengajakku ke sini. Meskipun aku telah mengenal keluarganya saat akad nikah tempo hari.

Mereka juga terlihat baik, dan tak mempersoalkan statusku sebagai istri ke dua. Malah terlihat ramah dan menganggapku juga bagian dari keluarga. Aku benar-benar merasa diterima.

Rupanya ada acara tujuh bulanan adiknya Mas Raka di rumah ini. Adiknya Lara, yang menikah satu tahun yang lalu. Pantas saja Mbak Silvi ingin cepat-cepat Mas Raka menikah dan punya anak, walaupun dengan wanita lain. Dia juga ingin menyenangkan hati mertuanya dengan memberikan seorang cucu.

Ya, Allah, apa yang akan terjadi setelah mereka tahu bahwa Mbak Silvi hamil? Apakah mereka juga akan ikut-ikutan membuangku yang sudah tidak berguna ini?

Dari pada sibuk memikirkan hal yang bukan-bukan, aku pun menyibukkan diri dengan membantu mengerjakan persiapan. Kulihat  Mbak Silvi selalu tertawa manja pada Mas Raka menjauh dariku. Seperti menganggapku tak ada dan bukan bagian dari mereka.

Entah kenapa hatiku mendadak sakit. Apakah ini artinya aku cemburu? Atau hanya merasa tak diperlakukan adil sebagai seorang istri? Entahlah. Mungkin inilah resiko dari menikah dengan laki-laki yang sudah menaruh hati pada wanita lain.

 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part86

    "Ba_bagaimana, Say... eh,... Delima?" Mas Deni tampak takut-takut menanyakan itu padaku. Aku kembali terdiam. Masih syok dengan semua ini. Semuanya serba mendadak dan tiba-tiba. Membuatku bingung harus bertanya mulai dari mana.Lalu Mas Raka meminta sesuatu pada Mbak Silvi. Dengan senyum kebahagiaan Mbak Silvi merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Dikeluarkan sebuah amplop ke tangan Mas Raka."Ini, Dek." Mas Raka menyodorkan kertas itu ke atas meja. Dengan ragu aku mengambil dan melihat apa isinya."I_ini?" Air mataku tumpah seketika."Iya, Dek. Itu surat cerai yang kamu inginkan. Kamu sudah bebas sekarang."Rasa di hatiku kini bercampur aduk tak menentu. Ada perasaan sedih, bahagia, juga lega."Jadi, gimana, Dek? Mas sendiri yang melamar kamu untuk Deni. Kamu mau, kan?"Aku menatap mereka semua secara bergantian. Lalu mengangguk."Iya, Mas. Delima mau.""Alhamdulilah...." Semua orang di ruangan ini mengucap syukur.*****Akhirnya hari bahagia yang dinantikan semua orang terjadi juga. M

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part85

    Mataku menghangat melihat orang-orang itu kini berdiri di hadapanku. Aku merasa ini seperti sebuah mimpi. Aku berdiri terpaku dengan air mata yang mulai mengalir.Lalu tiba-tiba saja tubuhku direngkuh dan masuk dalam pelukan hangatnya."Mama?" Aku menangis sesenggukan."Iya, sayang. Ini Mama," ucap wanita yang sudah setengah tahun ini tak pernah lagi kutemui. "Kamu sehat-sehat aja kan, Delima?"Aku makin sesenggukan melihat sikap pedulinya. Lalu aku juga merasakan tangan seseorang ikut menyentuh dan mengusap bahuku. Benarkah apa yang sedang kulihat saat ini?Aku melepaskan pelukan Mama. Lalu menatap satu persatu wajah mereka yang ikut berkunjung ke rumahku."Mbak Silvi?""Iya, Delima. Mbak datang." Wanita yang pernah menamparku saat terakhir kali bertemu ini, tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.Lalu kulihat Mas Raka dan Mas Deni tampak berdiri sejajar. Sepertinya semua orang sudah baik-baik saja. Dan mereka semua terlihat akur.Pasti sudah banyak hal yang terjadi selama aku tak a

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part84

    Biarlah hanya kami berdua yang tahu tentang semua ini. Seperti yang dia katakan, itu untuk yang terakhir kalinya. Kuberikan sebagai upah, atas apa yang dia berikan selama ini. Dengan begitu, nantinya dia hanya akan mengingatku sebagai wanita bayaran saja. Yang bisa dia cumbu tanpa hati, dan juga rasa cinta.Aku harus benar-benar terlihat murahan di matanya.*"Kamu kenapa, Sayang? Kenapa tiba-tiba ninggalin Mas seperti ini?" Mas Deni begitu syok saat aku tiba-tiba datang ke rumahnya untuk berpamitan."Maafin Delima, Mas. Delima bukanlah wanita yang baik untuk Mas Deni." Lagi-lagi aku membatukan hati agar tak lagi goyah.Berbicara dengan Mama pun rasanya hati ini sudah akan luluh melihat kekecewaan di wajahnya. Apa lagi saat berbicara dengan Mas Deni. Aku harus benar-benar bisa mengendalikan diriku. Rasa sakit yang aku rasakan tak boleh terlalu nampak. Aku lebih memilih Mas Deni kecewa dan membenciku saja, dari pada harus menangis dan mengiba, memohon agar aku tetap tinggal."Sampai h

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part83

    Tanpa terasa enam bulan sudah aku kembali ke kampung. Kembali tinggal dengan Bue dan juga Sidik. Tak peduli lagi pada gunjingan tetangga dan warga sekitar atas statusku sekarang ini.Awal kepulanganku dulu, bisik-bisik mereka selalu terdengar. Katanya memang seperti itulah resiko menjadi wanita kedua. Hanya sebagai cadangan untuk bersenang-senang. Giliran bosan, pasti kembali ke pelukan istri pertama.Aku hanya diam, tak ambil pusing dengan pendapat mereka. Tak ada gunanya juga menceritakan hal yang sebenarnya. Asal Bue mengerti dan tidak terlalu memikirkannya hingga sakit, kurasa itu bukan masalah.Anggap saja memang ini adalah hukuman atas keserakahanku waktu itu. Lepas dari seorang pria beristri, malah berkhayal mendapatkan bujangan kaya raya.Tapi semua itu sudah berlalu. Tak ada lagi bisik-bisik seperti itu kudengar. Semuanya seakan lupa, dan aku bisa menjalani kehidupan dengan normal kembali.Kini aku tak perlu lagi bersusah payah bekerja dari pintu ke pintu untuk bekerja di rum

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part82

    "Kita rujuk ya, Dek?" Napasnya makin memburu di telingaku. Aku kembali menggeleng dalam tangisan."Kasi kesempatan Mas satu kali lagi untuk membahagiakan kamu, Sayang." Aku semakin menggeleng."Dek?""Kalau Mas benar-benar mencintai Delima dan ingin melihat Delima bahagia, tolong bebaskan Delima. Kalau Mas ingin balas dendam dan tidak ingin melihat Delima bahagia dengan Mas Deni, Delima akan turuti. Delima akan putuskan hubungan dengan Mas Deni dan akan kembali ke kampung. Apa itu cukup membuat Mas Raka puas?""Enggak, Dek. Bukan seperti itu maksud Mas. Mas ingin kamu bahagia sama Mas, Sayang. Kenapa kamu nggak percaya sama perasaan Mas?" Dia tampak gelisah sembari menyentuh pipiku dengan kedua tangannya. Aku hanya bisa memejamkan mata dengan pasrah. Melawan pun percuma. Hanya akan membuat keributan malam-malam begini."Delima hanya ingin hubungan Mas Raka dan Mas Deni kembali baik, Mas. Jangan lagi bermusuhan seperti ini hanya gara-gara Delima. Delima bukan wanita yang pantas untuk

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part81

    Aku segera menarik tanganku kembali. Namun Mas Raka tak mengizinkan dan malah menahannya. Dia terlihat begitu marah. Padahal saat di bawah tadi, dia terlihat biasa-biasa saja dan tak memperdulikan.Atau, jangan-jangan Mama bercerita tentang aktivitas aku dan Mas Deni tadi. Bukan salah Mama juga. Salahku yang tak berani bilang untuk merahasiakannya dari Mas Raka."Tega banget kamu, Dek. Mas udah bilang, jangan pergi sama Deni. Kenapa kamu masih nekat juga? Malah gantiin cincin Mas dengan cincin dari dia. Kamu pikir Mas main-main dengan ancaman Mas waktu itu?""Kenapa Mas melakukan itu? Kenapa Mas nggak ngijinin Delima sama Mas Deni? Jujur aja, Mas." Aku mulai berani."Kamu masih nanya? Kamu tau sendiri kenapa Mas melakukan itu, Dek.""Kenapa?" Aku meyakinkan."Tentu saja karena Mas mencintai kamu.""Bohong!" sanggahku dengan penuh amarah. "Mas Raka bohong. Mas Raka sama sekali nggak pernah mencintai Delima.""Itu nggak benar, Dek. Mas sayang sama kamu.""Delima nggak percaya. Mas Raka

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status