Beranda / Rumah Tangga / Ketika Istriku Balik Melawan / Bab 27 Memberikan Keturunan

Share

Bab 27 Memberikan Keturunan

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 17:41:18

Maya sedang duduk di sofa kecil di kamar hotelnya ketika ponselnya berdering. Melihat nama Hana di layar, dia segera menjawab panggilan itu.

"Halo, Han," sapanya dengan nada tenang.

"Maya! Kamu di mana sekarang?" Suara Hana terdengar kesal. "Tadi Bima datang ke kafe, marah-marah, nanya soal kamu. Kamu dimana, sih?"

Maya terdiam sejenak, merasa bersalah. "Maaf, Han. Aku di Hotel Grand Vista, kamar 1204. Kalau kamu mau datang, aku jelaskan semuanya,"

Tanpa banyak bicara lagi, Hana menutup telepon.

***

Sekitar setengah jam kemudian, Hana tiba di kamar Maya. Begitu pintu terbuka, dia langsung masuk dan menatap Maya dengan tangan bersilang di dada.

"Kamu pikir ini lucu, May?" omel Hana. "Pergi tanpa bilang apa-apa dan sekarang aku yang harus menghadapi suami kamu yang ngamuk-ngamuk di kafe?"

“Maaf, Han,” Maya menundukkan kepalanya. “Aku memang tidak ingin merepotkanmu. Lagipula, aku butuh waktu sendirian,”

Hana menghela napas panjang dan duduk di sofa di depan Maya. “Harusnya kamu tetap ka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 28 Tidak Akan Bercerai

    Saat Sulastri datang ke rumah Bima sore harinya, Bima sudah ada di rumah. Pria itu duduk murung sambil memainkan gelas di tangan. Bahkan tak menoleh ketika Sulastri masuk dengan cepat ke dalam rumah tanpa permisi.“Bim, Mama mau bicara sama kamu,” ucap Sulastri tegas.Bima menghela napas. “Ada apa lagi, Ma?”"Ini soal Maya," Sulastri langsung masuk ke topik utama. "Mama rasa sudah waktunya kamu berhenti mempertahankan pernikahan yang tidak ada gunanya ini,"Bima menatap ibunya dengan alis berkerut. “Apa maksud Mama? Maya tetap istriku!”Sulastri menyilangkan tangan, ekspresi wajahnya dingin. "Istri, tapi apa gunanya jika dia tidak bisa memberikan keturunan untukmu? Kamu tahu keluarga kita b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 29 Perubahan Maya

    Di kamar hotel tempat Maya menginap, Hana duduk di sofa sambil menyeruput teh hangat. Maya berdiri di depan cermin, masih mengenakan pakaian kerja yang sederhana. Wajahnya tampak lelah, tapi raut mukanya bahagia.“May, kenapa kamu tidak mencoba ubah penampilan?” celetuk Hana. “Katamu, kamu ingin memulai hidup baru,”Maya menoleh, mengerutkan dahi. "Maksudmu? Penampilan aku kenapa? Aku rasa ini sudah cukup," Dia mematut diri di depan cermin.Hana tersenyum kecil sambil menggeleng. “Kalau kamu ingin meninggalkan masa lalumu, kamu juga harus meninggalkan gayamu yang lama,”Maya terlihat ragu. “Haruskah?”“Aku tidak bilang kamu harus dandan berlebihan atau pakai baju super mew

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 30 Hak untuk Bicara

    Reza melangkah maju, mencoba mengendalikan situasi. “Ini bukan tempat untuk membuat keributan. Jika Anda ingin berbicara dengan salah satu karyawan kami, Anda harus melakukannya dengan cara yang sopan,” Suara Reza menggelegar tegas.Bima menatap Reza dengan mata tajam. "Sopan? Aku suami Maya! Aku punya hak untuk bicara dengannya sekarang juga!"Maya akhirnya memberanikan diri untuk muncul dari balik tubuh Reza. "Apa yang kamu lakukan di sini, Bima?"Bima terlihat sedikit terkejut melihat penampilan baru Maya. Penampilan Maya yang kini berbeda—dengan pakaian elegan, rambut tertata rapi, dan aura percaya diri membuatnya terdiam sejenak. Namun, amarahnya tak mereda. Dia menunjuk Maya dengan penuh emosi.“Jadi sekarang kamu bekerja di sini? tanya Bima

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 31 Berjanji

    Nina merespons dengan antusias. Ini adalah sesuatu yang sangat dia tunggu-tunggu. Apalagi Bima sendiri yang datang menemuinya, haus akan belaiannya. Mereka tenggelam dalam permainan yang begitu panas. Sesekali Nina memekik kenikmatan ketika Bima mulai memainkan titik sensitifnya.Setelah semuanya usai, Nina bersandar di dada Bima sambil memainkan jemarinya di pundak pria itu."Bima, kamu tahu aku selalu ada untukmu, kan? Apa pun yang kamu butuhkan, aku bisa memberikannya," bisik Nina dengan suara manja.Bima tidak langsung merespons. Wajahnya tetap terlihat keras, matanya memandang lurus ke depan seakan pikirannya berada di tempat lain.Setelah keheningan panjang, Nina beringsut dari pelukan Bima. Matanya menatap wajah pria itu dengan penuh harap. Dia mengira, mungkin setelah permainan yang baru saja terjadi, Bima akan mengucapkan sesuatu yang menunjukkan bahwa dia menginginkan Nina. Tapi nyatanya Bima membisu.Bima tiba-tiba duduk di tepi ranjang, meraih bajunya dengan gerakan terges

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 32 Musuhmu

    Bima duduk di dalam mobilnya yang terparkir di sudut jalan, cukup jauh dari gerbang utama kantor Reza. Namun dia masih bisa dengan jelas mengawasi pintu masuk kantor itu. Sejak pagi buta, dia sudah ada di sana. Menunggu dengan gelisah. Matanya terus memperhatikan setiap mobil atau taksi yang berhenti di depan gedung, berharap melihat sosok Maya turun.Kepalanya bersandar pada kursi, namun pikirannya tidak tenang. Wajah Bima menunjukkan kelelahan akibat kurang tidur. Dalam hatinya, rasa marah, frustasi, dan ketakutan bercampur menjadi satu. Dia tahu Maya tidak akan kembali ke rumah, apalagi setelah pertengkaran terakhir mereka. Tapi Bima juga tahu, dia tidak bisa membiarkan Maya pergi begitu saja.Tepat ketika dia hampir menyerah, sebuah mobil berhenti di depan gedung. Bima tahu persis itu mobil milik Maya. Dari sana turun Maya dengan penampilan yang berbeda dari yang biasa dia kenal.Bima membelalakkan mata, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rambut Maya yang dulu selalu terger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 33 Memberi Kepastian

    Saat Bima membuka pintu mobil, ponselnya berdering. Nama Nina muncul di layar, membuat alisnya terangkat. Awalnya Bima ragu untuk mengangkat, tetapi bunyi dering itu seolah memaksanya.“Ada apa?” tanya Bima dengan nada kesal.“Aku butuh bicara. Ini penting,” Suara Nina terdengar parau.Bima menghela napas panjang. “Aku tidak bisa. Aku baru saja—”“Aku di kafe biasa. Kalau kamu peduli padaku dan anak kita, kamu akan datang sekarang,” potong Nina.Kata-kata itu membuat Bima terdiam sejenak. Frustasi bercampur rasa bersalah menghantui pikirannya. Bima menutup telepon dan melemparkan ponselnya ke kursi penumpang. Dengan perasaan dilema, dia menyalakan mesin mobil dan melaju menuju kafe tempat Nina menunggu.***Setibanya di kafe, Bima menemukan Nina duduk di sudut ruangan. Wajah Nina terlihat lebih pucat dari biasanya, tapi ada senyuman kecil yang dia berikan saat melihat Bima mendekat.“Kamu datang juga,” kata Nina pelan.Bima duduk di hadapannya tanpa membalas senyuman itu. “Jadi, apa y

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 34 Merebut Perhatian

    "Kamu pikirkan saja apa yang lebih penting sekarang,” Sulastri duduk di samping Bima. Begitu dekat, seakan tidak ingin orang lain dengar. “Masa depan anakmu atau apa kata orang? Maya tetap istri sahmu di mata hukum, jadi warisan itu tetap aman. Tapi Nina harus kamu jaga, karena dia mengandung darah dagingmu," terang Sulastri.“Maya sudah pergi dari rumah, dan dia pasti tidak akan terima kalau tahu aku menikah lagi. Walaupun secara siri," balas Bima dengan nada frustrasi.Sulastri mendesah panjang. Dia melirik Bima sedikit kesal. "Kamu itu laki-laki, Bima. Kamu harus bisa mengatur semuanya,” tuntutnya. Maya sudah mendapatkan semua dari kamu. Rumah, kehormatan, status … ““Rumah itu rumah peninggalan orang tua Maya,” potong Bima cepat. “Mama lupa?”Sulastri mengedipkan mata cepat. Lalu menggeleng. “Tapi Nina memberikan sesuatu yang lebih berharga! Yaitu anak. Kalau kamu sampai kehilangan anak ini, itu kesalahanmu sendiri,”Bima diam, menatap kosong ke lantai. Di dalam hati dia tahu apap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 35 Menjadi Milikku

    Pagi itu, Nina bangun lebih awal dari biasanya. Waktu masih menunjukkan pukul empat subuh, dan rumah keluarga Harjono masih terlelap dalam keheningan. Nina melangkah pelan keluar dari kamar tamu, memastikan tidak ada yang mendengar derap langkahnya. Dia menatap sejenak ke arah pintu kamar-kamar lain, lalu tersenyum puas sebelum mengambil ponsel. Dengan hati-hati, dia membuka aplikasi pemesanan makanan online.Nina memesan berbagai hidangan mewah untuk sarapan pagi itu—nasi uduk lengkap, bubur ayam, serta aneka kue basah seperti pastel dan risoles. Tak lupa dia menambahkan jus buah segar dan kopi untuk melengkapi hidangan. Setelah memastikan pesanan selesai, Nina kembali ke kamar tamu dan menunggu dengan sabar hingga kurir tiba.***"Ada apa ini?" tanya Harjono dengan alis terangkat ketika dia tiba di ruang makan.Dia dan keluarganya tertegun. Meja makan sudah tertata rapi dengan berbagai hidangan. Di tengah semua itu, Nina berdiri sambil sibuk menuangkan jus ke gelas-gelas kaca. Rambu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 120 Penuh Kebanggaan

    Bima melangkah masuk ke ruang kerjanya di kantor yang sempat kosong selama beberapa hari. Beberapa staf menyambutnya dengan senyum kaku, tidak berani bertanya.“Selamat pagi, Pak Bima,” sapa para staf. Meski banyak diantara mereka yang cukup penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.Raka yang sedang sibuk di depan layar komputernya, mendongak terkejut ketika melihat Bima lewat di hadapannya sebelum melangkah masuk ke ruang kerja dengan tenang.“Mas Bima?” panggil Raka. Berdiri dari kursinya. “Kamu sudah masuk lagi?”Bima mengangguk kecil. “Terlalu banyak yang harus dibereskan di kantor,”Raka maju beberapa langkah, masih dengan ekspresi bingung. “Tapi … bagaimana kabar Nina?” bisiknya.Bima tersenyum tipis. “Kamu tahu dia sedang tidak bersamaku, kan?”Raka menatap kakaknya lama, sebelum akhirnya mengangguk ragu. “Kalau begitu, aku siap membantu apapun yang kamu butuhkan,”Bima menepuk bahu Raka pelan. “Kamu sudah membantu banyak,” timpalnya. “Bagaimana Abi? Apa dia mencariku?”“Di

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 119 Bukan Salahmu

    Rumah besar itu sunyi, seolah kehilangan napas setelah semua kekacauan yang berlangsung tadi. Abi sudah tertidur di kamarnya, setelah susah payah Sulastri mencoba untuk mengalihkan fokusnya pada Nina.Bima duduk di ujung sofa, membungkuk. Wajahnya tertutup kedua tangan. Napasnya berat, seolah menahan beban yang sudah terlalu lama menghimpit dadanya. Setelah memastikan Abi benar-benar terlelap, Sulastri kembali ke ruang tengah dan menatap Bima yang kini tampak begitu rapuh.“Sekarang kamu sendirian di rumah ini, Bim,” tukas Sulastri. “Apa rencanamu selanjutnya?”Bima mengangkat wajahnya perlahan. “Ma, aku belum bisa. Aku belum sanggup menjaga Abi, setelah semua yang terjadi. Setelah mengetahui kebenarannya,” Suaranya parau. “Kumohon… bawa Abi… bawa Abi tinggal bersama Mama untuk sementara waktu, sampai—”“Kamu yakin?” sambar Sulastri. Bima mengangguk perlahan. Nyaris seperti orang yang sedang menahan tangis. “Aku hanya takut dia menjadi korban dari semua kekacauan dan kebohongan ini.

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 118 Yang Tersisa

    Bima berdiri di ujung tangga. Tatapannya terbelah dua—antara ibunya yang berdiri dengan tubuh bergetar karena marah, dan Nina yang berdiri kaku di dekat pintu. Matanya merah tapi rahangnya mengeras."Ada apa ini?" tanya Bima, matanya langsung menajam ke arah ibunya. "Ma, kenapa Mama teriak-teriak seperti ini?"Sulastri mengangkat wajah. “Bima... Mama tidak bisa diam lagi. Mama tidak bisa terus berpura-pura semua baik-baik saja,” Dia melangkah pelan mendekati anaknya, lalu menunjuk Nina. “Perempuan ini sudah menghancurkan hidupmu. Dia berselingkuh. Sama laki-laki itu—Femil!”Bima mengernyit, matanya bergeser ke Nina. "Apa?" gumamnya nyaris tidak terdengar.Nina buru-buru melangkah naik dua anak tangga. Mendekat pada Bima, mencoba meraih tangannya. “Sayang, jangan dengarkan Ibu! Dia salah! Dia hanya mau memecah kita!”Sulastri menepis tangan Nina sebelum sempat menyentuh putranya. “Kamu jangan sentuh anakku lagi!” bentaknya. “Femil sudah ditangkap karena mencoba membunuh Maya! Dan sebel

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 117 Bermain Kotor

    Pagi yang biasanya tenang di kantor Bima berubah tegang saat dua orang polisi berpakaian sipil datang dan langsung menuju ruangannya. Para pegawai saling bertukar pandang, bertanya-tanya dalam diam. Bima yang sedang duduk di balik meja, menatap tamunya dengan alis terangkat. Meski tetap menyambut dengan tenang.“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.Salah satu polisi menunjukkan lencananya. “Kami dari satuan investigasi tindak kriminal ekonomi. Kami ingin meminta waktu Bapak sebentar untuk memberikan keterangan. Terkait kasus saudara Femil Arzeta,”Bima sempat terdiam, wajahnya mengeras. “Silakan duduk. Keterangan seperti apa yang Anda butuhkan?”Polisi itu mengeluarkan map dari tas dan meletakkannya di atas meja. “Femil menyebut nama Anda dan istri Anda, Nina, dalam pengakuannya. Dia mengatakan bahwa selama beberapa waktu terakhir, aktivitasnya—termasuk transaksi finansial—berkaitan dengan istri Anda. Bahkan ada dugaan bahwa dana milik Anda disalahgunakan untuk kepentingan priba

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 116 Selalu Ada

    Maya menoleh, melihat Reza berdiri di antara dirinya dan Femil yang kini terkapar di tanah. Wajah Reza merah padam, matanya menatap Femil dengan marah.Femil meringis, mencoba bangkit. Tapi Reza sigap menginjak lengannya, mencegahnya mengambil kembali pisaunya.“Kau pikir bisa lolos setelah mencoba membunuh Maya?” bentak Reza.Femil menyeringai, meski napasnya tersengal. “Aku tidak akan pernah berhenti,”Reza mengepalkan tinju, tapi Maya buru-buru menarik lengannya. “Jangan, Reza. Kita harus melaporkannya ke polisi,”Mata Reza masih penuh amarah, tapi dia mengangguk. Dia meraih ponselnya, bersiap menghubungi pihak berwenang.Tepat ketika Reza hendak menelepon polisi, Femil tiba-tiba bergerak cepat. Dengan kekuatan yang tak terduga, dia meraih pisaunya kembali dari tanah dan menyerang Reza.“Reza, awas!” teriak Maya panik.Reza sempat menoleh, tapi Femil sudah lebih dulu melayangkan pisaunya ke arah dada Reza.Reza menghindar ke samping, tapi pisau itu tetap berhasil menggores lenganny

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 115 Ikut Campur

    Raka tampak semakin gelisah. Sejenak dia mengelus tengkuk, seakan mencoba untuk menata hati sebelum bicara."Maya, aku butuh perlindunganmu," ujar Raka.Maya mengernyit. "Perlindungan?"Raka mengangguk, ekspresinya tegang. "Aku akan mengungkap sebuah rahasia. Rahasia yang bisa membuatku dalam bahaya,"Jantung Maya berdegup lebih cepat. "Apa maksudmu? Rahasia apa?"Raka menatapnya dalam-dalam. Lalu menunduk sesaat seolah sedang mempertimbangkan kata-katanya. "Ini soal Nina… dan sesuatu yang lebih besar dari itu,"Maya bisa merasakan ketakutan dalam suara Raka. Dia bukan pria yang mudah takut. Tetapi kali ini, wajahnya menunjukkan kecemasan."Aku akan memberitahumu semuanya sekarang. Aku tahu sesuatu yang akan mengubah segalanya," lanjut Raka. "Dan aku butuh tempat yang aman. Aku tidak bisa pulang ke rumah. Femil sudah mengancam akan membunuh istri dan anakku jika aku buka mulut,"Maya mengepalkan tangannya di atas meja. “Apa yang kamu tahu?”Raka menarik napas dalam-dalam sebelum menja

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 114 Membuka Percakapan

    Femil berdiri dengan santai. Senyum tipis penuh kemenangan terukir di wajahnya. Sementara Nina menyilangkan tangan di dada, memandang Maya dengan tatapan penuh kebencian.“Pergilah. Jika kau masih sayang nyawamu,” ancam Femil sekali lagi.Maya menatap keduanya dengan tajam sebelum menghembuskan napas panjang. Dia melangkah mundur, lalu berbalik menuju pintu keluar.Saat tangan Maya menyentuh kenop pintu, dia berhenti sejenak dan berkata tanpa menoleh. “Aku akan mendapatkan rumahku kembali, entah bagaimana caranya. Nikmati kemenangan sementara kalian,”Setelah itu, Maya membuka pintu dan melangkah keluar tanpa menoleh lagi.Begitu Maya benar-benar pergi, Nina berbalik dan langsung meraih tubuh Femil. Melingkarkan lengannya di leher pria itu. Senyum kemenangan terukir di wajahnya.“Kita berhasil menyingkirkannya,” pekik Nina, tubuhnya menempel erat pada Femil.Femil terkekeh, tangannya otomatis melingkari pinggang Nina. Menariknya lebih dekat. “Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untu

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 113 Mengganggu Nina

    Maya menekan bel. Butuh beberapa saat sebelum pintu terbuka, dan sosok yang muncul di hadapannya adalah seseorang yang sudah tidak asing lagi—Nina.“Maya?” Nina terdengar terkejut, alisnya berkerut. Jelas, dia tidak menyangka Maya akan datang.Maya menatap Nina tanpa gentar. “Aku datang untuk mengambil kembali rumahku,”Nina tertawa sinis, menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu dengan tangan terlipat di dada. “Rumahmu? Rumah ini milik Bima sekarang. Kau tidak punya hak lagi di sini,”Maya menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan amarahnya. “Rumah ini masih atas orang tuaku. Aku tidak pernah menyerahkannya secara legal pada siapa pun. Jadi, aku akan mengambilnya kembali,”Mata Nina membulat. “Kau pikir semudah itu? Bima yang tinggal di sini, aku istrinya, jadi—”“Tidak ada hubungannya,” potong Maya tajam. Nina terdiam, rahangnya menegang. Sejenak ekspresi panik terlihat di wajahnya. Sebelum dia kembali memasang senyum liciknya.“Dengar, Maya. Aku tidak peduli. Yang jelas, rumah ini s

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 112 Diam Saja

    “Saya ingin bertemu dengan Ibu Maya Anindita. Tolong sampaikan bahwa ini terkait dengan Pak Bima,” Arman menyebutkan nama dan tujuannya.Resepsionis itu mengangguk, lalu menghubungi seseorang melalui telepon internal. Tak lama, seorang asisten menghampiri Arman. Dan mempersilakannya masuk ke ruangan Maya.Ketika pintu terbuka, Arman melihat Maya yang sedang duduk di balik meja. Mengenakan blus putih dan blazer krem, tampak anggun seperti biasa.Maya mendongak, sedikit terkejut melihat kedatangan Arman. “Arman? Ada apa?”Arman melangkah masuk dan menutup pintu sebelum duduk di kursi di hadapan Maya. Dia menatap wanita itu dengan serius, lalu meletakkan map di atas meja.“Aku datang atas permintaan Bima,” kata Arman tanpa basa-basi.Maya menghela napas, menyandarkan punggungnya ke kursi. “Bima… bagaimana keadaannya?”“Dia sudah lebih baik. Tapi dia masih dalam pemulihan,” jawab Arman. “Dan salah satu hal pertama yang dia ingin selesaikan adalah soal rumah ini,”Maya mengerutkan kening.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status