Share

Maafin Aku, Bi

Author: Dita SY
last update Huling Na-update: 2025-07-08 11:15:05

"Kamu beli obat itu? Harganya dua puluh juta?"

Sisca melepas pelukan setelah mendengar pengakuan sang suami tentang pembelian obat kuat itu.

Ia menatap suaminya dengan sorot mata kecewa berat.

Bukan hanya karena nominalnya sama seperti uang belanja yang diberikan Barta untuknya setiap bulan, tetapi soal kejujuran sang suami.

Semalam Barta hanya menjelaskan ingin membeli obat kuat yang direkomendasikan oleh Dokter Lucky, tanpa memberitahu berapa harga obat itu.

Andai dia tahu dari awal, pasti dia tidak akan mengijinkan suaminya datang ke sana. Apalagi setelah melihat efek samping obat yang bisa membunuh tanpa menyentuh.

"Dua puluh juta itu duit belanja aku yang kamu kasih untuk sebulan, Mas," engah Sisca. Kedua manik matanya berkaca-kaca. Kesal, kecewa, sedih, bercampur menjadi satu seperti adonan kue.

"Maaf, By. Aku cuma mau sembuh dan aku mau menjadi suami yang bisa menafkahi kamu seperti suami pada umumnya." Barta merosot turun dari sofa, berlutut di depan kedua kaki istrinya.

Melihat yang dilakukan Barta, bagaimana Sisca bisa marah? Suaminya laki-laki baik, yang tak pernah menyakiti dia selama dua tahun pernikahan.

Hanya karena uang, tidak mungkin rumah tangganya yang harmonis jadi berantakan.

"Maafin aku, By. Aku janji aku akan ganti uang itu. Uang itu aku ambil dari tabungan pribadi aku untuk anak kita kelak," lanjut Barta dengan suara parau, menahan tangis.

Sisca mengusap pundak suaminya, meminta lelaki itu untuk kembali duduk. Namun, Barta menggeleng dan tetap berlutut.

"Mas, jangan kayak gini. Kesannya aku kayak Istri yang kejam. Tolong duduk. Aku ngga marah lagi kok. Aku cuma syok aja. Abis kamu ngga bilang sejak awal kalau obatnya mahal."

Barta mendongak, menatap wajah istrinya yang mulai menunjukkan senyum. "Aku juga ngga tahu kalau harga obatnya semahal itu. Awalnya aku ragu, tapi keinginan untuk sembuh memaksaku membelinya."

"Jangan bilang kamu mau minum obat itu!" Sisca melotot. "Daripada kamu kenapa-kenapa gara-gara minum obat ngga jelas itu, mending kamu berobat ke Mak Erot aja, Mas!"

"Aku yakin obat itu mujarab, By. Sudah banyak yang mencoba obat itu dan berhasil."

"Iya kalau berhasil, Mas! Kalau ngga? Kamu mau aku jadi janda? Kamu rela aku nikah sama laki-laki lain nantinya?" tanya Sisca, emosi.

Barta terdiam, berpikir. Mana mungkin dia rela Sisca menikah dengan laki-laki lain. Selama ini dia cinta mati pada istrinya itu.

"Mau?" tanya Sisca dengan nada tegas, sedikit membentak.

Barta menggeleng.

"Kalau ngga mau, ngga usah macam-macam deh! Mending kamu balikin aja obat itu. Suruh Dokter Lucky jual ke orang lain. Aku sebagai Istri kamu ngga rela kamu jadi kelinci percobaan Dokter itu!"

"Ngga bisa dibalikin, By. Obatnya udah aku beli dan aku udah tandatangani surat perjanjian berlisensi."

Sisca mendengus. Ia raih kertas dan obat di atas meja lalu memasukannya ke dalam tas sang suami.

"Kamu mau apa, By?" tanya Barta, bingung.

"Ngembaliin obatnya. Aku ngga rela suami aku ditipu sama Dokter gadungan."

Mendengar jawaban Sisca, Barta langsung duduk di sofa. Ia ambil tas dari tangan istrinya. "Jangan By, ikhlasin aja duit itu. Aku ngga mau kamu melanggar perjanjian yang sudah aku sepakati dengan kesadaran penuh. Semua salah aku. Kalau kamu ngelarang aku meminum obat itu, aku ngga akan minum."

"Tapi Mas, uang sebanyak itu kalau hilang begitu aja 'kan sayang. Nyari uang sekarang itu susah lho. Daripada uangnya hangus, mending aku minta lagi dan kita gunain uang itu untuk berobat ke tempat lain."

Barta tersenyum kecil. Ia peluk istrinya erat sambil berbisik, "Lebih baik uang itu hilang daripada kamu dituntut oleh Dokter Lucky. Kita lupakan soal obat dan soal uang itu, ya."

Kening Sisca berkerut, bingung kenapa suaminya seperti ketakutan. Padahal mereka baru saja ditipu oknum Dokter.

Masa iya ada obat seharga satu motor matic, pikirnya.

"Aku ngga ikhlas suami aku ditipu. Pokoknya aku mau uang itu kembali," keukeh Sisca.

Barta melepas pelukan, "Aku ngga ditipu. Obat itu aja belum aku minum. Kita belum tahu apa obat itu manjur atau ngga. Dan Dokter Lucky, dia Dokter spesialis andrologi yang sudah bertahun-tahun menangani penyakit seperti aku."

"Gimana mau tahu obat itu manjur atau ngga sih! Orang di sini jelas ditulis kalau efek samping obat itu berbahaya!" geram Sisca.

"Iya, semua salah aku, By. Maaf ya, tolong jangan memperpanjang masalah ini. Lebih baik kita cari pengobatan lain."

"Pengobatan lain juga butuh duit, Mas! Kamu mau pakai uang siapa lagi? Uang aku?"

"Ngga By, aku ngga akan pakai uang kamu. Aku masih punya uang tabungan pribadi, um." Barta kembali memeluk istrinya, meyakinkan semua akan baik-baik saja.

Namun, Sisca yang keras kepala, tetap menginginkan uang suaminya kembali~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Cerita di Meja Makan

    Malam ini seperti malam biasanya, Sisca sudah memasak berbagai hidangan kesukaan sang suami.Ayam goreng dan tumis buncis menjadi masakan yang wajib ada di meja makan.Meskipun Barta seorang Dokter, namun makanan kesukaannya bukan makanan sehat. Ia lebih suka makanan yang digoreng dan sayuran yang ditumis.Saat tiba di ruang makan dan melihat menu-menu di atas meja, Barta tersenyum simpul. Ia melirik istrinya lalu memeluk mesra."Makasih, By," ucapnya dibarengi kecupan lembut di pucuk kepala."Ngga usah bilang makasih terus, Mas. Udah kewajiban aku memasak buat kamu, daripada kamu lebih suka makanan di luar. Rugi di aku dong," canda Sisca.Keduanya duduk di depan meja makan, bersebelahan. Kemudian Sisca menyiapkan makanan di atas piring untuk suaminya."Kamu belajar masak dari mana, By?" tanya Barta. Matanya terus memandang kagum pada sang istri.Mereka memang sudah menikah selama dua tahun, tetapi momen kebersa

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Ganti Wanita

    Barta terhenyak kaget mendengar ucapan Dokter Lucky soal 'Ganti Wanita?'Gila! Tidak mungkin Barta mau mengkhianati pernikahannya dengan Sisca_wanita yang dia cintai setengah mati. Bahkan dia sangat menggilai wanita itu."Anda gila, Dok!" Barta tertawa getir. Menolak keras usul Dokter Lucky yang menurutnya sudah di luar akal sehat. Lucky tersenyum kecil. Satu tangannya menarik map merah di atas meja lalu memasukan ke dalam laci."Hanya metode itu yang kemungkinan akan berhasil tanpa efek samping berbahaya. Kemungkinan taruhannya hanya jika Istri Anda tahu, dia pasti meminta cerai."Barta tersenyum kecut. "Saya tidak akan mau mencoba pengobatan seperti itu! Saya tidak akan mau mengkhianati Istri saya!"Lucky mengangguk paham. "Saya mengerti dan saya tidak akan memaksa, meskipun banyak laki-laki yang memiliki masalah seperti Anda, melakukan pengobatan seperti itu dan rata-rata berhasil. Kemungkinan berhasil jauh lebih be

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Balasan Chat

    Sisca menunggu balasan chat dari Dokter Lucky, namun pesannya hanya dibaca, tidak dibalas.Kesal! Sisca menghubungi nomor ponsel itu, namun tidak diangkat oleh sang Dokter. "Darimana dia tahu nomor hape aku?" gumam Sisca mengingat-ingat.Sekian menit berdiri di depan pintu rumah sambil mengingat tentang nomor ponselnya, Sisca mengingat darimana Dokter Lucky mendapatkan nomor ponselnya.Saat berbicara dengan petugas resepsionis di tempat praktek tadi, ia diminta untuk menuliskan nomor ponsel dan data diri. "Apa maksudnya ngirim chat itu?" Sisca membaca kembali pesan yang dikirim oleh Dokter Lucky.Beberapa kali ia baca, tetap saja tidak menemukan jawaban kenapa Lucky mengatakan itu.Malas meladeni kegilaan Dokter Lucky, Sisca mengabaikan pesan tersebut lalu masuk ke dalam rumah.Dring! Suara ponselnya berdering, Sisca menerima telepon itu tanpa melihat siapa yang menghubungi. "Mau

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Temui Saya!

    Wajah Sisca terlihat ketakutan, tapi penasaran. Ia pun menguping pembicaraan suaminya dengan Dokter Lucky."Halo. Selamat siang Dokter, ada apa menghubungi saya di jam makan siang?" tanya Barta dengan nada ramah. "Selamat siang Dokter Barta, maaf menggangu waktu makan siang Anda. Kalau boleh tahu, apa Anda punya waktu untuk menemui saya sore ini?"Barta mengangkat kedua alisnya. Pandang matanya beralih pada jam di atas dasbor mobil. Biasanya dia pulang pukul lima sore, kalau tidak lembur. Jika hari ini dia diminta lembur, kemungkinan jam pulangnya lebih malam."Bagaimana Dok? Bisa?" tanya Dokter Lucky, menunggu jawaban. "Hmm, kalau sore sekitar jam berapa ya Dok?" tanya Barta. Seingatnya, praktek Dokter Lucky tutup jam lima sore. "Jam empat, atau jam lima pas, bisa Dok?" Barta menggaruk alis yang tidak gatal. "Kalau jam empat saya tidak bisa Dokter. Kalau jam lima pas juga sepertinya tidak bisa karena saya pulang sekitar jam lima sore.""Oh begitu, oke .... ""Maaf sebelumnya, Do

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Istri Kesayangan

    Selesai marah-marah di tempat praktek Dokter Lucky. Sisca melanjutkan perjalanan menggunakan mobil hadiah sang suami, menuju rumah sakit.Selama dua tahun menikah, entah barang apa yang tidak dibelikan oleh Barta untuk hadiah anniversary dan ulang tahun. Semua Sisca dapatkan, meskipun harganya tidak semahal barang-barang milik Istri Pejabat. Namun, mendapatkan apresiasi seperti itu sudah cukup membuat Sisca merasa beruntung memiliki suami sebaik Barta. Dari semua kelebihan Barta, hanya satu kekurangan lelaki tampan itu, penyakit reproduksi."Mas, aku udah ada di parkiran. Aku bawa makan siang untuk kamu," ucap Sisca di dalam telepon."Makasih By, aku jemput kamu di parkiran ya. Jangan turun dari mobil dulu. Cuaca hari ini panas, nanti kulit kamu rusak.""Apaan sih Mas! Lebay banget. Kamu lupa ya kalau aku ini cuma gadis Desa yang kebetulan dinikahin sama Dokter dari Kota? Jangan berlebihan deh, biasanya di kampung, jam segini tuh aku nyuci baju di sungai."Barta terkekeh pelan. "Itu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Pulang Tanpa Hasil

    "Bagaimana, Bu Sisca? Apa Anda yakin ingin melaporkan saya ke Polisi dengan tuduhan tanpa bukti seperti itu? Saya tunggu laporan Anda," tantang Dokter Lucky sambil tersenyum kecil. Ia menatap wajah Sisca yang pucat. Wanita itu hanya diam, kehabisan kata-kata mendengar tantangan sang Dokter.Bukan Lucky yang takut, justru malah sebaliknya ... nyali Sisca menciut.Dokter Lucky menghela napas panjang, masih menyunggingkan senyuman manis dengan kedua tangan bertumpu di atas meja sambil menopang dagunya.Ia menatap Sisca tanpa berkedip. Entah mengapa, semakin ditatap wajah Sisca terlihat semakin cantik dan memesona. Beruntung laki-laki seperti Barta memiliki istri spek bidadari seperti Sisca, pikir Lucky."Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai Dokter. Tidak ada yang salah dengan hal itu," lanjut Lucky.Wanita yang terus ditatap Dokter tampan itu, menarik napas panjang. Sadar apa yang dilakukan akan menjadi bumerang untuk rumah tangganya.Kalau dia menuruti ego, bukan tidak mungkin Ba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status