Beranda / Romansa / Ketika Kamu Menjadi Aku / 3. Mustahil Namun Nyata

Share

3. Mustahil Namun Nyata

Penulis: Mochichi26
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 21:19:27

Tangan dengan sarung tangan putih kini mencoba untuk membersihkan luka yang diperkirakan berada di sekitar sumbernya. Seseorang yang baru saja datang berbisik kepada dokter itu. "Katanya, pasien ini baru saja terkena tembakan."

Dokter tersebut mengangguk dan kembali membersihkan sisa-sisa darah. Kalau begitu, mereka harus segera melakukan operasi untuk mengangkat peluru di daerah sekitar jantung.

Tetapi, tunggu ada yang aneh. "Bagian mana yang terkena tembakan?"

"Daerah jantung."

Alis sang dokter berkerut bingung. Ia mencoba menelusuri dengan tangannya, siapa tahu lukanya tidak terlihat--meski seharusnya terlihat. Namun, ternyata tidak ada kulit yang terasa bolong. Sumber lukanya pun menghilang. "Apakah dia benar-benar ditembak?"

Di sisi lain, masih ada Anna yang jatuh pingsan. Karena dia tidak memiliki luka selain di kedua telapak tangan, maka dia hanya dirawat untuk satu malam saja. Salah satu asisten rumah tangga mengajukan diri untuk mengawasi Anna sampai diperbolehkan untuk pulang.

Melihat bagaimana kondisi Anna yang mengenaskan, wajah pucat pasi, riasan yang sudah berantakan karena air mata, bibir dengan polesan lipstik yang masih tahan namun sudah sedikit tercoret akibat diusap kasar. "Dari wajah saja sudah terlihat bahwa Bu Anna tidak baik-baik saja. Tetapi, kenapa yang lain masih berpikir itu disengaja demi mencari perhatian Pak Raden?"

Jika ingin mencari perhatian sang suami, maka Anna tidak mungkin memiliki tekad untuk membunuh Raden. Itu akan merugikan diri sendiri.

Saat ia sedikit melamun, pintu kamar rawat diketuk. Kemudian pengawal Anna, Sahir, masuk untuk memberitahu sesuatu. "Apa kamu tahu pistol Bu Anna ada di mana?"

"Tentu saja di kamar."

"Saya sudah cari di semua sisi, bahkan asisten yang lain sudah membersihkan kembali kamarnya, tapi tetap kita tidak menemukan pistolnya."

"Jadi, maksudmu pistolnya hilang?"

"Iya. Juga saya sempat menerima laporan sebelum ke sini. Kata dokter, tidak ditemukan bekas peluru di tubuh Pak Raden sama sekali."

*****

Bagi Raden, PT. Kusuma Jaya bukan sekadar bisnis turunan dari sang keluarga. Dia sudah menganggap bahwa perusahaan itu adalah sebagian dari hidupnya. Bukan berarti dia gila harta, namun sejak kebakaran yang menghabisi keluarganya, hanya perusahaan itu yang dia punya.

Sejak dahulu, Raden tidak pernah memiliki apa pun. Dia menjadi anak yang tersingkirkan dari ketiga saudara lainnya. Orang tuanya tidak pernah menatap dia dengan benar. Meski begitu, Raden patut bersyukur dia masih bisa tinggal di rumah orang tuanya walaupun harus tinggal bersama pembantu lain.

Ketika kebakaran tersebut terjadi, tidak ada lagi yang tersisa di dirinya. Orang tuanya dan ketiga saudara yang tinggal di bagian utama meregang nyawa dan tidak bisa diselamatkan. Raden yang saat itu berumur tujuh tahun dititipkan ke panti asuhan. Berkat panti asuhan tersebut, Raden masih mampu untuk melanjutkan sekolahnya sampai sepuluh tahun kemudian.

Kala ia berhasil mendapatkan KTP sendiri, muncul seorang kerabat setia Ayahnya, Aditya Widaya. Sejak kebakaran terjadi, Aditya dengan cekatan mengambil alih dan mempertahankan perusahaan tersebut. Sesuai dengan rencana awal, ketika Raden sudah legal, maka dia akan memegang kembali perusahaan keluarganya.

Di situlah Adit membawa Raden kembali ke kehidupan mewah dan menyekolahkannya di bidang teknik dan bisnis. Di umur 21, Raden sepenuhnya memegang PT. Kusuma Jaya di bawah pengawasan Adit.

Membawa PT. Kusuma Jaya kembali seperti sedia kala sangat tidak mudah. Usaha Adit pun belum berhasil mebbawa PT. Kusuma Jaya ke kejayaannya. Di saat itu salah satu rivalnya, PT. Setia Abadi terus mengungguli dunia alat mesin berat.

Raden yang melalui banyak percobaan, kesalahan, kemenangan, dan lain-lain akhirnya mulai benar-benar membangkitkan PT. Kusuma Jaya.

Namun, ketika ia sudah berada di titik stabil yang tinggi, justru ia dibunuh oleh istrinya sendiri. Apakah semua perjuangannya akan berakhir di sini? Apakah pada akhirnya keluarga Setiawan beserta PT. Setia Abadi akan kembali menang dengan cara kotor seperti ini?

"Jari Pak Raden bergerak! Tunggu, beliau juga berkedip-kedip!" seru seseorang. Didengar dari bentuk suara, yang berseru barusan adalah perempuan. Siapa itu?

Kedua kelopak mata itu terbuka. Sesekali berkedip-kedip karena tidak terbiasa dengan cahaya.

Kamar putih, penuh dengan mesin, dan bau khas antiseptik. Tebakannya berkata ini adalah rumah sakit. "Ergh...." erang Raden ketika mencoba menggerakkan tangan atau badannya yang lain.

Dua suster beserta satu dokter datang. Dokter memeriksanya dengan fokus. "Bagaimana perasaan Bapak?"

Huh? Bapak? "Aduh...." Tiba-tiba keningnya terasa sakit. Sepertinya dia terlalu lama tertidur.

"Apakah ada yang terasa sakit?"

"Kepala, tangan ... Tunggu." Wajah Raden membeku ketika menyadari sesuatu. "Aah ... Tes ... Satu ... Dua ... Kok suara Raden yang keluar?!"

Kebingungan dengan Raden yang bertingkah seperti itu, Dokter kembali menegur. "Pak? Apakah--"

Mata Raden tidak lagi tampak lesu, melainkan sangat tegang dan menatap dokter dengan was-was. "Saya bukan Raden, saya adalah Anna."

"Anna? Siapa itu?"

Asisten yang ada di pojok kamar segera menyahut. "Bu Anna adalah istri Pak Raden."

Melihat bagaimana reaksi Raden yang malah tersentak dan histeris sendiri, kedua perawat langsung menahannya. Saat ini Raden terlalu agresif ingin berdiri padahal kondisinya masih tidak memungkinkan. Memang meski tidak ditemukan peluru, anehnya tubuh Raden bertindak seakan tertembak sungguhan sehingga lelaki itu harus dirawat secara intensif.

"Saya bukan Raden," ulangnya sekali lagi sebelum jatuh tertidur akibat obat penenang yang disuntikkan.

Di ujung, sang asisten hanya bisa menutup mulut dengan tangan. Baru kali ini dia melihat sosok Raden yang tidak bisa dikendalikan. Apalagi dia menyebut nama Anna berkali-kali.

*****

"Ini tidak nyata, kan?" Suara wanita itu terdengar lebih rendah dibanding biasanya. Jari-jarinya bergerak menyentuh mukanya. Dari pipi ke bibir, kemudian hidung dan mata. Lalu mencoba melihat rambut panjangnya sendiri. "Aku ... di tubuh Anna?"

Tidak seperti Raden yang sempat bertingkah agak gila karena keanehan ini, Anna lebih santai namun terus berkaca sambil mencoba memikirkan apa yang terjadi.

"Terakhir kali aku ditembak, tapi aku malah sadar di ruang inap biasa. Juga ... tubuh Anna? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Saat ia berbalik, ia menunjuk seorang asisten. "Hei kamu!"

Aura Anna yang berbeda membuat ruangan itu lebih tegang. Ketika dia menunjuk, asisten yang dipanggil merasa jantungnya nyaris melompat keluar. Ia merespon dengan terbata-bata, "Sa, saya?"

"Iya."

"Tampar aku."

"Apa?"

Bukankah itu perintah yang sangat kurang ajar jika sang asisten sungguhan melakukannya? "Mana mungkin saya bisa melakukannya. Pak Raden pasti marah."

"Pak Raden tidak akan marah," sahut Anna dengan tegas. Karena yang di dalamnya adalah Raden, maka secara otomatis Raden yang menyuruh asisten itu untuk menampar tubuh Anna. "Cepat lakukan atau saya akan memecat kamu."

Asisten itu tetap bergeming. Dia tidak begitu takut dengan ancaman tersebut. Sepengetahuannya, yang bisa memecat pekerja rumah hanya Raden saja.

Sialan, kesal Raden dalam batin. Karena dia berada di tubuh Anna, ancaman atau perintahnya jadi tidak didengarkan. "Cepat lakukan!"

"B-baik, Bu. Tetapi, jangan beritahu--"

"Sekarang lakukan saja dulu!"

Plak! Satu tamparan yang ternyata cukup keras mendarat di pipi mulus Anna. Ketika ia mencoba membuka mata dan mengerjap-ngerjap, jiwa Raden sadar bahwa ia sungguhan berada di tubuh Anna. Satu lagi, hal ini juga nyata adanya. "Sekarang tubuhku, maksudku Raden, ada di mana?"

"Tidak bisa!" seru asisten tersebut. "Anda sudah menembak Pak Raden, jadi anda tidak boleh--"

"Siapa kamu sampai melarang saya menemui suami saya sendiri?!" Suara Anna melengking sampai orang di luar ruangan dapat mendengar. Asisten-asisten tersebut terpaksa membawa wanita itu untuk menemui Raden karena Anna mengeraskan suara dan bertingkah menyeramkan.

Setelah naik lift dan menyusuri lorong, tibalah mereka di depan pintu ruang rawat Raden. Tanpa mengetuk, dia masuk begitu saja. Ketika mendapati tubuhnya masih terbaring di atas ranjang, bulu kuduknya berdiri.

Begini kah rasanya keluar dari tubuh sendiri?

"Bagaimana kondisinya?" tanya Anna langsung pada orang yang berjaga sejak tadi.

"Pak Raden sempat terbangun, tapi kondisinya tidak stabil," jawab seorang pengawal.

Tidak stabil? "Maksudnya?"

"Pak Raden berkata bahwa ia bukan Pak Raden, melainkan Bu Anna." Kulit Anna merinding ketika mendengar itu. "Lalu Pak Raden berusaha untuk bangun, padahal kondisinya masih tidak memungkinkan. Karena itu, dokter menyuntikkan obat penenang dan sampai saat ini Pak Raden belum bangun lagi."

Dia tidak lanjut membalas lagi, tapi mata cokelat Anna menatap tubuh Raden penuh perhatian. Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan terhadap tubuhku, Anna? Kenapa kamu senang sekali membuat kesusahan, bahkan hal yang mustahil pun bisa terjadi?

Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain duduk diam di kursi dan mengawasi tubuhnya sendiri.

Bagaimana ini? Ia rasa kondisi tertukar tubuh lebih buruk dibanding meninggal karena ditembak sang istri.

[Bersambung]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   124. Telah Selesai

    Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   123. Akhir Yang Baik

    Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   122. Dampak

    Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   121. Kisah Lama

    "Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   120. Akhirnya Tertangkap

    Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   119. Partner yang Bisa Diandalkan

    Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   118. Pembicaraan Sengit

    "Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   117. Cek CCTV

    Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s

  • Ketika Kamu Menjadi Aku   116. Surat Panggilan

    Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status