Home / Romansa / Ketika Istriku Minta Talak / Bab 9. Kuusir Mama Tiriku

Share

Bab 9. Kuusir Mama Tiriku

last update Last Updated: 2022-01-19 07:14:55

Bab 9. Kuusir Mama Tiriku

POV Embun

“Hallo! Om Ramlan di mana sekarang?” tanyaku melalui sambungan  telepon seluler.

Om Ramlan adalah manager keuangan di kantor. Aku harus segera membereskan masalah ini. Sebelum Mas Ray tiba  dan mengamuk kepadanya di kantor, karena telah membocorkan rahasia keuangan.

“Saya, masih di rumah, kenapa, Bu?” tanya Om Ramlan terkejut.

“Dian ada?” tanyaku lagi.

“Ada, dia belum berangkat ke kampus, tapi, sepertinya sudah siap-siap itu, motornya udah nyala.”

“Om cegah dia kekampus hari ini! Tolong saya, ya, Om,” pintaku memohon.

“Ada apa, Bu Embun, apa yang bisa kami bantu?” Suara Om Ramlan terdengar ikut gugup.

“Om pindah aja ke kantor cabang yang di Marindal! Suruh Dian menggantikan posisi Om di kantor pusat. Saya akan hubungi Bu Ning bagian administrasi. Segera, ya, Om, sebelum Mas Ray sampai di kantor!”

“Baik, Bu. Akan kami laksanakan segera. Tapi, Dian belum ada pengalaman tentang  keuangan perusahaan kita, Bu?”

“Om bantulah dia! Tetap Om yang saya andalkan, tapi sementara Om pindah dulu!” titahku lagi.

“Ok, baik, Bu.”

“Terima kasih, Om.”

Mobil yayasan penyalur tenaga kerja khusus asisten rumah tangga dan babysitter memasuki halaman yang memang sengaja  tak kututup lagi, setelah Mas Ray berangkat ke kantor tadi. Empat orang wanita turun dan melangkah menuju teras. Sebuah map dan tas berisi pakaian mereka tenteng, lalu masuk ke dalam  rumah setelah kupersilahkan.

“Bik Anik bertugas mengurus dapur, cuci pakaian dan setrika, ya! Kalau Mas Ray suami saya pulang kantor, kebetulan saya tidak di rumah, Bibik tanya apakah dia mau mandi air hangat. Kalau iya, Bibik sediakan, Bibik paham?” tanyaku kepada Wanita yang paling dewasa. Usianya sebaya dengan Mama kandungku, yang telah tiada, empat tahun lalu.

“Baik, Bu,” jawabnya patuh.

“Bik Las, tugasya bersih-bersih rumah, ngepel, bersih-bersih taman, halaman, juga buka tutup gerbang. Sesekali, kalau Mas Ray minta cucikan mobilnya, Bibik bersedia, kan? Kadang dia malas nyuci mobil di doorsmeer,” kataku kepada wanita yang lebih muda. Tubuhnya tinggi tegap, sepertinya kuat berlari di halaman  bila Mas Ray pulang kantor.

“Baik, Buk, saya bisa kok, nyuci mobil, motor, enggak masalah sama saya, mah udah biasa,” jawabnya tersenyum meyakinkan.

“Dan kalian  berdua, khusus ngurus anak-anak, ya. Si Raya ini hiper aktif anaknya. Harus diawasi dua puluh empat jam. Gak ada diamnya. Sedang di Radit, masih Asi, tapi kalau misal saya sibuk banget, gak sempat nyusuin dia, kalian buat gantinya dengan  susu formula, jam untuk makannya sudah saya tempelkan di dinding kamar anak-anak, kalian bisa, ya?” tanyaku menatap kedua baby sitter. Mereka serempak mengangguk.

Keduanya gadis muda, semoga saja Mas Ray tidak tergoda. Tapi, aku tidak ragu, toh ada Bik Adik dan Bik Las yang mengawasi mereka.

“Silahkan,  kamar kalian di belakang, ya! Istirahat, dulu, sarapan juga sudah saya siapkan tadi. Selanjutnya urusan rumah ini saya serahkan pada kalian berempat, ya. Saya mau ke luar, ada urusan.”

“Baik, Bu.”

Kampusku  yang dulu, itulah tujuan pertamaku. Semoga cuti kuliah yang kuajukan tiga tahun lalu  masih berlaku, dan semoga kini bisa kusambung kembali. Aku harus mengambil alih perusahaan. Mas Ray yang kuharap telah mengkhianati kepercayaanku.

Tiga tahun aku sudah memberinya kesempatan,  rencanaku akan meminta Papa mengangkatnya menjadi direktur bulan depan. Tidak masalah aku mengabdi sebagai ibu rumah tangga saja, mengurus rumah sambil membesarkan anak-anak.

Tetapi, dia telah berkhianat. Jika cintanya saja rela dia bagi buat perempuan serendah Sandra, konon  lagi  perusahaan yang jelas bukan miliknya. Mama telah bersusah payah mengembangkannya dari nol, hingga sebesar sekarang. Bahkan Papa saja tak bisa diharap menjaganya, apalagi Mas Ray, yang jelas-jelas bukan  siapa-siapa. Kebetulan saja dia orang yang dijodohkan Papa padaku, karena bujukan istri mudanya, Tante Siska.

Awalnya aku setuju saja. Memberikan kepercayaan utuh  pada nya. Tak kupersoalkan meski dia tak jujur dari awal masalah gajinya.  Jatah bulanan  bagianku untuk segala keperluan rumah, dan anak-anak, hanya  mencukupi setengahnya saja. Selalu kututupi dengan uang pribadiku. Mungkin orang tuanya memang lebih membutuhkan, begitu pikirku. Tapi, setelah malam itu, tak ada lagi kepercayaan yang tersisa. Luruh sudah dengan pengkhinatannya.

Aku baru saja bersiap-siap hendak berangkat. Taksi online yang kupesan lewat aplikasi belum datang. Tiba-tiba Mama tiriku datang. Seperti biasa, senyum penuh kepalsuan tersungging di  bibirnya.

“Cantik banget, mau ke mana, Sayang?” tanyanya begitu keluar dari mobil.

“Mau ke kampus, Ma,” jawabku memeluk setelah mencium tangannya seperti biasa.

“Ke kampus? Ngapain emak-emak ke kampus? Enggak malu? Liat dandananmu, liat rambutmu, pakaianmu, ih, ini mah cocoknya di dapur aja, masak! Entar di kira mahasiswa sana , kamu itu tukang catering, deh! Udah, ah! Jangan ngawur! Masuk, yuk, mama kangen sama cucu-cucu mama.” Ditariknya tanganku dengan paksa kembali masuk ke rumah.

Wanita ini mulai lagi, kan? Kalimat  sindiran dari mulutnya membuat darahku mendidih.  Tapi, aku harus sabar, kukulum senyum manis, seperti biasa.  Sebuah rencana baru  tiba-tiba timbul di benak.  Pulang dari kampus, aku akan segera ke salon. Salon langgananku dulu, pasti masih mengingatku.

“Buatkan Mama jus, dong! Aus, nih. Pagi-pagi udah gerah aja, nih, cuacanya,” perintahnya langsung menghenyakan tubuh di sofa, di ruang tamu.

“Bik Anik!” teriakku memanggil pembantu baruku.

“Iya, Bu?” Bik Anik muncul tergopoh-gopoh.

“Buatkan jus buah buat Mama, ya? Ini Mamaku, kalau dia sering datang ke sini nanti, kalian harus sudah tahu kebiasaannya. Dia gak suka makanan pedas, ya,Bik,” tuturku.

“Baik, Bu.” Bik Anik berlalu. Mama melotot ke  arahku.

“Kamu udah punya pembantu?”

“Udah, Ma. Empat, hehehe ….”

“Kamu ngawur!”

“Kenapa?”

“Enggak takut kalau Ray selingkuh? Sekarang lagi viral pembantu merayu majikan?”

“Mas Ray type suami setia, Ma. Saya percayaaaaa banget sama dia. Seratus persen! Dia sangat mencintai saya. Tiga tahun kami sudah berumah tangga, saya udah hapal  watak ponakan Mama itu luar dalam. Jangan khawatir, Ma! Dijamin pokoknya.”

“Tapi, Embun, kamu enggak tahu dia seperti apa? Di kantor aja tadi, ya, mama pergokin dia lagi ciuman di sofa, di ruangannya.”

“Oh, ya? Mama salah liat kali? Mas Ray, enggak mungkin kek gitu.”

Panas hati dan telinga mendengarnya. Dia membuka aib ponakannya sendiri, Tante macam apa dia coba?

“Serius! Mama gak salah liat.”

“Iya kah, Ma? Siapa ceweknya?” tanyaku.

“Si Sandra. Si Sandra itu, ya, ternyata ganas banget, Mama liat dia yang nyerang  Ray dengan penuh napsu.”

“Terus terus!” kataku menyemangati agar dia membongkar semuanya.

“Mama marah, dong. Eh, katanya cuman iseng.”

*****

Mohon dukungannya untuk memberi ulasan agar bintangnya nyala, ya. Mohon sumbangannya gemnya, juga. terima kasih.

  

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Wilhelmina Yuriko
cerita yg bagus. saya suka
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
antara judul n isinya nggak nyambung hahaha....mana adegan ngusirnya coba??!
goodnovel comment avatar
Maya
Wah mantap, musuh dalam selimut ceritanya si mama tiri yah, keren ceritanya Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 206. Tamat

    Bab 206. Tamat Mas Ray berjalan dengan hati-hati. Kubawa memutar dari halaman samping, agar tak usah masuk ke dalam rumah. Waspada harus tetap kujaga. Meski dia bilang sudah bertobat, namun rasa khawatir belum juga bisa sirna sepenuhnya. “Itu suara celoteh mereka?” lirihnya menghentikan langkah, seolah-olah menajamkan pendengaran. “Ya, Raya sudah enam tahun, Radit empat tahun. Mereka sehat dan cerdas. Ayo, kita lihat!” Kulanjutkan langkah. Mas Ray mengikutiku. “Di sini saja!” perintahku menghentikan langkah. “Itu mereka?” gumamnya menatap ke arah kolam renang. Matanya meredup, tetiba mengembun. Beberapa butir air bening luruh di kedua sudut cekungnya. “Ya, itu Raya dan Radit.” “Raya sudah tidak celat lagi sepertinya kalau berbicara?” “Ya, dia sudah bisa berbicara dengan la

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 204. Kunjungan Suami Pertamaku

    Bab 205. Kunjungan Suami PertamakuTiga tahun kemudian“Ada Pak Ray, Buk!” Bik Anik berjalan tergopoh-gopoh mendatangi aku dan anak-anak di halaman samping.Rika sedang sibuk menyuapi Dava, anak bungsuku dengan bubur bayi. Raya dan Radit tengah berenang. Aku harus membantu Rika mengawasi mereka.Aku dan Rika saling tatap, demi mendengar laporan Bik Anik. ‘Pak Ray’. Nama itu sudah sangat asing terdengar di rumah ini. Anak-anak bahkan tak mengenalnya. Tiga tahun sudah sejak kami sah bercerai, selama tiga tahun itu pula dia tak lagi pernah hadir di dalam perbincangan kami. Raya dan Radit sama sekali tak mengenalnya. Meski dia adalah ayah biologis mereka. Bagi anak-anak, Mas Darry adalah satu-satunya sosok ‘Papa’.“Ibuk, gimana?”Aku tersentak. Bik Anik masih terlihat panik.&nbs

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 204. Sambutan Calon Mertua Layla

    Bab 204. Sambutan Calon Mertua LaylaPOV Embun=====“Kakak yakin mau usaha di kampung aja?” tanyaku sekali lagi meyakinkan Kak Layla.“Yakin, Dek. Kakak gak bisa di kota besar ini. Mau kerja apa Kakak di sini, coba? Di kantor, kakak gak punya ilmu apa-apa, gak ada bakat juga. Bekal pendidikan Kakak juga gak memadai. Suntuk Kakak tinggal di kota besar ini.”“Serius Kakak mau buka ternak di bekas rumah kakak itu? Gak kasihan sama ipar kakak?”“Mantan, dia bukan iparku lagi.”“Trus Kakak mau tinggal di mana, dong? Di bekas rumah juragan Sanusi?”“Tidak, rumah itu terlalu menyakitkan bagi Kakak untuk ditinggali. Banyak kesakitan yang akan selalu melintas di benak. Seperti mengenang luka saja.”“Trus?”“Kala

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara Bahagia

    Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara BahagiaLelaki itu meraih kunci mobilnya dari saku sambil berjalan. Tanpa menoleh lagi, kakinya melangkah menuju teras, langsung ke halaman, di mana mobilnya terparkir. Kaki ini serasa tertancap, begitu berat untuk digerakkan. Mulut ini terasa kaku, lidah pun kelu, tuk mengucap sekedar sepatah kata, untuk mencegahnya pergi.Benak dipenuhi bimbang. Bagaimana sebenarnya perasanku pada dokter itu. Benarkah rasa pada Mas Ray mengalahkan rasaku untuknya? Hey, berfikirlah Liza! Berfikirlah cepat?Bagaimana bisa seorang durjana, seorang narapidana, bahkan kini mengalami gangguan jiwa, bisa menjadi rival bagi seorang pria seperti Dokter Indra? Di mana logikanya? Dokter Indra yang begitu baik, sopan, serius, tak pernah menyakiti hati meski tak sengaja. Tak pernah, sama sekali tidak pernah.Mungkin sikapku te

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)

    Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)====Aku tersentak kaget, saat Deo memberitahu tentang kondisi terakhir Mas Ray. Jujur, hati teramat sakit mendengar berita ini. Bagaimana bisa aku sanggup mendengar kabar tentang deritanya? Tidak, aku tidak sanggup sebenarnya. Pria itu kini dirawat di rumah sakit jiwa.Aku memang perempuan bodoh. Berkali disakiti, dikhianati, bahkan di injak-injak harga diri ini. Namun, rasa di hati tak pernah sungguh-sungguh mati. Rasa itu tetap ada, meski tak bersemi lagi. Rasa itu telah memilih tempat yang dia ingini. Di sini, di relung hati ini.Mas Ray adalah cinta pertama bagiku. Untuk pertama kali aku mengenal yang namanya laki-laki, itu adalah Mas Ray. Awalnya terasa begitu indah, cinta tumbuh subur di hati, berurat dan berakar tanpa penghalang, bahkan kami telah merencanakan pernikahan. Hari lamaran pun ditentuka

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa

    Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa“Maaf, Raya dan Radit masih sangat kecil, tak bagus bagi mereka berada di lokasi tahanan itu, saya juga gak mau psikologis Raya terganggu, saat melihat papanya di dalalm kurungan. Maaf sekali, saya tidak bisa mengizinkan.” Itu jawaban Kak Embun. Papa dan Mama hanya bisa pasrah.Mas Ray menemui kami dengan dengan diantar oleh seorang petugas lapas. Sama sekali dia tidak mau menatap wajah kami. Berjalan menunduk, lalu duduk di depan kami, masih dalam keadaan menunduk. Tubuh kurusnya membuat hati miris, begitu besar perubahan penampilan abangku ini.“Ray, kamu sehat, Nak?” Mama memulai pembicaraan.Diam membisu. Tak ada jawaban dari mulutnya. Wajah dengan tulang pipi menonjol itu masih menunduk menekuri lantai.“Kamu mikiri apa, Ray. Masa tahananmu hanya beberapa t

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 200. Rencana Lamaran Papa

    Bab 200. Rencana Lamaran Papa “Saya disuruh nanya Bapak dan Emak, kata Bapak, mau datang.” “Papa mau datang ke rumah Bik Las?” Wanita itu mengangguk. Menunduk malu-malu. “Papa mau ngelamar Bik Las?” cecarku lagi. “Maaf, Buk.” “Kok minta maaf? Saya malah bangga. Saya lega benar, akhirnya kalian sepakat juga.” “Makasih, Buk. Jadi, Buk Embun setuju?” “Sangat setuju.” “ Makasih, kalian memang anak-anak yang baik.” “Kalian? Maksudnya?” tanyaku terperangah. “Anu, Buk Embun dan Buk Layla. Kalian anak-anak yang sangat baik,” jawabnya tersipu. “Kak Layla juga setuju?” “Ho-oh, kemarin ditelpon Bapak.” “Apa kata Kak Layla?” “Kata Buk Layla, di

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 199. Embun Hamil?

    Bab 199. Embun Hamil?“Raya, Sayang! Om Dokter mau ngobrol sebentar ya! Raya main sana sama Kak Diyah!” bujukku kemudian.“Ya, Mammma. Oom danan puyang duyu, ya! Nanti tita main tuda-tudaan!” pintanya memohon pada Dokter Danu.“Iya, Sayang. Nanti kita main.” Dokter Danu mengelus kepalanya.“Dadah Om Dokten!”Raya beringsut turun dari pangkuan Dokter Danu, lalu berlari kecil menuju ruang tengah, di mana Diyah dan yang lain sedang berkumpul.“Ada apa ini, tumben datang berdua ke sini, ini udah hampir malam, lho?” tanyaku berbasa basi.“Anu, aku … mau minta maaf, kejadian tadi pagi,” jawab Dian terbata-bata.“Oh, gak perlu minta maaf, apalagi pakai acara datang ke sini segala! Tadi aku memang a

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 198. Asmara Di Dalam Mobil

    Bab 198. Asmara Di Dalam MobilWajah Mas Danu semringah, senyumnya terlihat samar di bawah penerangan lampu mobil yang temaram. Aku bahagia melihat senyum kebahagiannya. Inilah cinta sejati. Kita akan sangat bahagia, saat melihat pasangan kita bahagia.“Kenapa menatapku begitu?”“Oh,” gumamku menunduk. Pasti wajah ini merona, kurasakan ada getaran hangat yang menjalar di kedua pipi.“Sekarang kamu jawab permintaanku tadi! Diva menunggu jawabanmu!” Mas Danu bertanya lagi. Dan aku berdebar lagi. Bahkan kian hebat kini.Momen ini terasa sangat istimewa. Kini aku memahami, mengapa banyak perempuan bilang bahwa saat yang paling mendebarkan itu adalah saat sang kekasih meminta kita menjadi pendampingnya. Bukan hanya sebagai pacar semata. Artinya dia telah benar-benar mantap dengan pili

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status