Share

128. Terlalu Terobsesi

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 16:50:59

Setelah perjalanan panjang yang terasa seperti mimpi, akhirnya mereka benar-benar tiba kembali di rumah. Namun segalanya terasa berbeda. Bukan hanya karena suasana hati yang berubah, tapi karena kini mereka kembali membawa harapan baru perasaan baru yang tidak lagi menggantung.

“Tuan! Nyonya! Albern!” sambut Bibi Eden dan ART yang lain saat menyambut mereka. Bahkan Pak Sopir pun semangat melihat mereka yang kembali dengan wajah yang terlihat mendamaikan hati.

Livy berdiri di depan pintu rumah, ia tersenyum. Kehangatan itu terasa berbeda. Tidak ada hal yang mengganjal di hatinya.

“Bibi… Pak… apa kabar?” ucapnya ramah.

“Semuanya baik!” sahut mereka hampir bersamaan.

“Nyonya dan Tuan apa kabar semua?” tanya mereka pula.

“Semuanya baik,” jawab Livy.

“Sangaaat baik! Sesuai harapan!” kekeh Richard, yang melangkah masuk ke dalam rumah.

Albern sudah dibawa Bibi Eden ke kamarnya, karena anak itu mengantuk. Kay menggenggam tangan Livy dengan erat dan melangkah bersama masuk ke dalam rumah. Ia m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   128. Terlalu Terobsesi

    Setelah perjalanan panjang yang terasa seperti mimpi, akhirnya mereka benar-benar tiba kembali di rumah. Namun segalanya terasa berbeda. Bukan hanya karena suasana hati yang berubah, tapi karena kini mereka kembali membawa harapan baru perasaan baru yang tidak lagi menggantung.“Tuan! Nyonya! Albern!” sambut Bibi Eden dan ART yang lain saat menyambut mereka. Bahkan Pak Sopir pun semangat melihat mereka yang kembali dengan wajah yang terlihat mendamaikan hati.Livy berdiri di depan pintu rumah, ia tersenyum. Kehangatan itu terasa berbeda. Tidak ada hal yang mengganjal di hatinya.“Bibi… Pak… apa kabar?” ucapnya ramah.“Semuanya baik!” sahut mereka hampir bersamaan.“Nyonya dan Tuan apa kabar semua?” tanya mereka pula.“Semuanya baik,” jawab Livy.“Sangaaat baik! Sesuai harapan!” kekeh Richard, yang melangkah masuk ke dalam rumah.Albern sudah dibawa Bibi Eden ke kamarnya, karena anak itu mengantuk. Kay menggenggam tangan Livy dengan erat dan melangkah bersama masuk ke dalam rumah. Ia m

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   127. Pulang untuk Bersama

    Cincin itu sudah melingkar di jari manis Livy. Air matanya bahkan menetes tepat di tangan Kay.“Kamu menangis?” tanya Kay.Livy mengangkat wajahnya. “Kamu juga,” ucapnya tersenyum.Kay terkekeh. Dia pun menyentuh wajah Livy, mengusap pipi sampai sudut matanya. “Mulai hari ini, aku tidak akan biarkan kamu menangis, selain karena tangisan kebahagiaan,” ucapnya lembut.“Makasih…” ucap Livy haru.“Sssst!” Kay menempelkan telunjukya di bibir Livy. “Aku yang harus berterima kasih karena kamu sudah memberikanku kesempatan satu kali lagi. Ini akan menjadi kesempatan terakhirku. Aku akan buktikan keseriusanku dan cintaku padamu yang kali ini lebih besar lagi.”“Ya, kita pulang bersama, sebagai keluarga…” sahut Livy lembut.“Terima kasih…” ucap Kay. Dia memeluk Livy.Di malam yang semakin larut itu, mereka duduk bersampingan, memandang laut dan merasakan angin malam yang segar menyejukkan.Livy menyandarkan kepalanya di bahu Kay dan Kay pun meletakkan kepalanya di atas kepala Livy. Tangannya

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   126. Melamar

    Livy lagi-lagi dibuat terdiam. Sikap manis Kay benar-benar menunjukkan kalau harapannya bukan sekadar kebutuhannya akan Livy, melainkan luapan hati yang ikhlas yang ia tuangkan lewat semua sikap dan perhatian.Hari‑hari berikutnya berlalu seperti mimpi. Semuanya semakin dekat dan hangat. Tempat-tempat indah nan romantis yang mereka lalui membuat kenangan yang luar biasa tidak akan pernah terlupakan.Richard pun selalu hadir. Dengan tawa, ledekan dan juga ucapan penuh harap terhadap hubungan mereka berdua.Kemarin mereka menyusuri Acadia Coastal Trail. Semuanya tertawa saat Albern menolak digendong dan memilih berjalan sendiri. Namun, langkahnya tak sampai lima meter sebelum menyerah dan akhirnya meminta digendong oleh Kay.Mereka juga sempat bersantai di pantai, menikmati desiran ombak dan mencicipi es krim lokal. Kali ini tidak dengan mandi-mandi lagi. Hanya menikmati momen. Ada momen kecil tapi manis, saat Kay tak bisa berhenti memandangi Livy yang mengenakan dress pantai ringan dan

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   125. Mengelap Bibir Livy

    Livy reflek melepas dan mendorong perut Kay yang kotak-kotak.Kay tertawa lepas. Diikuti oleh tawa Albern yang seakan mengerti semua momen itu.“Mama kesal Al, tidak boleh ditertawakan,” ucap Kay, namun ia sendiri pun masih tertawa.“Memang kamu menyebalkan!” gerutu Livy. Namun, ia pun tidak bisa menahan senyum di wajahnya.“Jangan marah… Kalau Mama marah seperti itu, terlihat makin seksi,” goda Kay.“Kay! Bisa diam tidak?!” bentak Livy.Kay malah terkekeh. Ia puas bisa melihat senyum sekaligus kemarahan Livy yang tidak benar-benar marah. Kapan lagi dia bisa merasakan momen itu. Hatinya benar-benar berbunga-bunga sekarang. Ingin rasanya waktu berhenti agar keromantisan dan kehangatan ini berlangsung lebih lama lagi.Richard yang menikmati minuman segarnya ditambah dengan pemandangan kompak Kay, Livy dan Albern, membuat hatinya jauh terasa lebih hidup. Ia tidak khawatir lagi jika suatu saat dia sudah tidak ada cucunya sudah berada di tangan wanita yang tepat. Dan menantunya itu… yang t

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   124. Gara-Gara Bikini

    Keesokan paginya.Mentari pagi menembus tirai kamar hotel, membangunkan Livy perlahan. Ia mengucek mata, lalu menoleh ke sisi ranjang. Albern masih tertidur, tapi posisinya sudah berantakan kepala di bawah bantal, kaki mencuat entah ke mana.Dia tersenyum kecil. Setelah memastikan Albern baik-baik saja, Livy bangkit dan membuka pintu ke balkon. Ia pun penasaran, apakah Kay sudah bangun? Mengingat jam tidurnya sangat sedikit tadi malam.Akhirnya dia kembali masuk ke dalam kamar. Perlahan ia membuka pintu penghubung kamar mereka. Ternyata Kay sudah tidak ada. Namun, suara air dari kamar mandi menandakan bahwa pria itu sedang mandi.‘Dia sudah bangun. Apa dia bangun secepat itu? Atau justru dia tidak tidur?’ batinnya.Tak lama kemudian, Kay keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan kaus santai. “Pagi,” sapa Kay ringan saat menyadari Livy termenung di ambang pintu.“Eh… Pagi,” sapa Livy. “Hmmm kita ke mana hari ini?” tanyanya, menghilangkan kecanggungan.“Tidak tahu. Semua

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   123. Di Bar - Ingin Mengecup Bibir

    Livy dan Kay malah sama-sma berpura-pura tidak mendengar. “Kalian dengar tidak?” desak Richard. “Pa… sudah sudah… Ayo makan,” ajak Kay. “Kalian membuat kesabaran Papa habis,” kekeh Richard. Livy pun ikut terkekeh. Tak ada penolakan yang terlihat dari raut wajahnya. Meski ia pun tidak memberikan respons. Kedua tangan Livy berhenti menyendok, saat Albern mengulurkan tangan padanya. Anaknya itu ingin menyuapinya. Livy mendekatkan wajahnya. Tangan Albern sedikit mengenai pipi dan rambut pipi. “Sini Sayang, Aaa!” Livy menggerakkan bahunya agar rambutnya yang tergerai itu menepis ke belakang bahunya. Melihat dan menyadari kesulitan Livy, Kay pun bergeser. Dia mengambil jepit rambut di tali tas kecil wanita itu lalu menjepit rambutnya. “Ekheeem!” Richard berdehem. Namun tidak berkomentar apa-apa. Dia hanya diam sambil tersenyum. “Makasih…” ucap Livy pada Ka

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   122. Harus Segera Menikah!

    Akhirnya, setelah membalik badan dan berusaha tenang, Livy pun tertidur. Sedangkan Kay, dia hanya merebahkan tubuhnya di sofa itu, namun dia tidak benar-benar tertidur. Ia menemani anaknya dan wanita yang sangat dia cintai. Hatinya penuh kehangatan. Ingatannya penuh kenangan saat di danau tadi. Bibirnya pun mengulas senyum.Setelah beberapa menit Livy tertidur, Albern terlihat mulai terbangun. Anaknya itu menggeliat dan perlahan membuka mata.“Al?” bisik Kay, tak ingin membuat Livy terbangun.“Papa!” sapa Albern semangat saat melihat wajah ayahnya. Anak itu juga menoleh, menyadari Livy yang tidur di sebelahnya.“Al… jangan berisik ya? Mama lagi tidur. Kasihan kalau Mama terbangun. Iya kan?” Kay berbicara lembut. Anaknya itu pun mengangguk meski tak mengerti sepenuhnya.“Al mau apa?” Ia menggendong anaknya itu ke balkon. Mengajaknya berbicara layaknya bayi yang belum fasih, namun sudah sangat semangat ingin menjelaskan semuanya.Selama Livy masih tidur, Kay merawat Albern. Bahkan dia s

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   121. Dim-Diam Nyaman

    Livy terkejut saat merasakan hangatnya genggaman tangan Kay. Dia menatap pria itu semakin dalam.“Kamu kedinginan?” tanya Kay lagi.“Ahm.. ti—sedikit…” Livy mengakui.Kay pun mengambil syal yang tadi menutupi Albern saat dia gendong lalu membalutkannya ke tengkuk Livy.Richard yang mendengar percakapan mereka dari depan, hanya bisa tersenyum diam.Livy benar-benar ikut terdiam. Dia membiarkan Kay melindungi dan menghangatkannya. Walaupun hatinya sudah jauh lebih hangat oleh sikap manisnya itu.Setelahnya, Kay masih terus menggenggam tangan Livy.Mata Livy justru menunduk. Namun dia memandangi eratnya tangan Kay yang menggenggam tangannya. Suasana dingin itu memang langsung berubah menjadi sedikit hangat. Daan entah kenapa, Livy pun membalas genggaman itu erat tanpa berani saling menatap.**Pintu kamar hotel terbuka. Udara hangat dari dalam langsung menyambut tubuh-tubuh yang setengah basah dan lelah. Kay menggendong Albern yang masih tertidur, sementara Livy berjalan pelan di belakan

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   120. Hujan-Hujanan Mesra

    Livy malah memutar bola matanya, bereaksi malas. “Dasar banyak bicara!” gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh Richard.Richard lanjut tertawa mendengar Livy dan menyaksikan kekanakan mereka. “Jangan banyak bicara saja, Kay. Maksud Livy, ya buktikan!” lanjutnya.Kay tersenyum. Tatapannya itu seketika menunduk lalu melempar tatapan ke arah danau yang tenang.Perahu kembali berayun lembut di atas permukaan air, mengarah ke sisi danau yang berbeda dari tempat mereka berpiknik. Matahari mulai miring ke barat, sinarnya menciptakan kilauan keemasan di permukaan air yang tenang.Albern yang duduk di pangkuan Livy mulai terlihat mengantuk. Kepalanya bersandar di dada ibunya, dan sesekali menguap kecil.“Sepertinya sebentar lagi dia tidur,” gumam Livy pelan, menyapu rambut Albern dengan lembut.Kay tersenyum, masih memegang dayung. “Tenang saja, kalau dia ketiduran, aku yang yang akan menggendongnya.”Richard yang duduk menyender dengan nyaman di belakang mereka hanya menanggapinya dengan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status