Wow... Tidak pernah terbayangkan dalam benak seorang Alvero Husodo dia bisa jadi anak terpopuler di fakultas. Bahkan satu Universitas. Daebak! Para Hyung pasti bangga padanya.
Tampan?
Jangan ditanyain lagi deh. Anaknya Daddy Ray gitu loh! Masa nggak tampan sih! Para Hyung aja kalah pokoknya.
Kaya?
Beuh, melintir cuy!
Secara majalah mana sih yang nggak memuat namanya sebagai tajuk? Majalah mana? Sini biar Vero beli.
Secara Vero itu Putra Mahkota Husodo gitu loh. Daddy-nya kan udah pensiun. Nah predikat itu untungnya lengser juga ke dia. Semoga aja dia bukan anak pungut atau anak adopsi, jadi dia nanti nggak akan jadi gembel di jalanan. Amit-amit nggak mau deh Vero kalau sampai itu kejadian. Vero nggak bisa hidup missqween soalnya.
"Xel.. Xel... Kok Si Tin-Tin nggak dateng-dateng ya?! Walaupun kita ini duo ulek, tapi kan Tin-Tin udah gue anggep kayak saudara sendiri Xel." Ujar Vero ketika ia tak kunjung melihat Justine di kampus.
"Alay sumpah lo, Ver." desis Axel yang tengah bermain ponsel. Emang sih bener kata Vero, Justine kenapa nggak nongol-nongol. Jangan-jangan masih berjemur lagi di pulau pribadinya itu anak.
Pulau kapuk yang penuh dengan hamparan iler maksudnya. Jangan harap deh itu yang namanya Justine Darmawan punya pulau pribadi macem orang-orang kaya gitu. Soalnya yang terakhir Axel denger dari Papanya, Si Justine mau diusir dari rumah.
"Woii.. Tin-Tin! Woiii! Vero hereeee." teriak Vero kencang saat melihat Justine.
"Woii, Ma Men. Ma Sop. Maaaaaaaasyaaaa Allaaah. Lo ngapain nangkring di sini? Nggak kelas padaan?" tanya Justine tak kalah heboh dengan gaya Vero sehari-hari.
Axel membelai dada naik-turun. Punya Vero dalam hidupnya saja sudah membuat dirinya ingin menenggak racun tikus, ini ditambah Justine.
"Wih keren lo Tin." kekeh Vero melihat gaya Justine hari ini. Anak dari pesaing bisnis Daddy-nya itu kuliah menggunakan ripped jeans. Mentang-mentang kampus punya nenek moyang. Pakai baju nggak ada keteknya juga santuy aja si Justine.
"Iyalah, gue geetoooh." bangga Justine. Mata justine menatap Vero lekat. Lebih tepatnya pada tas yang Vero bawa.
"Heh, Prince Husodo. Tas lo nggak ada yang lebih nggak oke lagi?" tanya Justine membuat Axel terbahak. Sedari tadi Axel memang ingin membuang tas yang Vero bawa. Sayang saja dia takut pada pemilik tas itu yang galaknya melebihi sang Mama dan Tantenya; Mommy Vero.
"Sialan lo, punya Valley ini. Gue doain lo ditolak adek gue lagi kapok lo Tin."
"Astagaaa! Abang ipaaar, noooooo! Gue nggak sanggup ditolak adek lo mulu."
"Alay." sahut Vero dan Axel bersamaan. Keduanya memandang jijik ke arah Justine.
"Hina Dina lo Tin, hih! Moga aja Vallery nolak lo lagi." doa Vero dengan tampang seriusnya. Namun sedetik kemudian wajah serius itu berubah menjadi tengil kala ada seorang gadis nampak di indera penglihatan Vero.
"Cewek, napsuin amat sih?" goda Vero saat gadis itu justru berhenti di hadapannya.
Duaaaakkk...
"Cewek gue anj*ng!" maki Axel kesal setelah menendang tungkai kaki Vero. Anak itu memang tak memiliki saringan di bibirnya. Asal aja kalau jeplak.
"Sakit, Bencong! Tahu gue itu cewek lo. Mantan gue waktu TK itu." kesal Vero sembari membelai-belai kakinya yang terasa sakit.
"Heh, mantan gue waktu TK! Lo mau kuliah apa mau ngapain?" tanya Vero sengit. Males manis-manis, ntar abis manis sepah dibuang lagi. Kan syakiitt.
"Dih, apaan sih Ver. Kepo lo ya?" tanya Adriana membuat Vero bergidik.
"Kepo muatamu itu. Lo liatin aja, pake sendal baju nggak celanaan. Mau jadi apaan lo?" sindir Vero yang mendapat jitakan dari Axel.
"Jemput gue doang pe'ak." kata Axel membuat bibir Vero membentuk huruf O besar.
Justine segera meletakkan papan skate-nya saat melihat seorang gadis yang akan berjalan melewati ia dan teman-temannya. Bisa runyam kalau terus-terusan berada diantara duo sambel uleg. Alarm bahaya sudah berbunyi, mending kabur aja batin Justine.
"Just, Lo mau kemana?" tanya Axel saat Justine sudah melaju dengan roda-rodanya.
"Kabur taik. Bentar lagi ada perang." teriak Justine menjawab pertanyaan Axel.
Mata Vero berbinar terang saat melihat gadis yang tengah berjalan ke arahnya.
"Cantik, pijitin Abang dong. Pake kacamata item kaya gitu pasti tukang pijit yak?" tanya Vero.
Duaaaggg....
"Aaaarrrgggg, Steeeeefaaaaanyyyyy. Angry Bird gueeeee, Setaaaaaaaan!" teriak Vero kesakitan sembari memegangi barang berharganya yang terasa ngilu.
"Bodo, amat bye..." ujar ketua senat itu sembari melangkahkan kaki pergi meninggalkan Vero yang meringis.
"Ver, lo baek?" tanya Axel yang dijawab dengan kepalan tangan di udara oleh Vero.
"Baek, jidat lo! Sakit Bencong! Telor Gue jadi ndog dadar!"
**
Vero mengerucutkan bibir sebal saat melihat adegan di parkiran kampusnya. Jomblo ngenes deh dia. Padahalkan dia ganteng, tajir melintir tapi kenapa jomblo. Mana barang keramatnya linu lagi. Dasar si Stefany nggak berperi keburungan. Sadeeeess bener deh ah!
"Weii, Weeiii. Abang sepupu, mantan dikala TK. Inget ada jomblo, Sempak! Kok lo pada tega main peluk-pelukkan di depan mata gue. Nggak suci mata gue anjir." kesal Vero meneriaki sepasang kekasih yang tengah duduk di atas kap mobil sambil berpelukkan.
"Heh, pencetus Hina Dina.. Dinaaaa Bapakmu itu. Terus pacar lo yang anak SMA apa kabar kalau lo tiap sendirian ngomongnya jomblo?" berang Axel melemparkan salah satu bungkusan snack ke arah Vero.
"Itu.. Ituu.. Itu... Ituuuu Aaaaaakuuuu.. Auwoo.. Awooo." jawab Vero melantur. Memang kebiasan Vero selalu mengalihkan pembicaraan jika ia tak bisa menjawab.
Adriana bergidik ngeri. Untung dia dulu jaman kencurnya nggak jadi naksir si Vero. Gila nggak sembuh-sembuh soalnya dari jaman krucil. Boro-boro sembuh, nambah parah iya, pikir Adriana.
"Jijik gue!" celetuk Adriana membuat Vero memutar bola matanya jengah.
"Jijik-jijik gini gue mantan lo paling ganteng, Bego! Nggak inget lo siapa yang hapusin ingus lo dulu waktu gue bilang kita berpisah aja."
Hoekk.. Rasanya Adriana ingin muntah tepat di atas muka Vero. Kurang ajar banget, aib itu, kenapa pake dibongkar segala.
Axel terkekeh. Dua orang ini kapan bisa akurnya. Dikit-dikit berantem. Moga aja nggak pada CLBK deh. Nanti bisa ikutan jomblo Axel.
"Gue mau bikin rusuh ah sama si lampir. Mau gue tendang itunya. Biar ngilu kaya gue" kekeh Vero membuat Adriana bergidik ngeri. Kok nggak berperi kewanitaan banget itu si Vero, pikirnya dalam hati.
"Heleh, lo mau nendang si Stefany? Yakin? Emangnya tega?" goda Axel membuat Vero melayangkan tatapan tajam pada sepupunya itu.
"Gue mau ke kantin dulu, mau ngutang gue." ujar Vero jengah melihat kemesraan Axel dan Adriana.
"Heh, kaya melintir lo mana? Makan ngutang. Najisun lo, Ver." teriak Adriana yang di hadiahi bahakkan dari Axel.
"Laki lo masih utang gue kampreeeetttttt." Balas Vero karena tak terima dihina oleh mantan kekasih masa TK-nya. Enak saja. Dulu yang suka beliin permen yupi itu anak siapa coba kalau bukan dirinya?! Gede-gede kok nggak tahu diri. Minta ditagih!
Katanya jatuh cinta itu indah. Tapi buat Vero jatuh cinta itu nggak ada manis-manisnya.Manis aja nggak ada apa lagi indah kan?! Sumpah yang bilang indah pengen Vero sleding tekel itu otaknya biar waras dikit.Vero menghembuskan nafas. Merasa lelah dengan kehidupan jomblonya selama ini. "Ck!" decaknya dengan jemari meremas botol air mineral hasil dari dia ngutang di warung Mak Darmi barusan.Please! Nggak usah kepo Mak Darmi itu yang mana dan siapa. Vero kasih tahu aja biar kalian nggak sampai kebawa ke alam mimpi. Nggak lucu banget kalau Pangeran Husodo harus bersaing dengan ibu-ibu gendut berambut keriting, ikal lagi. Haduh! Nggak level Cuy! Mending kalian mimpiin Vero aja wahai Netizen Indonesia.Nah Mak Darmi itu yang punya kelontong di kantin kampus. Baik hati dan tidak sombong. Makanya Vero dikasih hutang. Paling baik lagi, nggak pake bunga-bungaan macam rentenir. Bayarnya pas sesuai dengan barang yang dia ambil selama ini. Tenor bisa diperpanjang lagi sampai semampunya bayar.T
Sialan! Sakit banget. Emang nggak berperi keburungan itu si Stefany. Gue burungin juga kapok deh tuh cewek, gerutu Vero dalam hati saat memasuki halaman rumah orang tuanya. Kekejaman Stefany yang menendang barang keramat milik Vero masih meninggalkan ngilu yang teramat di selangkangan anak lelaki Ray Husodo itu.Vallery menghentikan langkah kaki saat melihat sang kakak yang berjalan tertatih, belum lagi kakak satu-satunya itu dibantu oleh Axel, Kakak sepupu dari pihak sang Mamah."Abang Axe, itu Bang Vero kenapa?" tanya Vallery yang masih mengenakan seragam putih abu-abu."Eh, mundur. Tutupin pintu mobil Abang." titah Vero, membuat Vallery mendengus sebal. Selalu saja bersikap seperti bos, mentang-mentang anak laki-laki pertama dan satu-satunya. Lagian kenapa dirinya punya kakak macam Vero, kenapa nggak Justine aja yang selalu lembut padanya.Brakkk..."Lamboooorrrrrr gueeeeeee." teriak Vero histeris membuat sang Mama keluar dari rumah guna melihat kehebohan apa lagi yang anak laki-l
"Hoekkk."Sampai dirumah sakit pun Vero masih memuntahkan makanannya dari dalam perut. Ini semua efek Stefany yang tadi terus memukul punggung belakangnya. Gila sadis juga itu cewek, batin Vero."Ayang, bantuin. Perut aku masih nggak enak ini." Vero berteriak dari dalam kamar mandi ruang inapnya."Hoekk.""Iyuh, lo jangan kenceng-kenceng. Alay tahu nggak! Kaya dibuat-buat muntah aja!" kesal Stefany. Meski begitu, Stefany tetap melangkahkan kakinya menuju wastafel yang ada di kamar mandi, disana ada Vero yang menelungkupkan kepala di lingkaran wastafel."Mau muntah lagi nggak?" tanya Stefany galak, Vero menggelengkan kepala lemah. Takut kalau-kalau lagi muntah malah ditoyor kepalanya oleh Stefany. "Bantuin ke kasur Ayang." Vero merengek, menarik-narik kemeja Stefany. Tubuhnya ia sandarkan ke wastafel untuk mendukung akting lemah dihadapan gadis yang ia sukai.Sabar Stef, sabar! Jangan sampai masuk penjara karena ancaman pangeran kodok ini, rapal Stefany yang sebenarnya ingin sekali m
Alvero Husodo sedang melancarkan aksi ngambek pada kedua orang tuanya. Hal ini disebabkan karena Ray Husodo- sang daddy yang bertindak plin-plan. Laki-laki itu sekarang telah menjadi penghianat pertama di segala bangsa yang Vero ketahui. Ray mulai mendaftarkan diri jadi pengikut setia Mellia yang menolak untuk mendukung dirinya. Alhasil kini Vero memutuskan kabur saja dari rumah. Ia berdiam di dalam apartemen yang Ray belikan.“Sepi nggak ada Daddy..” keluh Vero. Biasanya jika malam tiba ia akan merangsek ke tubuh sang daddy. Menjahili laki-laki itu karena tidak ada agenda main dengan Axel dan Justine.Malam semakin larut tapi Vero sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Anak pertama pasangan Raynald dan Mellia Husodo itu masih memikirkan kesialan yang ia dapat. Andai sang daddy tak menyuruh dirinya pulang, ia pasti sedang bermesraan dengan Stefany saat ini. “Ah! Padahal tadi gue diajakin masuk ke kamar dia loh!” kesal Vero. Semua itu gagal akibat panggilan Lord Husodo. Coba saja dad
Banyak hal yang tidak semua orang tahu tentang Vero, termasuk sifat posesifnya yang menurun dari sang daddy. Vero memang layaknya laki-laki lain yang akan menyimpan tambatan hati untuk dirinya sendiri. Ia tak akan rela jika gadis itu, gadis pujaannya, dikagumi oleh manusia-manusia lain— meski hanya secara penampilan."Masuk!" titah Vero sembari menatap tajam Stefany. “Cepet masuk!” ulang Vero tak mau dibantah."Gue mau pulang!" sentak Stefany saat Vero terus menyuruhnya untuk masuk ke dalam unit apartemen milik laki-laki muda itu."MASUK, SEKARANG!" tubuh Stefany tersentak. Ia tak menyangka jika Vero akan berubah semenyeramkan ini. Laki-laki yang biasanya bertingkah tak punya otak itu, cukup membuat tubuh Stefany bergetar hanya karena sebuah sentakan keras."Lama!" hardik Vero lalu mendorong tubuh Stefany melewati pintu apartemennya yang telah terbuka lebar.Vero mendengus. Stefany tak kunjung meninggalkan posisinya di depan pintu. Tak mau mengambil pusing akan keterdiaman Stefany, Ve
Vero menarik nafas dalam untuk beberapa detik, sebelum mengeluarkannya secara perlahan. Ia mencoba mengumpulkan tenaga di kedua otot lengannya untuk menaikkan posisi Stefany yang terlelap dalam gendongan laki-laki itu. Dalam hati Vero mengumpat, merasakan berat badan Stefany yang ternyata cukup ampuh untuk membuat seluruh tubuhnya pegal.Kebanyakan dosa nih cewek! Makanya jangan nolak gue, biar dosa lo berkurang Stef, gerutu Vero dalam hati lalu kembali berjalan untuk melangkahkan kaki menaiki anak tangga pertama rumahnya. "Eits! Mau dibawa kemana itu anak orang, Bang?" cegah Mellia bertindak bak begal yang siap menghadang mangsa buruannya."Kamar Abang Vero, Mom." Jawab Vero menjelaskan kemana tujuan kakinya akan melangkah. Vero mengerang kala sang Mommy justru merentangkan kedua tangan seolah benar-benar niat untuk menghadang dirinya."Mom, ini berat. Awas ih!” pinta Vero. Ia benar-benar nggak like sama kerjaan mommynya saat ini. Jika Stefany jatuh lalu masuk neraka, ia akan menjad
Stefany merasakan mual. Di sepanjang perjalanan, selepas mereka mendarat di Bandara Ahmad Yani Semarang dan menuju ke kota kelahirannya, Batang, Mommy Vero selalu saja melancarkan aksi tanya yang lebih dapat Stefany jelaskan sebagai interogasi dadakan. Stefany sebenarnya tak suka jika orang lain terlalu banyak mengusik privasinya. Tapi apa daya, ia tentu tak memiliki pilihan lain selain memberikan jawaban."Serem gini sih jalannya, Yang. Kamu orang ndeso ya?! Tinggalnya di hutan gini." celetuk Vero membuat sumbu amarah di otak Stefany semakin memendek. Seharian ini Stefany sudah mencoba memanjangkan sabarnya. Pasalnya tak hanya Vero, seluruh anggota keluarga laki-laki itu benar-benar menguji kewarasan."Bukan, gue Orang Utan makanya tinggalnya di hutan gini buat pulang ke rumah. Puas!" amuk Stefan ketika mobil yang mereka kendarai sedang melintasi jalanan Alas Roban. Daerah yang mereka lewati memang menyajikan pepohonan besar seperti jati dan mahoni. Terlebih kendaraan yang berlalu-l
"Ver... Lo kemaren pergi kemana?!" tanya Justine sembari memainkan ponselnya. Selain menjadi mahasiswa abadi, Justine juga calon ayah yang harus memantau kondisi terkini malaikat kecilnya. Ia tak bisa jauh-jauh dari benda pipih itu. Meleng sedikit saja istrinya yang cantik jelita pasti akan berselfie-ria, membuat seluruh kaum adam mengirimkan direct message pada akun sosial sang istri."Sibuk gue, Just! Banyak acara.." sahut Vero. Mata Vero berbinar. Justine yakin sebentar lagi pasti akan ada kekacauan yang sahabatnya itu buat."Cantik..."Nah, kan!!"Cewek!! Yuhuuu! Godain Abang dong!" goda Vero sembari memberikan cengiran kuda andalannya hingga membuat Justine menggelengkan kepala. Memang selalu ada saja kelakuan Pangeran Husodo satu itu. Sehari tidak mengganggu Stefany mungkin anak itu akan sembelit dengan perut melilit-lilit. Justine saja heran."Cewek, uhuiii. Swiuuuiiittt." Kali ini Vero bahkan sampai bersiul. Andai anak itu tahu jika apa yang ia lakukan masuk ke dalam kategori