Share

Bab 5

Penulis: Soda Pop
Suara anak itu terdengar jelas di telinga setiap orang yang hadir.

Di antara para tamu, ada beberapa yang bisa berbahasa Revel.

Untuk sesaat, ekspresi setiap orang langsung berbeda.

Jordi mulanya terkejut, tetapi kemudian dia pun menjelaskan tanpa mengubah ekspresinya.

"Anak ini hanya asal bicara saja. Jangan dianggap serius."

Marco cemberut. Matanya penuh keengganan, seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu lagi.

"Tapi…"

Ivana melangkah maju dan menyela pembicaraannya.

"Ini hadiah buat kamu. Bisa mengabulkan keinginanmu."

Sembari berbicara, dia menyerahkan tas berkas yang telah disiapkannya sebelumnya kepada Marco.

Di dalamnya ada surat perjanjian cerai yang telah ditandatanganinya.

Dia berpikir, mungkin hadiah ini adalah hadiah yang paling diinginkan Marco.

Setelah berhenti sejenak, dia pun menambahkan.

"Di dalamnya ada sebuah kunci…"

Ivana mulanya ingin memberi tahu Marco bahwa semua hadiah ulang tahun untuknya, mulai dari usia enam hingga delapan belas tahun, ada di dalam brankas. Dia hanya perlu membuka satu hadiah secara berurutan setiap tahunnya.

Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Marco sudah buru-buru mengangguk.

"Terima kasih, Ibu. Aku mengerti."

Dia tidak percaya hadiah Ivana bisa mengabulkan keinginannya. Itu hanya lelucon yang dibuat orang dewasa untuk membodohi anak-anak saja.

Dia dengan santai meletakkan berkas di tangannya ke samping dan memandang Greta dengan tatapan penuh harap.

"Tante Greta, hadiah apa yang kamu persiapkan buat aku?"

Greta mencubit pipinya dengan lembut, lalu tersenyum, dan mengeluarkan hadiah yang telah disiapkannya.

Itu adalah tiga baju lengan pendek yang dipakai berpasangan. Ada foto mereka bertiga tercetak di bagian tengah baju itu.

"Ini foto yang diambil pas kita ke taman hiburan waktu itu. Aku bikin baju yang seragam buat kita. Marco, kamu suka nggak?"

"Wah!"

Marco berseru kaget. Dia dengan gembira mengambil baju lengan pendek itu dan memandanginya berulang-ulang. Dia sepertinya sudah tidak sabar untuk memakainya saat itu juga.

"Aku suka banget! Aku pasti memakainya besok, lusa, dan lusanya lagi!"

Fotografer yang disewa oleh Keluarga Leman kebetulan datang untuk mengambil foto bersama di pesta ulang tahun.

Mata Marco berbinar. Dia menarik lengan bajunya Jordi.

"Ayah, bagaimana kalau kita ganti baju ini dan foto sama Tante Greta?"

Jordi, yang selalu mengenakan pakaian formal, secara mengejutkan tidak menolak.

Setelah berganti pakaian, mereka bertiga tampak persis seperti keluarga yang harmonis.

Begitu tiba saatnya sesi foto formal, Jordi mengerutkan kening dan menatap Ivana, yang berdiri di samping sepanjang waktu.

"Kok nggak ikut foto bareng?"

Melihat mereka bertiga mengenakan pakaian yang sama, berdiri berdekatan tanpa celah, Ivana menggerakkan sudut mulutnya.

"Aku agak lelah. Kalian foto saja."

Jordi tidak terlalu memikirkannya dan menyuruh fotografer untuk mulai mengambil foto.

Greta dan Jordi berdiri di kedua sisi Marco.

Untuk memperoleh hasil pemotretan yang lebih baik, sang fotografer menginstruksikan keduanya untuk bergerak lebih dekat satu sama lain.

Greta dan Jordi bergerak sedikit demi sedikit hingga bahu mereka bersentuhan.

Keduanya terkejut secara bersamaan dan tanpa sadar saling memandang.

Tatapan mata Jordi yang biasanya acuh tak acuh menunjukkan sedikit kelembutan.

Rona merah muncul di pipi Greta.

Marco berdiri di sisi mereka. Dia memegang tangan mereka dan tersenyum gembira.

Para tamu di sekitar terus berbisik-bisik.

"Pertama, putranya membuat permintaan dan berharap perempuan lain menjadi ibunya, lalu mereka berfoto dengan memakai baju pasangan. Apa Nyonya Leman begitu toleran?"

"Kalian tahu apa? Pas di luar negeri dulu, hubungan Pak Jordi sama cinta pertamanya sangat baik. Pak Jordi melamarnya sebanyak 100 kali. Kalau bukan karena cinta pertamanya nggak mau nikah secepat itu, posisi Nyonya Leman nggak akan jatuh ke tangannya sekarang."

"Kalau begitu, wanita idaman Pak Jordi adalah cinta pertamanya. Sekarang cinta pertamanya sudah kembali ke tanah air. Kalian rasa bisa nggak…"

Mendengarkan diskusi di sekitarnya, Ivana tiba-tiba teringat adegan di mana Jordi melamarnya enam tahun lalu.

Tidak ada bunga, tidak ada cincin, bahkan tidak ada pengakuan cinta.

Hanya kalimat pendek: "Maukah kamu menikah denganku?"

Beberapa kata itu membuatnya memasuki pernikahan ini bagaikan ngengat pada api.

Bahkan, setelah menikah dan secara tidak terduga mengetahui masa lalunya dengan Greta, dia tetap melanjutkan pernikahan dengan berpegang pada keyakinan bahwa dialah istri sah dan Jordi pasti akan jatuh cinta padanya.

Butuh waktu enam tahun baginya untuk menyadari bahwa hati yang sudah ditempati perempuan lain tidak bisa dihangatkan lagi.

Tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia akan kalah total begitu orang yang dalam hati Jordi muncul.

Melihat tatapan Jordi yang tertuju pada Greta, Ivana tertawa kecil.

Untungnya, pernikahan yang seharusnya tidak pernah dimulai ini akan segera berakhir.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 22

    Hujan di musim kemarau datang tanpa diduga.Jordi dan Marco yang berdiri di luar pintu, basah kuyup oleh hujan deras."Ayah." Suara Marco dipenuhi kepanikan yang tak berujung. "Ibu sungguh nggak menginginkan kita lagi?"Jordi memejamkan matanya. Hatinya sudah berdarah sejak tadi.Dia tahu, dia tidak bisa menipu putranya lagi. Dia juga tidak bisa menipu dirinya sendiri.Ivana… benar-benar tidak menginginkan mereka lagi.…Keesokan paginya, Ivana sudah tiba di depan pintu rumah Kevin.Begitu pintu terbuka, Ririn langsung menghambur ke pelukannya. Gadis kecil itu memeluknya erat dan enggan melepaskannya."Ibu, akhirnya kamu datang juga."Kevin diam-diam menghela napas lega. Dia bersandar di kusen pintu sambil memperhatikan mereka."Dia sudah bangun jam lima pagi dan terus berjaga di depan pintu."Ivana mencium pipinya dan berkata dengan nada bersalah, "Maaf, Ririn. Pesta ulang tahunmu jadi hancur tadi malam.""Tapi kamu tenang saja. Ibu bakal bawa kamu ke taman hiburan hari ini biar kamu

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 21

    Mendengar itu, tangisan Marco makin menjadi-jadi. Wajahnya dibanjiri air mata.Hati Jordi makin tenggelam.Meski putranya menangis tersedu-sedu, Ivana sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda tersentuh. Apa dia masih mau kembali bersama mereka?Setelah sekian lama, akhirnya dia berbicara dengan susah payah. Nadanya penuh penyesalan."Ivana, aku nggak pernah berpikir untuk bercerai denganmu.""Greta hanyalah temanku. Setelah kamu pergi, aku baru tahu dia berbohong dan memfitnahmu selama ini. Aku sudah memutuskan hubungan dengannya. Dia nggak akan pernah muncul di hadapan kita lagi. Ikut kami pulang ke rumah ya?"Ivana menggelengkan kepalanya dengan tenang. Suaranya diwarnai nada dingin."Jordi, kamu tahu nggak, seperti apa kehidupan yang akan kujalani kalau aku nggak meninggalkan Keluarga Leman?""Putraku menginginkan wanita lain untuk jadi ibunya. Suamiku juga pilih kasih sama wanita lain. Aku sendirian di vila kosong itu. Kurasa, nggak lama lagi, aku bakal gila."Jordi membuka mulutn

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 20

    Mendengar itu, Marco memeluk Ivana lebih erat lagi. Air mata yang menggenang di kelopak matanya pun terjatuh.Hati Jordi juga bergetar."Ivana…"Mereka baru sekeluarga. Kenapa dia tidak mau ikut mereka pulang?Ivana tidak memandangnya. Dia hanya berkata dengan Ririn, "Ibu ada urusan hari ini. Ririn balik sama Ayah dulu ya?""Sebagai tebusannya, bagaimana kalau besok aku ajak Ririn ke taman hiburan karena ulang tahunmu diganggu malam ini?"Meski hati Ririn dipenuhi dengan kegelisahan, takut Ivana akan pergi jika dia melepaskannya, dia selalu patuh dan bijaksana, jadi dia pun mengangguk."Ibu nggak boleh bohongi aku."Kalau didengar secara saksama, suaranya sedikit bergetar.Hati Ivana luluh. Dia pun membuat janji kelingking dengannya."Ibu nggak bakal ingkar janji. Ririn sudah tenang sekarang, 'kan?"Ririn dengan enggan melepaskan lengan baju Ivana, lalu memeluk leher Kevin dan membenamkan kepalanya di dada pria itu. Dia berkata dengan suara teredam, "Kalau begitu, Ririn tunggu Ibu di r

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 19

    Setelah menerima ceramah panjang dari Tuan Besar Idrus.Jordi merenungkan tindakannya sejak Greta kembali ke tanah air.Di hari ulang tahun Ivana, mereka malah pergi menangkap kecoak untuk Greta. Mereka juga mengambil foto bersama dengan mengenakan baju pasangan...Saat ini, Jordi akhirnya menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.Perkataan dan tindakannya-lah yang membuat Marco, yang baru berusia lima tahun itu, ingin Greta menjadi ibunya.Dia gagal memenuhi perannya sebagai suami dan gagal memberikan contoh yang baik sebagai ayah.Setelah Pak Samuel berhasil melacak keberadaan Ivana, dia langsung membawa Jordi bergegas ke sana.Ayah dan anak itu telah menyadari kesalahan mereka. Mereka juga ingin meminta maaf kepada Ivana.Saat berdiri di pintu masuk kafe, Jordi tampak sangat gugup.Marco mencengkeram lengan baju Jordi erat-erat. Wajahnya juga menampakkan kegelisahan."Ayah, apa Ibu mau memaafkan kita?"Jordi tidak tahu.Memikirkan surat perjanjian cerai yang telah ditandatangani

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 18

    Sejak itu, Ririn selalu datang ke kafe Ivana setiap hari.Ivana juga tahu kalau Kevin menjadi seorang guru sekarang. Pria itu sibuk mengajar di pagi harinya.Ririn dulu selalu sendirian di rumah.Sekarang, Ririn tidak perlu sendirian lagi karena dia sudah punya Ivana.Saat ada pelanggan datang ke kafe, Ririn tidak lagi berdiam diri di sudut seperti sebelumnya. Dia akan berinisiatif mengambilkan menu dan menanyakan apa yang ingin dipesan. Sementara, Ivana akan membuat kopi dan hidangan penutup di belakang.Kevin selesai bekerja bertepatan dengan saat kafe hendak tutup.Mereka akan mengajak Ririn berjalan-jalan di sepanjang sungai bersama.Di saat langit bersinar terang dengan warna matahari terbenam, Ivana pun berpamitan dengan mereka berdua dan mau pulang ke rumah. Namun, Ririn tiba-tiba menarik pakaiannya.Dia berkata dengan nada ragu-ragu, "Ibu, mau nggak…"Berbicara sampai setengah, Ririn pun menatap Kevin dengan mata memelas.Pria itu menggelengkan kepalanya."Ririn harus berani. A

  • Ketika Kabut Tersingkap, Hatinya Mengabur   Bab 17

    Ririn baru berusia empat tahun. Ini merupakan usia di mana dia paling bergantung pada orang tuanya.Oleh karena itu, meski mendengar Kevin mengatakan Ivana bukanlah ibunya, dia tetap ingin mendekatinya dan memanggilnya 'Ibu'.Ivana segera memeluknya dan menepuk punggung Ririn sambil membujuknya dengan lembut.Sejak Marco lahir, dialah yang merawatnya secara pribadi.Meski Marco telah beranjak dewasa, keterampilannya dalam membujuk anak-anak belumlah luntur.Ada ekspresi terkejut yang melintas di mata Kevin.Sejak orang tuanya Ririn meninggal dunia, dia menjadi pendiam dan tidak suka berinteraksi dengan orang asing.Ini pertama kalinya Ririn begitu dekat dengan seseorang.Setelah Ririn tertidur, Ivana khawatir menyerahkannya kepada Kevin akan membangunkannya, jadi dia menawarkan untuk menggendong Ririn kembali ke rumah mereka.Begitu sampai di depan pintu, dia baru menyadari bahwa mereka tinggal di kompleks yang sama dengannya.Setelah membaringkan Ririn di tempat tidur dengan hati-hati

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status