Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif

Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif

last updateLast Updated : 2025-03-30
By:  Elga Cadistira dROngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
88views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat Vella mengetahui ibunya menikah lagi, ia tak pernah menyangka bahwa suami barunya adalah ayah dari mantan pacarnya—Victor. Mereka berpisah dengan cara buruk; Victor terlalu obsesif, terlalu mengontrol, dan Vella harus melarikan diri darinya. Namun kini, Victor tinggal di bawah atap yang sama, selalu mengawasinya dengan senyum penuh makna. "Sekarang kau tidak bisa lari dariku, Vella. Kita keluarga." Apakah ini takdir… atau jebakan yang dirancang oleh Victor sejak awal?

View More

Chapter 1

Bab 1 - Dia Kembali

"Victor, aku mau kita putus." Pernyataan Vella bagai bom yang meledakkan seisi hati pria itu menjadi kepingan hancur.

"Apa?" Keterkejutan melanda Victor dengan ekspresi tercengang. Wajahnya memucat seketika.

"Kita sudah berhubungan selama tiga tahun, dan kau ingin kita putus? Jangan bercanda! Ini bukan April mop!" 

Victor tidak bisa menerima dengan lapang dada. Kemarahan menguasai wajahnya yang mengeras menahan emosi.

"Maaf, Victor. Aku pikir aku tidak bisa bersamamu lagi." Penegasan Vella membuktikan perkataannya yang serius.

"Tapi, kenapa?" Matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Victor bertanya dengan suara nyaris tercekat.

"Aku sudah bosan padamu. Kuharap kau baik-baik saja. Selamat tinggal, Victor." Vella berbalik pergi. Langkahnya yang menjauh, seakan membawa energi kehidupan Victor.

Victor ambruk dengan lemas di tanah.

Ironisnya, hari ini adalah hari yang Victor siapkan untuk berlutut di hadapan Rachel dengan penuh cinta sambil menyerahkan cincin. 

Namun, kini kotak beludru itu hanya tersimpan di dalam sakunya, tanpa sempat dia tunjukkan pada gadis itu.

Marah, kecewa, dua emosi yang menyatu di dalam hatinya sekarang telah menciptakan kebencian di benak Victor. Tangannya yang gemetaran, mengepal kuat. 

"Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, Vella," gumamnya dengan sorot mata penuh tekad.

Kemudian dia menelepon seseorang dan memberi perintah. "Buat mereka menikah dengan segera!"

Dia langsung menutup teleponnya. "Vella, tunggulah, aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku selamanya."

***

Satu tahun kemudian.

Vella berdiri di sudut ballroom yang megah, jemarinya menggenggam gelas sampanye yang isinya bahkan belum ia cicipi. Cahaya kristal chandelier di langit-langit memantulkan kemewahan ke seluruh ruangan, mengilap di atas gaun-gaun mahal dan jas-jas berkelas yang dikenakan para tamu. Aroma anggur merah dan parfum mahal bercampur di udara, memberi kesan eksklusif yang seharusnya membuatnya terkesan—tapi justru menyesakkan.

Pernikahan ibunya bukanlah acara yang ia harapkan. Ini bukan pesta keluarga yang hangat, melainkan sebuah ajang pameran untuk para sosialita dan elite industri hiburan. Para tamu yang hadir bukan sekadar kerabat, tetapi para investor, eksekutif perusahaan besar, serta wajah-wajah yang sering muncul di majalah fashion dan layar kaca.

Di meja sebelah, seorang aktris terkenal tertawa anggun, menggoyangkan gelas anggurnya sambil berbincang dengan seorang produser. Di sisi lain, seorang model internasional tengah berpose untuk fotografer dari media ternama. Setiap sudut ruangan dipenuhi percakapan bisnis yang terselubung dalam basa-basi, senyum yang terlalu sempurna, dan tatapan menilai yang membuat Vella merasa seperti orang luar.

Ia melirik ke arah pengantin—ibunya, dengan gaun pengantin yang elegan, dan pria yang kini menjadi ayah tirinya. Ayah tirinya yang baru adalah seorang pengusaha sukses, sosok yang selama ini hanya ia dengar namanya di berita. Vella tidak benar-benar mengenalnya, sama seperti bagaimana ia merasa semakin jauh dari ibunya.

Saat pelayan melintas menawarkan nampan berisi minuman, Vella tersadar dari lamunannya. Ia menghela napas dan meneguk sampanye pelan, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang menggelayuti dadanya. Tapi sebelum ia bisa benar-benar merasa nyaman, ia menangkap suara bisikan samar di antara para tamu.

“Dia datang….”

“CEO Alves Entertainment ada di sini?”

Vella tidak terlalu memperhatikan, mengira itu hanya sekadar tamu penting lainnya. Tapi kemudian, atmosfer ruangan berubah. Percakapan mereda, beberapa orang menoleh ke arah pintu masuk, seolah sedang menyaksikan kedatangan seseorang yang tidak bisa diabaikan.

Dan saat itulah Vella melihatnya.

Seorang pria tinggi dengan setelan hitam sempurna melangkah masuk dengan percaya diri. Tatapannya tajam, auranya mendominasi ruangan. Beberapa orang menyapanya dengan penuh hormat, beberapa wanita tersenyum menggoda, tapi pria itu tampak tidak peduli.

Lalu matanya bertemu dengan Vella.

Senyum samar muncul di bibirnya—senyum yang begitu familier, begitu berbahaya.

Darah Vella membeku. Itu Victor.

Dunia seakan berhenti berputar saat Vella menatap pria itu. Waktu terasa melambat, suara riuh rendah pesta menghilang, dan hanya ada tatapan itu—tatapan Victor yang dingin dan tajam, seperti predator yang baru saja menemukan mangsanya kembali.

Victor Alexander.

CEO Alexander Entertainment.

Sebuah nama besar di industri hiburan, seseorang yang selama ini hanya ia dengar dari berita atau gosip di kalangan model dan artis. Tapi tidak mungkin—tidak mungkin itu Victor yang sama. Tidak mungkin mantan kekasihnya yang dulu hanya mengaku sebagai seorang manajer biasa di sebuah perusahaan kecil, kini berdiri di sini sebagai pria paling berkuasa di ruangan ini.

Tapi kenyataan begitu kejam.

Victor melangkah maju dengan tenang, posturnya tetap tegap dan anggun. Orang-orang memberi jalan untuknya, seolah kehadirannya sudah cukup untuk membuat semua orang menunduk. Detak jantung Vella berdentum kencang di dadanya, napasnya tercekat.

Dia ingin berpaling. Dia ingin pergi. Tapi tubuhnya membeku di tempat.

Lalu, Victor berhenti tepat di hadapannya.

Senyum itu masih ada di wajahnya—sama seperti dulu. Tapi ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri.

“Sudah lama, Vella,” katanya pelan, suaranya dalam dan halus, namun membawa ketegangan yang menusuk.

Suara yang pernah ia kenal begitu baik. Suara yang pernah membisikkan janji-janji manis di telinganya, sebelum akhirnya berubah menjadi sesuatu yang mengikat dan menyesakkan.

Vella menelan ludah. “Victor…?”

Pria itu mengangkat alisnya, seolah menikmati keterkejutannya. “Aku penasaran,” lanjutnya, “kenapa kau terlihat begitu terkejut? Seolah kau baru saja melihat hantu.”

Vella menggeleng pelan, mencoba mengatur napasnya. “Aku hanya tidak… menyangka.”

“Tidak menyangka aku ada di sini?” Victor menyeringai, mengambil satu langkah lebih dekat. “Atau tidak menyangka aku adalah seseorang yang lebih dari sekadar ‘manajer biasa’?”

Jantung Vella berdegup semakin kencang. Selama tiga tahun mereka pacaran, Victor tidak pernah sekali pun memberitahunya tentang latar belakangnya. Vella percaya bahwa dia hanya pria sederhana yang bekerja di kantor biasa, seseorang yang selalu ada untuknya, mencintainya dengan cara yang hampir obsesif—tapi tetap saja, hanya pria biasa.

Tapi semua itu bohong.

Victor Alexander bukan pria biasa. Dia pria yang bisa memiliki segalanya. Pria yang punya kuasa untuk membangun… atau menghancurkan.

Senyum di wajah Victor tidak luntur saat ia melanjutkan dengan nada santai, seolah ini hanya obrolan ringan di pesta.

“Kau terlihat lebih baik dari terakhir kali kita bertemu.”

Ucapan itu membawa Vella kembali ke satu tahun lalu—hari di mana ia memutuskan Victor secara sepihak. Hari di mana ia memilih pergi tanpa melihat ke belakang. Hari di mana ia berpikir ia telah terbebas.

Ternyata, dia salah besar.

Vella meneguk ludahnya, berusaha menguatkan diri. “Kupikir kita tidak akan pernah bertemu lagi.”

Victor menatapnya sejenak, lalu tertawa kecil. “Oh, sayang…” Ia mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya merendah, hampir seperti bisikan. “Kau benar-benar berpikir aku akan membiarkan itu terjadi?”

Vella membeku.

Sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Victor menyelipkan tangannya ke dalam saku jasnya dan meliriknya dengan ekspresi penuh arti. “Kau tidak penasaran kenapa kariermu tiba-tiba merosot setelah kita putus?”

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status