Share

Kembalikan Uang Suami Saya!

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-07-08 11:15:38

Seperti keinginan sebelumnya, Sisca akan mengambil uang itu dari Dokter Lucky.

Berbekal alamat yang dia dapat dari amplop berisi kertas persetujuan, Sisca mendatangi praktek Dokter andrologi itu.

Sebenarnya Dokter Lucky sudah dua tahun ini menangani Barta, tepatnya setelah Barta menikahi Sisca.

Biasanya obat dari Lucky tidak terlalu mahal dan tidak memiliki efek samping yang berat sampai kematian. Namun sekarang, obat yang diberikan justru membuat Sisca overthinking, takut suaminya pindah alam.

"Maaf Bu, Anda sedang mencari siapa?" tanya petugas resepsionis pada Sisca yang datang di jam makan siang.

Ya, sebelum mengantar makan siang untuk suaminya di rumah sakit umum, Sisca menyempatkan diri datang ke tempat praktek Dokter Lucky.

Biasanya Barta hanya datang seorang diri, dengan alasan pasien di sana hanya laki-laki. Takut Sisca menjadi pusat perhatian.

"Saya ingin bertemu dengan Dokter Lucky! Saya Istri dari salah satu pasien Dokter penipu itu!" kata Sisca dengan nada angkuh dan sorot mata tajam.

"Maaf, tapi ada keperluan apa ya, Bu?" tanya petugas itu sambil menatap Sisca dari ujung kepala sampai kaki.

Wanita yang terlihat muda, cantik, namun jutek itu berdiri tegak di depan meja resepsionis sambil membawa tas berkas di tangan kiri.

Penampilannya tidak aneh, terlihat modis dengan baju kemeja pendek berwarna pink muda dan celana jeans panjang biru, namun sikapnya yang jutek, membuat petugas sedikit takut.

"Kenapa ngeliatin saya begitu?" Sisca mendengus kesal sambil melotot. "Tolong beritahu saja dimana ruangan Dokter Lucky, saya ingin bertemu."

"Maaf, Bu. Apa sudah membuat janji sebelumnya?"

"Ngga! Saya datang ke sini ingin meminta uang suami saya dikembalikan! Dokter Lucky sudah menjual obat palsu! Cepat katakan dimana ruangan dia?" bentak Sisca.

Petugas resepsionis yang baru saja bersiap istirahat, langsung mengambil telepon di atas meja, mengkonfirmasikan kedatangan wanita itu pada Lucky.

"Selamat siang Dokter, maaf menggangu. Di sini ada wanita yang mengaku sebagai salah satu Istri dari pasien Anda. Dia ingin bertemu dengan Anda."

"Siapa namanya?" tanya Dokter Lucky.

Petugas itu menatap Sisca sambil tersenyum ramah. "Maaf Bu, bisa sebutkan nama Anda dan suami Anda?"

"Nama saya Sisca dan nama suami saya Barta. Suami saya yang kemarin datang ke sini dan membeli obat palsu dari Dokter Lucky!" jawab Sisca dengan suara kencang.

Suara nyaring itu didengar langsung oleh Lucky.

"Suruh dia masuk!" titah Lucky.

"Baik Dokter." Petugas resepsionis menutup telepon lalu kembali berbicara dengan Sisca. "Anda dipersilahkan masuk, Bu. Ruangannya ada di ujung koridor sebelah kanan. Di pintu ada papan nama, 'Dokter Lucky spesialis andrologi.' Anda diminta langsung masuk."

"Oke, makasih," sahut Sisca ketus. Ia memutar tubuh, melangkah menuju ruangan itu.

Di depan ruang Dokter andrologi, Sisca memegang gagang pintu lalu memutarnya dan membuka lebar.

Dokter Lucky tersenyum ramah. "Silakan duduk, Bu Sisca. Ada yang ingin Anda bicarakan dengan saya?"

Sisca mendengus kesal. Ia melangkah masuk lalu duduk di kursi, depan meja panjang sang Dokter, lalu mengatakan, "Ngga usah berbasa-basi, Dokter. Saya ke sini karena saya ingin mengembalikan obat dari Anda." Ia mengeluarkan isi tas lalu meletakkan ke atas meja.

Dokter Lucky melihat obat darinya yang dibungkus plastik bening lengkap dengan berkas-berkas penjelasan dan persetujuan tentang obat itu.

Ia mengangkat alis tinggi-tinggi sambil menatap Sisca.

"Anda mungkin bisa menipu suami saya, tapi Anda ngga bisa menipu saya sebagai istrinya! Saya minta kembalikan uang suami saya! Atau saya akan membawa kasus ini ke Polisi! Anda pasti tahu siapa mertua saya. Pak Bramanto, dia itu Komandan Polisi!" cecar Sisca. Wajahnya memerah seperti udang rebus, sangking emosinya.

Mendengar ucapan dan ancaman Sisca, Dokter Lucky hanya tersenyum sambil meletakkan pulpen ke atas meja.

"Oh, Anda perlu bukti? Mau saya laporkan Anda sekarang juga?" ancam Sisca.

Dokter Lucky menggeleng pelan sambil menggaruk alis yang tidak gatal. Jujur, seumur hidup menjadi Dokter, baru kali ini dia bertemu dengan istri pasiennya yang protes tentang obat.

"Maaf Bu Sisca, saya ...."

"Saya ngga butuh kata maaf! Saya hanya ingin uang suami saya kembali!" bentak Sisca.

Dibentak oleh wanita secantik Sisca, Lucky tak menunjukkan wajah kesal ataupun marah. Yang ada di pikirannya justru ... 'Yakin ada wanita secantik ini yang mau menikah dengan Dokter impoten?'

"Dokter! Tolong kembalikan uang suami saya! Saya rela suami saya ngga sembuh daripada dia meninggal dunia karena meminum obat itu!" lanjut Sisca makin emosi, melihat Dokter didepannya hanya diam saja.

Dokter Lucky mengulum senyum kecil. "Saya tidak merasa menipu pasien saya, Bu Sisca. Kalau Anda kurang yakin, boleh tanyakan pada suami Anda tentang obat yang saya berikan itu."

Sisca meradang, makin emosi mendengar pembelaan Lucky. "Okeh! Kalau itu mau Anda! Saya akan melaporkan Anda ke Polisi dengan tuduhan menggelapkan uang dan penipuan tentang obat!" Ia berdiri sambil menunjuk wajah Dokter di depannya.

"Silakan, Bu," tantang Lucky, tersenyum manis. "Kalau Anda melakukan itu, artinya Anda sedang mempermalukan suami Anda di depan banyak orang. Bahkan media bisa meliput berita itu, yang artinya seluruh orang di Indonesia akan tahu kalau suami Anda Impoten."

Deg!

Sisca terdiam~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Cerita di Meja Makan

    Malam ini seperti malam biasanya, Sisca sudah memasak berbagai hidangan kesukaan sang suami.Ayam goreng dan tumis buncis menjadi masakan yang wajib ada di meja makan.Meskipun Barta seorang Dokter, namun makanan kesukaannya bukan makanan sehat. Ia lebih suka makanan yang digoreng dan sayuran yang ditumis.Saat tiba di ruang makan dan melihat menu-menu di atas meja, Barta tersenyum simpul. Ia melirik istrinya lalu memeluk mesra."Makasih, By," ucapnya dibarengi kecupan lembut di pucuk kepala."Ngga usah bilang makasih terus, Mas. Udah kewajiban aku memasak buat kamu, daripada kamu lebih suka makanan di luar. Rugi di aku dong," canda Sisca.Keduanya duduk di depan meja makan, bersebelahan. Kemudian Sisca menyiapkan makanan di atas piring untuk suaminya."Kamu belajar masak dari mana, By?" tanya Barta. Matanya terus memandang kagum pada sang istri.Mereka memang sudah menikah selama dua tahun, tetapi momen kebersa

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Ganti Wanita

    Barta terhenyak kaget mendengar ucapan Dokter Lucky soal 'Ganti Wanita?'Gila! Tidak mungkin Barta mau mengkhianati pernikahannya dengan Sisca_wanita yang dia cintai setengah mati. Bahkan dia sangat menggilai wanita itu."Anda gila, Dok!" Barta tertawa getir. Menolak keras usul Dokter Lucky yang menurutnya sudah di luar akal sehat. Lucky tersenyum kecil. Satu tangannya menarik map merah di atas meja lalu memasukan ke dalam laci."Hanya metode itu yang kemungkinan akan berhasil tanpa efek samping berbahaya. Kemungkinan taruhannya hanya jika Istri Anda tahu, dia pasti meminta cerai."Barta tersenyum kecut. "Saya tidak akan mau mencoba pengobatan seperti itu! Saya tidak akan mau mengkhianati Istri saya!"Lucky mengangguk paham. "Saya mengerti dan saya tidak akan memaksa, meskipun banyak laki-laki yang memiliki masalah seperti Anda, melakukan pengobatan seperti itu dan rata-rata berhasil. Kemungkinan berhasil jauh lebih be

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Balasan Chat

    Sisca menunggu balasan chat dari Dokter Lucky, namun pesannya hanya dibaca, tidak dibalas.Kesal! Sisca menghubungi nomor ponsel itu, namun tidak diangkat oleh sang Dokter. "Darimana dia tahu nomor hape aku?" gumam Sisca mengingat-ingat.Sekian menit berdiri di depan pintu rumah sambil mengingat tentang nomor ponselnya, Sisca mengingat darimana Dokter Lucky mendapatkan nomor ponselnya.Saat berbicara dengan petugas resepsionis di tempat praktek tadi, ia diminta untuk menuliskan nomor ponsel dan data diri. "Apa maksudnya ngirim chat itu?" Sisca membaca kembali pesan yang dikirim oleh Dokter Lucky.Beberapa kali ia baca, tetap saja tidak menemukan jawaban kenapa Lucky mengatakan itu.Malas meladeni kegilaan Dokter Lucky, Sisca mengabaikan pesan tersebut lalu masuk ke dalam rumah.Dring! Suara ponselnya berdering, Sisca menerima telepon itu tanpa melihat siapa yang menghubungi. "Mau

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Temui Saya!

    Wajah Sisca terlihat ketakutan, tapi penasaran. Ia pun menguping pembicaraan suaminya dengan Dokter Lucky."Halo. Selamat siang Dokter, ada apa menghubungi saya di jam makan siang?" tanya Barta dengan nada ramah. "Selamat siang Dokter Barta, maaf menggangu waktu makan siang Anda. Kalau boleh tahu, apa Anda punya waktu untuk menemui saya sore ini?"Barta mengangkat kedua alisnya. Pandang matanya beralih pada jam di atas dasbor mobil. Biasanya dia pulang pukul lima sore, kalau tidak lembur. Jika hari ini dia diminta lembur, kemungkinan jam pulangnya lebih malam."Bagaimana Dok? Bisa?" tanya Dokter Lucky, menunggu jawaban. "Hmm, kalau sore sekitar jam berapa ya Dok?" tanya Barta. Seingatnya, praktek Dokter Lucky tutup jam lima sore. "Jam empat, atau jam lima pas, bisa Dok?" Barta menggaruk alis yang tidak gatal. "Kalau jam empat saya tidak bisa Dokter. Kalau jam lima pas juga sepertinya tidak bisa karena saya pulang sekitar jam lima sore.""Oh begitu, oke .... ""Maaf sebelumnya, Do

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Istri Kesayangan

    Selesai marah-marah di tempat praktek Dokter Lucky. Sisca melanjutkan perjalanan menggunakan mobil hadiah sang suami, menuju rumah sakit.Selama dua tahun menikah, entah barang apa yang tidak dibelikan oleh Barta untuk hadiah anniversary dan ulang tahun. Semua Sisca dapatkan, meskipun harganya tidak semahal barang-barang milik Istri Pejabat. Namun, mendapatkan apresiasi seperti itu sudah cukup membuat Sisca merasa beruntung memiliki suami sebaik Barta. Dari semua kelebihan Barta, hanya satu kekurangan lelaki tampan itu, penyakit reproduksi."Mas, aku udah ada di parkiran. Aku bawa makan siang untuk kamu," ucap Sisca di dalam telepon."Makasih By, aku jemput kamu di parkiran ya. Jangan turun dari mobil dulu. Cuaca hari ini panas, nanti kulit kamu rusak.""Apaan sih Mas! Lebay banget. Kamu lupa ya kalau aku ini cuma gadis Desa yang kebetulan dinikahin sama Dokter dari Kota? Jangan berlebihan deh, biasanya di kampung, jam segini tuh aku nyuci baju di sungai."Barta terkekeh pelan. "Itu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Pulang Tanpa Hasil

    "Bagaimana, Bu Sisca? Apa Anda yakin ingin melaporkan saya ke Polisi dengan tuduhan tanpa bukti seperti itu? Saya tunggu laporan Anda," tantang Dokter Lucky sambil tersenyum kecil. Ia menatap wajah Sisca yang pucat. Wanita itu hanya diam, kehabisan kata-kata mendengar tantangan sang Dokter.Bukan Lucky yang takut, justru malah sebaliknya ... nyali Sisca menciut.Dokter Lucky menghela napas panjang, masih menyunggingkan senyuman manis dengan kedua tangan bertumpu di atas meja sambil menopang dagunya.Ia menatap Sisca tanpa berkedip. Entah mengapa, semakin ditatap wajah Sisca terlihat semakin cantik dan memesona. Beruntung laki-laki seperti Barta memiliki istri spek bidadari seperti Sisca, pikir Lucky."Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai Dokter. Tidak ada yang salah dengan hal itu," lanjut Lucky.Wanita yang terus ditatap Dokter tampan itu, menarik napas panjang. Sadar apa yang dilakukan akan menjadi bumerang untuk rumah tangganya.Kalau dia menuruti ego, bukan tidak mungkin Ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status