Share

Bab 2 - Stepbrother

last update Huling Na-update: 2025-03-30 10:57:42

Ucapan Victor menggantung di udara, menciptakan gelombang ketegangan yang langsung menjerat Vella.

“Kau tidak penasaran kenapa kariermu tiba-tiba merosot setelah kita putus?”

Dunia Vella seakan berhenti sejenak. Napasnya tercekat, dan untuk sesaat, ia tidak bisa berkata apa-apa.

Victor masih menatapnya, menikmati keterkejutannya seperti seseorang yang dengan sengaja menjebak mangsanya.

“Apa maksudmu?” Vella akhirnya berhasil membuka suara, meskipun suaranya terdengar lebih lemah dari yang ia harapkan.

Victor mengangkat bahu dengan santai, seolah pertanyaannya barusan bukanlah sesuatu yang besar. “Aku hanya bertanya. Bukankah itu hal yang menarik? Kau dulu cukup menjanjikan sebagai model. Lalu, tiba-tiba agensimu memutus kontrak. Iklan-iklan yang seharusnya menampilkan wajah cantikmu tiba-tiba memilih model lain. Bahkan beberapa perusahaan yang dulu sangat ingin bekerja sama denganmu… berubah pikiran.”

Vella merasakan darahnya mengalir dingin. Dia ingat semua itu dengan jelas.

Setahun lalu, setelah memutuskan hubungan dengan Victor, semuanya mulai berubah tanpa ia sadari. Pada awalnya, ia berpikir itu hanya kebetulan—dunia industri hiburan memang kejam dan penuh persaingan. Tapi sekarang, mendengar cara Victor mengatakannya…

Apakah semua itu bukan kebetulan?

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.” Vella mencoba mengendalikan ekspresinya. “Dunia ini memang sulit. Tidak semua orang bisa bertahan.”

Victor tersenyum kecil, tetapi tatapan matanya berkata lain. “Ya, itu benar. Tapi beberapa orang hanya perlu sedikit… bantuan untuk jatuh.”

Jantung Vella berdetak semakin cepat.

Tidak, ini tidak mungkin. Dia tidak mungkin...

Victor melangkah lebih dekat, membuatnya semakin terhimpit oleh aura mengintimidasi pria itu. “Aku penasaran, Vella,” bisiknya pelan. “Saat semua itu terjadi… kau tidak pernah curiga sedikit pun?”

Vella menegakkan punggungnya, menolak untuk terlihat lemah. “Kalau kau mencoba mengatakan bahwa kau ada hubungannya dengan itu—”

Victor tertawa kecil, tetapi ada sesuatu yang menyeramkan dalam suaranya. “Aku hanya bertanya.” Ia menatap matanya dalam-dalam, seakan menikmati bagaimana pikirannya mulai kacau.

Vella ingin menjauh. Ia ingin berbalik dan melupakan semua ini. Tapi sebelum ia bisa melangkah, Victor melanjutkan dengan nada yang lebih rendah, lebih mengancam.

“Tapi aku senang melihatmu di sini, Vella. Sepertinya takdir masih ingin kita bertemu.”

Vella mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, berusaha menahan gemetar yang merayap di ujung jemarinya.

Takdir?

Atau ini memang sesuatu yang telah direncanakan Victor sejak awal?

Sebelum ia bisa mengatakan apa pun, seseorang memanggil Victor dari kejauhan. Seorang pria paruh baya dengan setelan mahal—ayah tiri Vella.

“Oh, Victor! Aku tidak tahu kau akan datang.”

Victor menoleh, kembali menampilkan senyum yang lebih ramah. “Aku tidak bisa melewatkan pernikahan penting seperti ini.”

Ayah tiri Vella menepuk bahu Victor dengan akrab, sebelum menoleh ke arah Vella. “Kau sudah bertemu Victor, kan? Dia adalah anakku… dan sekarang, dia secara teknis adalah saudara tirimu.”

Dunia Vella terasa semakin runtuh.

Saudara… tiri?

Victor menatapnya lagi, senyumnya semakin lebar—senyum yang membuat darahnya berdesir tidak nyaman.

“Senang bisa menjadi bagian dari keluargamu, Vella.”

Darahnya seakan berhenti mengalir saat ia menatap Victor, mencari tanda-tanda bahwa ini hanya lelucon buruk. Tapi pria itu hanya tersenyum kecil—senyum yang tidak pernah benar-benar hangat, senyum yang menyimpan sesuatu di baliknya.

Vella ingin mengatakan sesuatu, apa pun, tetapi tenggorokannya terasa kering.

“Oh, kalian sudah saling mengenal?” Ayah tirinya terkekeh, tampak tidak menyadari ketegangan di antara mereka. “Bagus, bagus. Aku memang berharap kalian bisa akrab.”

Victor menatap Vella tanpa mengalihkan pandangannya. “Tentu saja. Aku dan Vella… punya sejarah panjang.”

Vella mengepalkan jemarinya, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar tak karuan. Tatapan Victor membuatnya merasa seolah ia sedang terperangkap dalam permainan yang tidak bisa ia kendalikan.

“Aku tidak tahu kalau kau adalah anak dari rekan bisnis ayahku,” kata Vella akhirnya, suaranya berusaha terdengar stabil meski ada sedikit getaran.

Victor tersenyum. “Ada banyak hal yang tidak kau tahu, Vella.”

Sebelum Vella bisa membalas, seseorang mendekat—seorang wanita dengan gaun merah menyala dan riasan sempurna. Wajah yang sangat dikenalnya.

Chloe Laurent.

Model papan atas, wajah favorit merek-merek mewah, dan yang paling penting… wanita yang secara tidak langsung menghancurkan kariernya.

“Victor.” Chloe menyentuh lengan Victor dengan cara yang terlalu akrab. “Aku sudah mencarimu.”

Tatapan Vella mengeras. Ia ingat dengan jelas bagaimana Chloe merebut proyek-proyek yang seharusnya menjadi miliknya setahun lalu. Wanita itu selalu satu langkah di depan, seolah ada kekuatan yang tidak terlihat yang terus mendorongnya ke atas—dan kini, melihatnya di sini, berdiri di samping Victor…

Sebuah kemungkinan menakutkan muncul di benak Vella.

Apakah semua ini berkaitan?

Apakah Victor yang membantu Chloe naik, sementara ia jatuh?

“Ah, Chloe,” Victor menoleh padanya dengan santai, tetapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang dingin. “Sepertinya kau sudah bertemu dengan Vella, bukan?”

Chloe tersenyum tipis, tatapannya menilai dari ujung kepala hingga kaki. “Tentu saja. Kami pernah bekerja bersama… dulu.”

Dulu. Sebelum semuanya berantakan.

Vella menguatkan dirinya. Ia tidak boleh terlihat lemah. Tidak di depan Victor. Tidak di depan Chloe.

Victor menatap Vella dengan penuh arti. “Dunia ini kecil, ya?”

Vella mengangkat dagunya sedikit, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh. “Ya. Dan penuh kejutan.”

Victor tersenyum. “Oh, ini baru permulaan, Vella.”

Victor mengucapkannya dengan nada santai, seolah kata-kata itu tidak membawa ancaman terselubung. Tapi Vella tahu lebih baik—ia tahu bahwa pria itu tidak pernah mengatakan sesuatu tanpa maksud tertentu.

Chloe masih berdiri di samping Victor, tangannya melingkar di lengan pria itu dengan kepemilikan yang jelas. Senyum di wajahnya terlihat manis, tetapi sorot matanya berbicara lain.

"Jadi," Chloe memiringkan kepalanya sedikit, ekspresinya penuh rasa ingin tahu yang dibuat-buat. "Setelah sekian lama, akhirnya kau kembali ke dunia ini, Vella?"

Vella merasakan rahangnya mengeras. Ia tahu Chloe sedang mengujinya, mencoba mencari celah untuk merendahkannya.

"Aku tidak pernah benar-benar pergi," jawab Vella, suaranya tetap tenang.

Chloe tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan anggun. "Tentu saja. Tapi… dunia ini berubah begitu cepat, kau tahu? Model-model baru bermunculan setiap saat, dan industri ini hanya menerima mereka yang bisa bertahan."

Vella tahu maksud terselubung di balik kata-kata itu. Chloe ingin mengatakan bahwa tempatnya sudah tergantikan. Bahwa ia sudah dilupakan.

Sebelum Vella bisa membalas, Victor berbicara, matanya masih terkunci padanya. "Tenang saja, Chloe. Aku yakin Vella masih memiliki tempat di dunia ini… jika dia tahu bagaimana cara bertahan."

Ada sesuatu dalam cara Victor mengatakannya yang membuat Vella merasakan perutnya mengencang.

"Dan kau tentu tahu caranya, bukan, Vella?" lanjut Victor. "Kau sudah pernah merasakannya sebelumnya—bagaimana rasanya kehilangan segalanya."

Vella menegang. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar keras, tetapi ia menolak untuk menunjukkan kelemahannya. Ia menatap langsung ke mata Victor, berusaha mencari jawaban di sana.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Victor?" tanyanya akhirnya.

Victor tersenyum kecil, mengangkat gelas sampanye yang dipegangnya. "Aku hanya ingin menikmati malam ini. Merayakan pernikahan keluarga kita."

Keluarga. Kata itu terasa begitu salah keluar dari mulutnya.

"Tapi tentu saja," lanjut Victor, "kita akan sering bertemu mulai sekarang. Sebagai saudara… tentu aku harus memastikan kau baik-baik saja."

Dingin menjalar di punggung Vella. Ia tahu ini bukan sekadar peringatan. Ini janji.

Victor tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan.

Dan kini, ia kembali ke dalam hidupnya.

Bukan sebagai mantan kekasih.

Tapi sebagai saudara tirinya.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 3 - Terjebak

    Vella berjalan keluar dari ballroom dengan langkah cepat, membiarkan suara pesta yang masih bergema di belakangnya perlahan menghilang. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, pikirannya kacau.Victor.Pria itu bukan hanya kembali, tetapi kini memiliki tempat yang tidak bisa dihindari dalam hidupnya. Saudara tiri? Seperti lelucon buruk yang diciptakan semesta untuk mengurungnya kembali dalam jeratan masa lalu.Ia butuh udara.Mendorong pintu balkon yang terbuka, Vella menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Udara malam yang dingin menyentuh kulitnya, sedikit memberikan ketenangan.Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik."Apa kau melarikan diri dariku, Vella?"Suara itu membuat tubuhnya menegang.Vella menutup matanya sejenak sebelum berbalik. Victor berdiri di ambang pintu balkon, memandangnya dengan ekspresi santai, tetapi matanya menyala dengan sesuatu yang sulit dijelaskan."Aku hanya butuh udara," jawabnya, berusaha terdengar netral.Victor melangkah keluar,

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 4 - Jeratannya

    Vella mencoba mengabaikan sensasi mencekam yang menjalar di tubuhnya saat Victor berdiri begitu dekat, senyumannya samar tetapi matanya penuh makna tersembunyi.“Kau tampak tegang,” ucapnya lembut, jemarinya nyaris menyentuh pipi Vella sebelum gadis itu mundur selangkah.“Aku hanya terkejut,” kata Vella, suaranya berusaha terdengar datar.Victor mengangkat alisnya, seolah mengejek. “Terkejut karena aku kembali? Atau karena kau akhirnya menyadari bahwa kau tidak bisa lepas dariku?”Jantung Vella berdebar lebih kencang. Ia tidak boleh terjebak dalam permainan ini.“Aku sudah melupakanmu, Victor.”Victor tertawa pelan, ekspresinya tampak menghibur diri. “Kau benar-benar ingin aku percaya itu?”Vella tidak menjawab. Ia memilih untuk pergi, melangkah melewati Victor. Namun, sebelum ia bisa menjauh, Victor menangkap pergelangan tangannya. Tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk menghentikannya.“Sebaiknya kau bersiap, Vella,” bisiknya dekat di telinganya. “Aku akan memastikan kau tidak perna

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 5 - Dekapannya

    "Kau terlihat takut,” ujar Victor akhirnya, suaranya dalam dan tenang.“Tentu saja aku takut! Kau tidak bisa seenaknya masuk ke rumahku seperti ini!”Victor menyeringai samar. “Aku tidak pernah membutuhkan izin, Vella.”Tangannya perlahan merogoh saku, lalu mengeluarkan sebuah kunci duplikat.Darah Vella membeku. “Dari mana kau mendapatkan itu?” suaranya bergetar.Victor memutar kunci di jarinya dengan santai. “Kau seharusnya tahu aku selalu punya kunci.”Jantung Vella berdegup kencang, ia segera meraih ponselnya di saku gaun, berniat menelepon seseorang—tapi ponselnya dengan cepat direbut Victor lalu melemparnya ke sofa.Vella terkejut. Ia mendongak. Seketika tenggorokannya tercekat.Victor menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada kelembutan, tapi juga kegelapan yang mengintai di balik matanya. Ia melangkah lebih dekat, membuat Vella semakin terdesak ke tembok. “Kenapa kau selalu mencoba menjauh dariku?” bisiknya, jemarinya terangkat dan menyentuh rambut Vella dengan lemb

    Huling Na-update : 2025-03-30
  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 1 - Dia Kembali

    "Victor, aku mau kita putus." Pernyataan Vella bagai bom yang meledakkan seisi hati pria itu menjadi kepingan hancur."Apa?" Keterkejutan melanda Victor dengan ekspresi tercengang. Wajahnya memucat seketika."Kita sudah berhubungan selama tiga tahun, dan kau ingin kita putus? Jangan bercanda! Ini bukan April mop!" Victor tidak bisa menerima dengan lapang dada. Kemarahan menguasai wajahnya yang mengeras menahan emosi."Maaf, Victor. Aku pikir aku tidak bisa bersamamu lagi." Penegasan Vella membuktikan perkataannya yang serius."Tapi, kenapa?" Matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Victor bertanya dengan suara nyaris tercekat."Aku sudah bosan padamu. Kuharap kau baik-baik saja. Selamat tinggal, Victor." Vella berbalik pergi. Langkahnya yang menjauh, seakan membawa energi kehidupan Victor.Victor ambruk dengan lemas di tanah.Ironisnya, hari ini adalah hari yang Victor siapkan untuk berlutut di hadapan Rachel dengan penuh cinta sambil menyerahkan cincin. Namun, kini kotak belud

    Huling Na-update : 2025-03-30

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 5 - Dekapannya

    "Kau terlihat takut,” ujar Victor akhirnya, suaranya dalam dan tenang.“Tentu saja aku takut! Kau tidak bisa seenaknya masuk ke rumahku seperti ini!”Victor menyeringai samar. “Aku tidak pernah membutuhkan izin, Vella.”Tangannya perlahan merogoh saku, lalu mengeluarkan sebuah kunci duplikat.Darah Vella membeku. “Dari mana kau mendapatkan itu?” suaranya bergetar.Victor memutar kunci di jarinya dengan santai. “Kau seharusnya tahu aku selalu punya kunci.”Jantung Vella berdegup kencang, ia segera meraih ponselnya di saku gaun, berniat menelepon seseorang—tapi ponselnya dengan cepat direbut Victor lalu melemparnya ke sofa.Vella terkejut. Ia mendongak. Seketika tenggorokannya tercekat.Victor menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada kelembutan, tapi juga kegelapan yang mengintai di balik matanya. Ia melangkah lebih dekat, membuat Vella semakin terdesak ke tembok. “Kenapa kau selalu mencoba menjauh dariku?” bisiknya, jemarinya terangkat dan menyentuh rambut Vella dengan lemb

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 4 - Jeratannya

    Vella mencoba mengabaikan sensasi mencekam yang menjalar di tubuhnya saat Victor berdiri begitu dekat, senyumannya samar tetapi matanya penuh makna tersembunyi.“Kau tampak tegang,” ucapnya lembut, jemarinya nyaris menyentuh pipi Vella sebelum gadis itu mundur selangkah.“Aku hanya terkejut,” kata Vella, suaranya berusaha terdengar datar.Victor mengangkat alisnya, seolah mengejek. “Terkejut karena aku kembali? Atau karena kau akhirnya menyadari bahwa kau tidak bisa lepas dariku?”Jantung Vella berdebar lebih kencang. Ia tidak boleh terjebak dalam permainan ini.“Aku sudah melupakanmu, Victor.”Victor tertawa pelan, ekspresinya tampak menghibur diri. “Kau benar-benar ingin aku percaya itu?”Vella tidak menjawab. Ia memilih untuk pergi, melangkah melewati Victor. Namun, sebelum ia bisa menjauh, Victor menangkap pergelangan tangannya. Tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk menghentikannya.“Sebaiknya kau bersiap, Vella,” bisiknya dekat di telinganya. “Aku akan memastikan kau tidak perna

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 3 - Terjebak

    Vella berjalan keluar dari ballroom dengan langkah cepat, membiarkan suara pesta yang masih bergema di belakangnya perlahan menghilang. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, pikirannya kacau.Victor.Pria itu bukan hanya kembali, tetapi kini memiliki tempat yang tidak bisa dihindari dalam hidupnya. Saudara tiri? Seperti lelucon buruk yang diciptakan semesta untuk mengurungnya kembali dalam jeratan masa lalu.Ia butuh udara.Mendorong pintu balkon yang terbuka, Vella menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Udara malam yang dingin menyentuh kulitnya, sedikit memberikan ketenangan.Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik."Apa kau melarikan diri dariku, Vella?"Suara itu membuat tubuhnya menegang.Vella menutup matanya sejenak sebelum berbalik. Victor berdiri di ambang pintu balkon, memandangnya dengan ekspresi santai, tetapi matanya menyala dengan sesuatu yang sulit dijelaskan."Aku hanya butuh udara," jawabnya, berusaha terdengar netral.Victor melangkah keluar,

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 2 - Stepbrother

    Ucapan Victor menggantung di udara, menciptakan gelombang ketegangan yang langsung menjerat Vella.“Kau tidak penasaran kenapa kariermu tiba-tiba merosot setelah kita putus?”Dunia Vella seakan berhenti sejenak. Napasnya tercekat, dan untuk sesaat, ia tidak bisa berkata apa-apa.Victor masih menatapnya, menikmati keterkejutannya seperti seseorang yang dengan sengaja menjebak mangsanya.“Apa maksudmu?” Vella akhirnya berhasil membuka suara, meskipun suaranya terdengar lebih lemah dari yang ia harapkan.Victor mengangkat bahu dengan santai, seolah pertanyaannya barusan bukanlah sesuatu yang besar. “Aku hanya bertanya. Bukankah itu hal yang menarik? Kau dulu cukup menjanjikan sebagai model. Lalu, tiba-tiba agensimu memutus kontrak. Iklan-iklan yang seharusnya menampilkan wajah cantikmu tiba-tiba memilih model lain. Bahkan beberapa perusahaan yang dulu sangat ingin bekerja sama denganmu… berubah pikiran.”Vella merasakan darahnya mengalir dingin. Dia ingat semua itu dengan jelas.Setahun

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 1 - Dia Kembali

    "Victor, aku mau kita putus." Pernyataan Vella bagai bom yang meledakkan seisi hati pria itu menjadi kepingan hancur."Apa?" Keterkejutan melanda Victor dengan ekspresi tercengang. Wajahnya memucat seketika."Kita sudah berhubungan selama tiga tahun, dan kau ingin kita putus? Jangan bercanda! Ini bukan April mop!" Victor tidak bisa menerima dengan lapang dada. Kemarahan menguasai wajahnya yang mengeras menahan emosi."Maaf, Victor. Aku pikir aku tidak bisa bersamamu lagi." Penegasan Vella membuktikan perkataannya yang serius."Tapi, kenapa?" Matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Victor bertanya dengan suara nyaris tercekat."Aku sudah bosan padamu. Kuharap kau baik-baik saja. Selamat tinggal, Victor." Vella berbalik pergi. Langkahnya yang menjauh, seakan membawa energi kehidupan Victor.Victor ambruk dengan lemas di tanah.Ironisnya, hari ini adalah hari yang Victor siapkan untuk berlutut di hadapan Rachel dengan penuh cinta sambil menyerahkan cincin. Namun, kini kotak belud

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status