Share

Bab 7. Wanita Dari Masalalu Deva

Bab 7. Wanita Dari Masalalu Deva

Alisya segera menyapu seluruh ruangan café dengan netra. Benar saja, sepasang mantan suami istri sedang bercengkrama di sudut sana. Sonya.

Sesaat Alisya membeku di posisi berdirinya. Serasa tak percaya dengan apa yang disaksikan olehnya saat ini. Deva suami yang begitu dia percaya, ternyata menemui wanita lain di belakangnya. Lebih mengagetkan lagi karena wanita itu ternyata Sonya.

Wanita dari masalalu suaminya. Apa artinya ini? Jadi, tadi malam yang Deva sempat salah sebut nama itu benar adanya? Bahwa ternyata memang sudah ada nama Sonya di hatinya? Kenapa? Bagaimana bisa wanita itu kembali hadir di hati Deva? Bukankah Deva sangat membenci Sonya?

Alisya menatap lekat keduanya. Mata elang Deva terlihat begitu intens memandang wajah Sonya. Penampilan Sonya yang berubah setelah keluar dari penjara sepertinya mampu menggetarkan hati Deva.

Sonya terlihat makin muda, persis seperti gadis belia. Rambut panjangnya dicat dengan warna yang  serasi dengan warna kulit eksotisnya. Fostur tubuh ideal, ramping tetapi padat berisi. Dada dan bokong terlihat begitu montok menggoda.

Akankah Deva juga tergoda? Kenapa tatapannya tak lepas dari wajah Sonya, bahkan beberapa kali kepergok mata Alisya, kalau mata Deva mencuri pandang tepat ke dada Sonya. Sakit. Alisya merasakan ada yang sakit di dalam hatinya. Cemburu? Tentu saja.

Biar bagaimanapun, Sonya adalah wanita yang pernah ada di dalam hidup Deva. Sonya pernah menjadi bagian dari hidup Deva. Sonya pernah mengisi relung hati suaminya. Mereka pernah bersama, hidup bareng, dan tentu saja tidur bersama.

Apakah saat ini Deva tengah membongkar memori  akan kenangan saat bersama Sonya? Apakah dia tengah mengingat semua keindahan yang pernah mereka rengkuh berdua? Apakah dia tengah membandingkan kenikmatan saat bersama Sonya dengan saat bersama Alisya?

Alisya menatap dirinya melalui pantulan dinding kaca cafe. Memindai penampilannya sendiri lalu membandingkan dengan Sonya. Gaun sederhana yang melekat di tubuhnya, model rambut yang asal diikat ke belakang saja. Polesan make up sederhana, hanya sapuan bedak sekedar dan lipstick  tipis di bibir.

”Astaga! Teryata aku sudah begitu tua? Lima tahun pernikahan dengan Mas Deva, kok aku sudah berubah sedemikian kusamnya? Aku terlihat seperti wanita usia lima puluhan saja,” gelisah Alisya membatin.

Tetapi, Alisya sangat yakin dan percaya, Deva bukan seorang pria yang silau akan penampilan. Deva mencintainya apa adanya. Deva mencintai Alisya dengan hati,  Deva mencintai hati Alisya, bukan fisik Alisya.

Deva tak akan pernah berpaling hanya karena penampilan Sonya yang sekarang sudah begitu berubah setelah keluar dari penjara.  Alisya percaya itu.  Wanita itu sibuk menguatkan dirinya. Mencoba menanamkan kepercayaan lagi setelah sempat goyah beberapa saat lalu.

Tetapi, hatinya kembali resah. Prasangka buruk kembali mengaduk benak.  Jika memang Deva tak akan pernah goyah, kenapa Deva mau menemui Sonya? Alisya harus selidiki ini.  Wanita itu lalu berjalan masuk dengan hati-hati. Mencari posisi yang tidak terlalu jauh dari meja Deva dan Sonya. Menajamkan pendengaran, mencoba mencuri dengar apa yang sedang mereka obrolkan.

“Jadi bagaimana dengan Tasya, Mas? Kulihat dia sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik?” ucap Sonya setelah menyeruput kopi yang sudah mulai menghangat.

“Ya, Tasya sangat cantik,  persis seperti kamu,” jawab Deva juga menyeruput kopinya.  Tatapannya tak jua lekang dari wajah Sonya. Masih juga sesekali mencuri pandang ke arah dada wanita di depannya. Dress dengan leher rendah yang sedang dikenakan Sonya, membuat tonjolan di bagian dada itu memperlihatkan parit pembatas keduanya. Siluet yang mengajak angan pria yang menatapnya akan mengembara.

Alisya menelan saliva yang terasa begitu pahit.  Perbuatan mencuri pandang ke dada perempuan lain bukanlah watak suaminya. Biasanya Deva begitu tinggi menjaga harga dirinya. Selalu berpaling dengan angkuhnya bila ada perempuan murahan yang menggoda di depannya. 

Lalu, kenapa sikapnya pada Sonya berbeda? Kenapa kali ini Deva melakukannya? Kenapa Deva berubah. Apakah karena Deva pernah menyentuh semua yang ada pada diri Sonya? Sengajakah Sonya mengingatkan hal itu pada Deva? Alisya tak habis pikir. Ludah yang dia telan serasa bagai empedu. Netra sedihnya  kembali fokus memindai pemandangan di meja Deva dan Sonya.

“Aku, hehehe … aku cantik, dong, ya? Tapi sayang, dianggurin,”  sindir Sonya mempermainkan jemari di bibir mug kopinya.

“Kenapa kamu mau nganggur, nikah lagi, dong, biar tidak dianggurin!” sahut Deva tersenyum di kulum.

“Memangnya aku kayak Mas Deva, dengan gampangnya memindahkan hati buat wanita lain.”Sonya mengerucutkan bibir.

“Menurut kamu siapa yang salah? Aku atau kamu? Tapi, kenapa kita membahas ini lagi, ya? Aaah, lupakan saja!” Deva mengibaskan tangannya pelan seraya menegakkan tubuh di sandaran kursi santainya.

“Gak apa-apa, dong dibahas. Toh kita juga sudah sering bahas ini melalui chat, iyakan?”

Alisya tersentak. Kini dia tahu, ternyata Deva dan Sonya sudah sering juga berbalas chat. Jangan-jangan tadi malam juga Sonya, teman Deva teleponan. Atau bahkan setelah puas berbincang mesra dengan Sonya, lalu Deva melampiaskannya dengan menggunakan tubuh Alisya? Itu sebab Deva menyebut nama Sonya saat dia sudah mencapai klimaksnya?

“Astaga!” jerit Alisya dalam hati.  Wanita itu merasakan kepalanya sakit tiba-tiba. Tapi dia harus tetap fokus mendengarkan pembicaraan sepasang mantan suami istri itu, kalau mau tahu segalanya.

“Salah sendiri kenapa kamu selingkuh dulu. Coba saja kamu setia, pasti kita tak pernah berpisah,” sesal Deva. Suaranya terdengar seolah sangat menyayangkan. Hati Alisya makin sakit mendengarnya.

“Aku gak selingkuh, aku hanya mau manas-manasin. Habisnya,  waktu itu Mas cuek banget, gak perhatian sedikitpun ke aku,” bantah Sonya.

“Tetap aja itu namanya selingkuh, kamu jalan dengan laki-laki lain, lho!”

“Cuma jalan, gak lebih! Kami gak pernah sampai tidur bareng. Aku bukan perempuan murahan.  Buktinya, Mas sendiri mengakui, kan, kalau aku masih perawan saat kita nikah dulu. Bahkan Mas ngaku, baru sekali itu ngerasain yang namanya wanita masih perawan. Aku udah persembahkan hidup aku buat Mas Deva. Aku jaga diri aku benar-benar dari sentuhan laki-laki lain. Bahkan setelah kita berceraipun, aku tetap setia. Tapi, lihat balasan yang Mas Deva perbuat ke aku! Mas dengan gampangnya menikahi perempuan lain. Janda lagi!”

“Maaf, Sonya, kita ke sini tidak untuk bahas hal itu, kan? Kamu udah janji kita hanya akan bahas tentang Tasya, putri kita.”

“Ya, tapi hal ini juga  harus  kita bicarakan, Mas! Aku ‘kan udah bilang kalau aku mau kita rujuk lagi!”

“Untuk rujuk, sepertinya aku belum bisa, maaf!”

“Belum? Artinya masih ada harapan, kan?”

“Entahlah.”

“Kenapa Mas Deva ragu? Aku toh tidak menuntut Mas menceraikan Alisya! Aku hanya meminta kita rujuk, nikah siri juga tidak apa-apa. Demi Tasya putri kita, Mas! Demi aku juga. Aku cinta sama Mas Deva. Lihatlah diriku! Aku berusaha cantik seperti ini, maksudku hanya untuk Mas saja! Aku milik kamu, Mas! Aku gak mau nikah dengan orang lain. Aku milik Mas Deva! Kita nikah, ya, Mas! Tolong miliki aku!” Sonya merengek seraya meneteskan air mata.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status