Home / Romansa / Ketika Pewaris Jatuh Cinta / [1] Perseteruan Mantan Ketika Bocil

Share

[1] Perseteruan Mantan Ketika Bocil

Author: qeynov
last update Last Updated: 2024-02-03 19:08:12

Wow... Tidak pernah terbayangkan dalam benak seorang Alvero Husodo dia bisa jadi anak terpopuler di fakultas. Bahkan satu Universitas. Daebak! Para Hyung pasti bangga padanya.

Tampan?

Jangan ditanyain lagi deh. Anaknya Daddy Ray gitu loh! Masa nggak tampan sih! Para Hyung aja kalah pokoknya.

Kaya?

Beuh, melintir cuy!

Secara majalah mana sih yang nggak memuat namanya sebagai tajuk? Majalah mana? Sini biar Vero beli.

Secara Vero itu Putra Mahkota Husodo gitu loh. Daddy-nya kan udah pensiun. Nah predikat itu untungnya lengser juga ke dia. Semoga aja dia bukan anak pungut atau anak adopsi, jadi dia nanti nggak akan jadi gembel di jalanan. Amit-amit nggak mau deh Vero kalau sampai itu kejadian. Vero nggak bisa hidup missqween soalnya.

"Xel.. Xel... Kok Si Tin-Tin nggak dateng-dateng ya?! Walaupun kita ini duo ulek, tapi kan Tin-Tin udah gue anggep kayak saudara sendiri Xel." Ujar Vero ketika ia tak kunjung melihat Justine di kampus.

"Alay sumpah lo, Ver." desis Axel yang tengah bermain ponsel. Emang sih bener kata Vero, Justine kenapa nggak nongol-nongol. Jangan-jangan masih berjemur lagi di pulau pribadinya itu anak.

Pulau kapuk yang penuh dengan hamparan iler maksudnya. Jangan harap deh itu yang namanya Justine Darmawan punya pulau pribadi macem orang-orang kaya gitu. Soalnya yang terakhir Axel denger dari Papanya, Si Justine mau diusir dari rumah.

"Woii.. Tin-Tin! Woiii! Vero hereeee." teriak Vero kencang saat melihat Justine.

"Woii, Ma Men. Ma Sop. Maaaaaaaasyaaaa Allaaah. Lo ngapain nangkring di sini? Nggak kelas padaan?" tanya Justine tak kalah heboh dengan gaya Vero sehari-hari.

Axel membelai dada naik-turun. Punya Vero dalam hidupnya saja sudah membuat dirinya ingin menenggak racun tikus, ini ditambah Justine.

"Wih keren lo Tin." kekeh Vero melihat gaya Justine hari ini. Anak dari pesaing bisnis Daddy-nya itu kuliah menggunakan ripped jeans. Mentang-mentang kampus punya nenek moyang. Pakai baju nggak ada keteknya juga santuy aja si Justine.

"Iyalah, gue geetoooh." bangga Justine. Mata justine menatap Vero lekat. Lebih tepatnya pada tas yang Vero bawa.

"Heh, Prince Husodo. Tas lo nggak ada yang lebih nggak oke lagi?" tanya Justine membuat Axel terbahak. Sedari tadi Axel memang ingin membuang tas yang Vero bawa. Sayang saja dia takut pada pemilik tas itu yang galaknya melebihi sang Mama dan Tantenya; Mommy Vero.

"Sialan lo, punya Valley ini. Gue doain lo ditolak adek gue lagi kapok lo Tin."

"Astagaaa! Abang ipaaar, noooooo! Gue nggak sanggup ditolak adek lo mulu."

"Alay." sahut Vero dan Axel bersamaan. Keduanya memandang jijik ke arah Justine.

"Hina Dina lo Tin, hih! Moga aja Vallery nolak lo lagi." doa Vero dengan tampang seriusnya. Namun sedetik kemudian wajah serius itu berubah menjadi tengil kala ada seorang gadis nampak di indera penglihatan Vero.

"Cewek, napsuin amat sih?" goda Vero saat gadis itu justru berhenti di hadapannya.

Duaaaakkk...

"Cewek gue anj*ng!" maki Axel kesal setelah menendang tungkai kaki Vero. Anak itu memang tak memiliki saringan di bibirnya. Asal aja kalau jeplak.

"Sakit, Bencong! Tahu gue itu cewek lo. Mantan gue waktu TK itu." kesal Vero sembari membelai-belai kakinya yang terasa sakit.

"Heh, mantan gue waktu TK! Lo mau kuliah apa mau ngapain?" tanya Vero sengit. Males manis-manis, ntar abis manis sepah dibuang lagi. Kan syakiitt.

"Dih, apaan sih Ver. Kepo lo ya?" tanya Adriana membuat Vero bergidik.

"Kepo muatamu itu. Lo liatin aja, pake sendal baju nggak celanaan. Mau jadi apaan lo?" sindir Vero yang mendapat jitakan dari Axel.

"Jemput gue doang pe'ak." kata Axel membuat bibir Vero membentuk huruf O besar.

Justine segera meletakkan papan skate-nya saat melihat seorang gadis yang akan berjalan melewati ia dan teman-temannya. Bisa runyam kalau terus-terusan berada diantara duo sambel uleg. Alarm bahaya sudah berbunyi, mending kabur aja batin Justine.

"Just, Lo mau kemana?" tanya Axel saat Justine sudah melaju dengan roda-rodanya.

"Kabur taik. Bentar lagi ada perang." teriak Justine menjawab pertanyaan Axel.

Mata Vero berbinar terang saat melihat gadis yang tengah berjalan ke arahnya.

"Cantik, pijitin Abang dong. Pake kacamata item kaya gitu pasti tukang pijit yak?" tanya Vero.

Duaaaggg....

"Aaaarrrgggg, Steeeeefaaaaanyyyyy. Angry Bird gueeeee, Setaaaaaaaan!" teriak Vero kesakitan sembari memegangi barang berharganya yang terasa ngilu.

"Bodo, amat bye..." ujar ketua senat itu sembari melangkahkan kaki pergi meninggalkan Vero yang meringis.

"Ver, lo baek?" tanya Axel yang dijawab dengan kepalan tangan di udara oleh Vero.

"Baek, jidat lo! Sakit Bencong! Telor Gue jadi ndog dadar!"

**

Vero mengerucutkan bibir sebal saat melihat adegan di parkiran kampusnya. Jomblo ngenes deh dia. Padahalkan dia ganteng, tajir melintir tapi kenapa jomblo. Mana barang keramatnya linu lagi. Dasar si Stefany nggak berperi keburungan. Sadeeeess bener deh ah!

"Weii, Weeiii. Abang sepupu, mantan dikala TK. Inget ada jomblo, Sempak! Kok lo pada tega main peluk-pelukkan di depan mata gue. Nggak suci mata gue anjir." kesal Vero meneriaki sepasang kekasih yang tengah duduk di atas kap mobil sambil berpelukkan.

"Heh, pencetus Hina Dina.. Dinaaaa Bapakmu itu. Terus pacar lo yang anak SMA apa kabar kalau lo tiap sendirian ngomongnya jomblo?" berang Axel melemparkan salah satu bungkusan snack ke arah Vero.

"Itu.. Ituu.. Itu... Ituuuu Aaaaaakuuuu.. Auwoo.. Awooo." jawab Vero melantur. Memang kebiasan Vero selalu mengalihkan pembicaraan jika ia tak bisa menjawab.

Adriana bergidik ngeri. Untung dia dulu jaman kencurnya nggak jadi naksir si Vero. Gila nggak sembuh-sembuh soalnya dari jaman krucil. Boro-boro sembuh, nambah parah iya, pikir Adriana.

"Jijik gue!" celetuk Adriana membuat Vero memutar bola matanya jengah.

"Jijik-jijik gini gue mantan lo paling ganteng, Bego! Nggak inget lo siapa yang hapusin ingus lo dulu waktu gue bilang kita berpisah aja."

Hoekk.. Rasanya Adriana ingin muntah tepat di atas muka Vero. Kurang ajar banget, aib itu, kenapa pake dibongkar segala.

Axel terkekeh. Dua orang ini kapan bisa akurnya. Dikit-dikit berantem. Moga aja nggak pada CLBK deh. Nanti bisa ikutan jomblo Axel.

"Gue mau bikin rusuh ah sama si lampir. Mau gue tendang itunya. Biar ngilu kaya gue" kekeh Vero membuat Adriana bergidik ngeri. Kok nggak berperi kewanitaan banget itu si Vero, pikirnya dalam hati.

"Heleh, lo mau nendang si Stefany? Yakin? Emangnya tega?" goda Axel membuat Vero melayangkan tatapan tajam pada sepupunya itu.

"Gue mau ke kantin dulu, mau ngutang gue." ujar Vero jengah melihat kemesraan Axel dan Adriana.

"Heh, kaya melintir lo mana? Makan ngutang. Najisun lo, Ver." teriak Adriana yang di hadiahi bahakkan dari Axel.

"Laki lo masih utang gue kampreeeetttttt." Balas Vero karena tak terima dihina oleh mantan kekasih masa TK-nya. Enak saja. Dulu yang suka beliin permen yupi itu anak siapa coba kalau bukan dirinya?! Gede-gede kok nggak tahu diri. Minta ditagih!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   226 END

    Blitz kamera para wartawan langsung bermunculan menyambut kedatangan tiga keluarga besar yang memasuki ballroom hotel milik salah satunya. Para wartawan seakan berlomba untuk mengambil gambar dari tempat mereka. Mengabadikan sebanyak-banyaknya momen langka yang baru saja tercipta.Husodo, Darmawan dan Dirgantara– Ketiga nama itu terlalu besar untuk dilewatkan. Kapan lagi mereka bisa menangkap dalam satu acara yang memang ditujukan untuk ketiganya.Malam ini, pesta akbar digelar untuk memperkenalkan pasangan muda yang resmi bergabung pada ketiganya. Memamerkan ikatan erat yang terjalin tidak hanya sebagai rekanan semata, melainkan sebagai keluarga besar utuh yang kelak tak dapat dipisahkan oleh apapun– termasuk itu maut. Katakanlah, Husodo pemenang dari segalanya. Keluarga bertamengkan baja berlapiskan emas tersebut mendapatkan menantu spektakuler– berasalkan putri-putri yang kekayaannya bahkan sebanding dengan milik mereka. Ini merupakan durian runtuh yang nilainya tidak terkira mesk

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   225 Ngidam Elit Pembawa Kesengsaraan

    “Anak kesayangan Papa, mentang-mentang udah jadi bagian Husodo nggak pernah sekali-kalinya nengokin!” Melihat Princess berada di ruang keluarga rumahnya– Justine yang baru saja pulang dari kantor langsung melancarkan sindiran keras. Sebagai ayah, hatinya terluka. Putrinya seakan lupa jika dia memiliki orang tua setelah menikah. Jujur Justin kecewa, tapi dirinya juga tak dapat melakukan apa-apa. Jika saja bisa– Justine ingin protes. Menggerakkan massa untuk demo besar-besaran di depan rumah Vero. Berorasi agar Keluarga Husodo mau mengembalikan putri kesayangannya. Terdengar gila memang– Namun begitulah adanya. Justine ingin membuat keributan supaya putrinya di depak dan kembali padanya. Ia belum siap kehilangan Princess. Rasanya baru kemarin putrinya terlahir ke dunia.Seharusnya Justine telah terbiasa dengan alpanya Princess dari kehidupannya. Hampir empat tahun lamanya Princess tinggal memisahkan diri, memilih apartemen sebagai tempat bernaung. Namun kini kasusnya berbeda. Raga dan

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   224 Bayangan Terhoror Princess

    “Jesseeeen!! Musuh bebuyutan gue!!” Mian berjalan cepat, ia menangkap pergelangan tangan Princess. “You are a pregnant woman! Nggak usah lari-lari. Jessen nggak akan kemana-mana!” Peringat Mian dengan wajahnya yang memerah.“Sorry..” Lirih Princess– menyesal karena tak mengingat keadaannya. “Thank you for reminding me, Buy.”“It’s okay. Jangan diulangi. Sini gandengan aja turunnya.” Mian menyatukan tangan mereka dalam genggaman. Ia tidak bisa memarahi Princess karena istrinya terlalu excited setelah bangun tidur. Ketika pertama kali membuka mata– Princess mencari-cari adiknya. Mungkin efek pemberitaan yang Oma Buyutnya sampaikan. Semalam Princess dan Marchellia diantarkan langsung oleh Marchellino. Keduanya terlelap begitu damai, sampai-sampai tak terusik pada pergerakannya dengan Jessen yang memindahkan tubuh mereka.“Sarapan Ces.. Papi denger kamu hari ini ada jadwal bimbingan? Isi tenaga dulu.” Ucap Vero sembari memindahkan sayuran ke piring Marchellia, “harus dimakan. Untuk keseh

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   223 Tetap Husodo Pemenangnya

    Sudah diputuskan, lima persen saham Darmawan diakuisisi oleh Husodo. Saham itu diberikan secara khusus beratasnamakan Jessen Husodo sebagai pemilik saham yang sah. Saham tersebut didapatkan dari milik Ardira Darmawan yang mempunyai lebih dari dua puluh persen saham di perusahaan suaminya. Meski berita resmi dan berkas perpindahan belum diselesaikan secara legal– keluarga besar Darmawan telah mengetahui bergulirnya saham tersebut ke tangan Jessen. “Pilihan yang sangat baik Bu Dira.. Saya mengapresiasi pengorbanan Ibu untuk cucu-cucu kita.” Ucap Mellia. Michell yang mengantarkan Mamanya, memainkan kaki. Mamanya sedang diberikan lawan yang tangguh dalam bermain peran kehidupan. Baru kali ini Michell melihat Mamanya kalah selain dari Mami istri kakaknya.“Di keluarga Darmawan pantang hukumnya menceraikan atau diceraikan oleh pasangan, Merlliana Haryo. Sesuatu yang dipersatukan Tuhan, tidak sepantasnya dipisahkan manusia. Terlebih dalam kasus ini, anak dan cucu saya memang keterlaluan. M

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   222 Penguasa Mah Beda

    Jessen terengah. Dadanya naik turun karena napas yang tak berjalan mulus keluar dari paru-parunya. Pria muda yang melarikan diri dari jerat saudara, papi dan sahabatnya tersebut mendudukan diri pada sebuah pohon besar dipinggir lapangan bola. Jessen merasa telah berlari sangat jauh, jadi kemungkinan untuk ditangkap sangatlah tipis.“Tega bener mereka,” hela Jessen sembari meluruskan kaki-kakinya. Kepalanya mengadah, bersandar pada batang pohon dengan mata terpejam.Tidak.. Jessen tak mau pernikahannya hancur. Sekuat hati ia memaklumi tingkah Papi dan Abang Marchellia. Menahan letupan amarah yang kadang singgah karena perkataan menjatuhkan mereka. Ia tidak ingin usahanya sia-sia.Jessen sendiri bukannya tidak mengetahui jika kata-kata sinis yang kerap kali ditujukan padanya merupakan bentuk ketidaksukaan mereka. Jessen mengetahuinya. Ia juga memiliki perasaan sama seperti kebanyakan orang. Terlebih mereka menunjukkannya tanpa aling-aling— tidak ditutup-tutupi atau diperhalus. Mereka m

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   221 Jessen Melarikan Diri

    “Kedainya masih lurus lagi Pi. Belokan pertama ke kanan,” Mian memberikan arahan kepada Vero. Mereka berniat untuk menjemput Jessen setelah mengetahui keberadaan anak itu dari balasan pesan Dodit.“Ini kalian seriusan kenapa kalau cari basecamp ngumpul! Nggak habis thinking Papi.” Omel Vero. Ia mengenal baik lingkungan yang sedang mereka lalui. Vero sendiri tidak akan pernah melupakan jalanan menuju indekos yang sempat ia tinggali. “Ini area kos-kosan, Yan! Papi belum pernah liat kedai bintang lima juga di area ini.”“Nggak ada yang namanya kedai berbintang, Papi. Ini warung yang sempet Papi liat pas VCall-an sama Jess.” Terang Mian agar Vero tidak salah paham kemana tujuan mereka yang sebenarnya. Papinya yang kasta bangsawan tidak boleh terkejut karena itu akan menggagalkan misi mereka untuk ke rumah Opa Ray.“Kalian kebanyakan ngumpul sama di Dodit, Dodit itu! Begini jadinya.” Vero melirik gerbang rumah berlantai dua di sisi kanan yang baru saja ia lewati. Pria itu tersenyum, ‘kosan

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   220 Husodo Mulai Bergerak

    Usai memberikan bagiannya dalam melampiaskan emosi pada dosennya, Jessen keluar dari ruang kerja Chello. Ia sudah cukup puas menginjak-injak dua telur sang dosen menggunakan sol sepatunya. Setelahnya Jessen menyerahkan semua kepada mertua dan kakak iparnya. Terserah mereka ingin melakukan apa, setidaknya Jessen telah berusaha melindungi Marchellia semampu yang ia bisa.“Balik?”“Princess?” Jessen menjawab Mian dengan pertanyaan lain. Jika mereka pulang sebelum para wanita sampai di rumah, saudara kembarnya bisa mendapat masalah. Jessen tidak ingin hal tersebut terjadi. Mian hari ini banyak menunjukan sisi terhebatnya sebagai seorang kakak— dan Jessen berharap tidak menyulitkan posisi Mian walau hanya sesaat.“Bisa gue chat biar langsung pulang naik Taksi. Gue yakin dia nggak bakalan marah.” Ucap Mian seperti tahu apa yang memberatkan diri Jessen. “Cepetan! Gue males liat komuk mertua sama abang ipar lo, Jes!! Mumpung mereka masih sibuk sama Pak Wisnu.” Seloroh Mian mengajak agar Jesse

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   219 The Brotherly Ties

    Menuruti permintaan Audi Mahendra untuk menyantap makanan yang wanita itu sajikan, telah Jessen lakukan bersama dua pengikut sekte aliran gelapnya. Siapa sangka Mian dan Princess mau diajak ikut serta menyatroni meja makan rumah orang lain. Ya, walau tidak sepenuhnya orang lain karena rumah Marchello Darmawan merupakan salah satu Opa Princess, tapi hebatnya wanita galak Mian rela dibangunkan secara paksa dengan iming-iming traktiran mie instan di Kedai Pelangi. Murahan memang istrinya Mian– Jessen saja dibuat tidak percaya pada awalnya jika makanan seharga sembilan ribuan lengkap dengan telur bisa membuat wanita itu luluh.Lupakan perihal Princess dan mie instan idamannya, kini saatnya Jessen berbicara serius dengan para lelaki di keluarga Darmawan. Ia ingin masalahnya cepat selesai dan manusia lancang yang menjadikan istrinya fantasi liar segera diangkut dan mendapatkan karma atas perbuatan beraninya.“Pi,” Jessen menyambangi Chello di ruang keluarga. Ia menghabiskan makanan lebih d

  • Ketika Pewaris Jatuh Cinta   218 Jessen; Si Mantu Paling Disayang

    Jantung Vero berdetak sangat cepat ketika melihat menantu keduanya berlarian menuruni tangga rumah. Demi Tuhan! Jika terjadi sesuatu pada Princess sesungguhnya keluarga Darmawan itu– seluruh manusia bernama belakang Husodo mungkin akan di-bumi hanguskan untuk selama-lamanya. Trah keluarga mereka dipastikan mengalami kepunahan total. Kejadian buruk harus segera Vero cegah.. Sesegera mungkin! “Acheeellll!!! Jangan lari-larian! Jalan aja, Chell!” Teriak Vero dengan tetap menjaga pita suaranya agar tak terdengar membentak. Runyam dunia persilatan kalau si Tuan Putri tersinggung. Jet lee bisa berubah jadi personel boyband nanti.“Papi, Ecen mana?! Ini.. Papi Achell telepon. Dia mau ngomong sama Ecen.” Sulit juga jika memiliki nama panggilan yang sama. Bagaimana nanti jika mereka tengah berada di acara kumpul keluarga besar dan Marchellia hanya memanggil dengan sebutan Papi. Besok-besok, untuk menantu selanjutnya Vero akan meminta Jemima mencarikan besan yang julukannya Bapak, Daddy atau

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status