Share

Suami Sempurna itu, Seperti Apa?

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-06-30 09:36:09

Selesai memasak makan malam, Sisca dan ibu mertuanya memanggil lelaki Kesayangan untuk menikmati masakan buatan mereka.

Dengan senyuman lebar dan tatapan kagum, Barta menghampiri istri tercinta dan memberikan kecupan mesra di kening.

"Terima kasih, Sayang," ucap Barta. Suaranya terdengar sangat lembut.

Sisca tersenyum dengan rona merah yang terlihat jelas di kedua pipi. Mendengar ucapan terima kasih dari sang suami, ditambah kecupan mesra, membuat hatinya berbunga.

Wajar 'kan? Tak banyak istri yang mendapat apresiasi seperti itu dari suaminya di jaman sekarang.

Itulah sebabnya kenapa Sisca selalu mengganggap suaminya sebagai lelaki sempurna di dunia ini.

Barta selalu me-Ratukannya. Menjadikan Sisca wanita spesial di rumah, maupun di luar rumah.

Bahkan, tak jarang Barta selalu membanggakan Sisca di depan teman-teman kerjanya sebagai Dokter.

Sisca merasa dunianya baik-baik saja meskipun dia belum pernah merasakan nikmat Surga dunia.

"Wah, ada makanan kesukaan aku nih," kata Barta saat dia melihat berbagai hidangan di atas meja. Dan yang menarik perhatian adalah makanan favorit.

Inggrid tersenyum simpul, ia tatap menantu cantik yang duduk di seberang meja bersama anak lelaki Kesayangan.

"Sisca yang masak semuanya. Kamu pasti tahu Istrimu itu pintar masak. Kamu beruntung bisa punya istri seperti Sisca," puji wanita baya itu.

Sisca tersipu malu mendengar pujian dari Ibu mertua. Kombinasi lengkap kebahagiaan yang dia dapat di hidup.

"Mama benar, aku sangat beruntung mendapatkan istri seperti Sisca," balas Barta membenarkan. Ia menoleh, menatap kagum pada sang istri.

"Apaan sih Mas! Mending makan deh, nanti keburu dingin," protes Sisca. Wajahnya terlihat semakin memerah mendengar pujian-pujian dari suami dan mertua.

"Aku memang beruntung dapat Istri seperti kamu, By," kekeh Barta.

Sisca menatap suaminya lekat, "Aku yang beruntung dapat suami sebaik kamu, Mas."

Jujur, selama beberapa tahun merasakan perjalanan mencari cinta sejati. Pernah merasa sakitnya dikhianati oleh lelaki dan pernah gagal menikah, Sisca akhirnya bisa mendapatkan kebahagiaan setelah bertemu Barta.

"Kalian berdua sama-sama beruntung mendapatkan satu sama lain. Kalian itu sama-sama bisa melengkapi kekurangan pasangan. Papa yakin rumah tangga kalian pasti akan langgeng sampai kakek-nenek. Apalagi kalau kalian punya anak," ujar Bramanto.

Mendengar kata 'anak', hancur mood Barta dan Sisca. Keduanya hanya diam dan mulai menikmati makan malam mereka.

Sedangkan Bramanto dan Inggrid saling menatap. Inggrid menggeleng pelan, tanda tidak paham ... kata-kata apa yang menyinggung perasaan Barta dan Sisca?

***

Selesai makan malam, Inggrid dan Bramanto berpamitan pulang ke rumah. Mereka hanya berkunjung sebulan sekali untuk memastikan rumah tangga anak dan menantu mereka baik-baik saja.

Setelah kedua orang tuanya pulang. Seperti biasa, Barta dan Sisca mencoba berbagai cara untuk bisa membuat Pusaka Barta berfungsi sebagai mana mestinya.

Dengan kesabaran penuh, Sisca mengusahakan agar milik suaminya bangun.

"Huh! Capek Mas," keluh Sisca menyudahi kegiatan dengan helaan napas panjang. Ia terduduk lemas di pinggir ranjang sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Barta mendekati sang istri, mengecup lembut kening Kesayangan lalu duduk di sebelah. "Besok aku mau ke Dokter lagi. Dokter Lucky bilang dia punya obat baru yang kemungkinan bisa memberikan efek pada kejantananku."

Sisca menoleh, menatap suaminya. "Kamu yakin? Nanti obatnya cuma bikin kamu tidur cepet, kayak kemarin itu. Kamu tidur kayak orang pingsan."

Barta tersenyum, "Kali ini aku yakin, By. Kita coba aja ya. Namanya hasil, pasti ngga akan mengkhianati usaha."

"Iya deh." Sisca mengangguk lesu. Pasrah dengan apapun hasilnya. Toh, sudah sering dia kecewa.

"Maaf ya, Baby," ucap Barta tiba-tiba.

Sisca terdiam sambil menatap wajah sedih suaminya. Ia tahu perasaan sang suami yang sampai saat ini belum bisa menjadi lelaki normal.

"Ngga perlu minta maaf, Mas. Aku terima kamu apa adanya kok," senyum Sisca, memeluk tubuh suaminya erat.

"Makasih ya. Kamu udah mau menerima aku yang seperti ini. Aku bahagia bisa memiliki Istri seperti lelaki normal. Kamu tahu 'kan, ngga akan ada wanita yang mau menikah dengan lelaki seperti aku selain kamu."

"Aku yakin kamu bisa menjadi laki-laki normal, Mas. Kamu hanya butuh waktu aja. Kamu harus percaya salah satu dari seribu pengobatan yang kita lakukan, pasti membuahkan hasil."

"Amin, semoga," harap Barta dengan helaan napas panjang. "Kita tidur cepat malam ini, ya."

"Hmm," angguk Sisca.

Keduanya naik ke atas ranjang. Berbaring di bawah selimut dengan tubuh polos satu sama lain.

Saling berpelukan, memberikan kehangatan.

"Kenapa kamu ngga jujur aja sama kedua orang tua kamu, Mas? Aku capek ditanya kapan hamil," keluh Sisca.

"Aku takut Mama dan Papa syok. Mama punya riwayat penyakit jantung bawaan, kalau dia syok, kondisinya bisa memburuk, bahkan bisa menyebabkan kematian. Aku ngga mau itu terjadi."

Sisca mengangguk paham. Akhirnya dia tahu alasan sang suami merahasiakan penyakit itu dari kedua mertua.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Balasan Chat

    Sisca menunggu balasan chat dari Dokter Lucky, namun pesannya hanya dibaca, tidak dibalas.Kesal! Sisca menghubungi nomor ponsel itu, namun tidak diangkat oleh sang Dokter. "Darimana dia tahu nomor hape aku?" gumam Sisca mengingat-ingat.Sekian menit berdiri di depan pintu rumah sambil mengingat tentang nomor ponselnya, Sisca mengingat darimana Dokter Lucky mendapatkan nomor ponselnya.Saat berbicara dengan petugas resepsionis di tempat praktek tadi, ia diminta untuk menuliskan nomor ponsel dan data diri. "Apa maksudnya ngirim chat itu?" Sisca membaca kembali pesan yang dikirim oleh Dokter Lucky.Beberapa kali ia baca, tetap saja tidak menemukan jawaban kenapa Lucky mengatakan itu.Malas meladeni kegilaan Dokter Lucky, Sisca mengabaikan pesan tersebut lalu masuk ke dalam rumah.Dring! Suara ponselnya berdering, Sisca menerima telepon itu tanpa melihat siapa yang menghubungi. "Mau

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Temui Saya!

    Wajah Sisca terlihat ketakutan, tapi penasaran. Ia pun menguping pembicaraan suaminya dengan Dokter Lucky."Halo. Selamat siang Dokter, ada apa menghubungi saya di jam makan siang?" tanya Barta dengan nada ramah. "Selamat siang Dokter Barta, maaf menggangu waktu makan siang Anda. Kalau boleh tahu, apa Anda punya waktu untuk menemui saya sore ini?"Barta mengangkat kedua alisnya. Pandang matanya beralih pada jam di atas dasbor mobil. Biasanya dia pulang pukul lima sore, kalau tidak lembur. Jika hari ini dia diminta lembur, kemungkinan jam pulangnya lebih malam."Bagaimana Dok? Bisa?" tanya Dokter Lucky, menunggu jawaban. "Hmm, kalau sore sekitar jam berapa ya Dok?" tanya Barta. Seingatnya, praktek Dokter Lucky tutup jam lima sore. "Jam empat, atau jam lima pas, bisa Dok?" Barta menggaruk alis yang tidak gatal. "Kalau jam empat saya tidak bisa Dokter. Kalau jam lima pas juga sepertinya tidak bisa karena saya pulang sekitar jam lima sore.""Oh begitu, oke .... ""Maaf sebelumnya, Do

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Istri Kesayangan

    Selesai marah-marah di tempat praktek Dokter Lucky. Sisca melanjutkan perjalanan menggunakan mobil hadiah sang suami, menuju rumah sakit.Selama dua tahun menikah, entah barang apa yang tidak dibelikan oleh Barta untuk hadiah anniversary dan ulang tahun. Semua Sisca dapatkan, meskipun harganya tidak semahal barang-barang milik Istri Pejabat. Namun, mendapatkan apresiasi seperti itu sudah cukup membuat Sisca merasa beruntung memiliki suami sebaik Barta. Dari semua kelebihan Barta, hanya satu kekurangan lelaki tampan itu, penyakit reproduksi."Mas, aku udah ada di parkiran. Aku bawa makan siang untuk kamu," ucap Sisca di dalam telepon."Makasih By, aku jemput kamu di parkiran ya. Jangan turun dari mobil dulu. Cuaca hari ini panas, nanti kulit kamu rusak.""Apaan sih Mas! Lebay banget. Kamu lupa ya kalau aku ini cuma gadis Desa yang kebetulan dinikahin sama Dokter dari Kota? Jangan berlebihan deh, biasanya di kampung, jam segini tuh aku nyuci baju di sungai."Barta terkekeh pelan. "Itu

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Pulang Tanpa Hasil

    "Bagaimana, Bu Sisca? Apa Anda yakin ingin melaporkan saya ke Polisi dengan tuduhan tanpa bukti seperti itu? Saya tunggu laporan Anda," tantang Dokter Lucky sambil tersenyum kecil. Ia menatap wajah Sisca yang pucat. Wanita itu hanya diam, kehabisan kata-kata mendengar tantangan sang Dokter.Bukan Lucky yang takut, justru malah sebaliknya ... nyali Sisca menciut.Dokter Lucky menghela napas panjang, masih menyunggingkan senyuman manis dengan kedua tangan bertumpu di atas meja sambil menopang dagunya.Ia menatap Sisca tanpa berkedip. Entah mengapa, semakin ditatap wajah Sisca terlihat semakin cantik dan memesona. Beruntung laki-laki seperti Barta memiliki istri spek bidadari seperti Sisca, pikir Lucky."Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai Dokter. Tidak ada yang salah dengan hal itu," lanjut Lucky.Wanita yang terus ditatap Dokter tampan itu, menarik napas panjang. Sadar apa yang dilakukan akan menjadi bumerang untuk rumah tangganya.Kalau dia menuruti ego, bukan tidak mungkin Ba

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Kembalikan Uang Suami Saya!

    Seperti keinginan sebelumnya, Sisca akan mengambil uang itu dari Dokter Lucky. Berbekal alamat yang dia dapat dari amplop berisi kertas persetujuan, Sisca mendatangi praktek Dokter andrologi itu. Sebenarnya Dokter Lucky sudah dua tahun ini menangani Barta, tepatnya setelah Barta menikahi Sisca. Biasanya obat dari Lucky tidak terlalu mahal dan tidak memiliki efek samping yang berat sampai kematian. Namun sekarang, obat yang diberikan justru membuat Sisca overthinking, takut suaminya pindah alam. "Maaf Bu, Anda sedang mencari siapa?" tanya petugas resepsionis pada Sisca yang datang di jam makan siang.Ya, sebelum mengantar makan siang untuk suaminya di rumah sakit umum, Sisca menyempatkan diri datang ke tempat praktek Dokter Lucky. Biasanya Barta hanya datang seorang diri, dengan alasan pasien di sana hanya laki-laki. Takut Sisca menjadi pusat perhatian. "Saya ingin bertemu dengan Dokter Lucky! Saya Istri dari salah satu pasien Dokter penipu itu!" kata Sisca dengan nada angkuh dan

  • Ketika Pernikahan Diuji (Suamiku Dokter, tapi Impoten)   Maafin Aku, Bi

    "Kamu beli obat itu? Harganya dua puluh juta?"Sisca melepas pelukan setelah mendengar pengakuan sang suami tentang pembelian obat kuat itu.Ia menatap suaminya dengan sorot mata kecewa berat.Bukan hanya karena nominalnya sama seperti uang belanja yang diberikan Barta untuknya setiap bulan, tetapi soal kejujuran sang suami.Semalam Barta hanya menjelaskan ingin membeli obat kuat yang direkomendasikan oleh Dokter Lucky, tanpa memberitahu berapa harga obat itu. Andai dia tahu dari awal, pasti dia tidak akan mengijinkan suaminya datang ke sana. Apalagi setelah melihat efek samping obat yang bisa membunuh tanpa menyentuh. "Dua puluh juta itu duit belanja aku yang kamu kasih untuk sebulan, Mas," engah Sisca. Kedua manik matanya berkaca-kaca. Kesal, kecewa, sedih, bercampur menjadi satu seperti adonan kue. "Maaf, By. Aku cuma mau sembuh dan aku mau menjadi suami yang bisa menafkahi kamu seperti suami pada umumnya." Barta merosot turun dari sofa, berlutut di depan kedua kaki istrinya.Me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status