Share

Bab 5. Mendadak Pulang

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-04-26 05:13:06

[Mas, aku dalam perjalanan pulang.]

“Kenapa dia mendadak pulang!?”

Tanpa dikomandoi, aku dan Eka spontan berucap secara bersamaan.

Entah kenapa membaca pesan dari Nisa itu, rasanya badanku jadi panas dingin. 

Bukannya aku suami-suami takut istri, tapi karena aku sudah membuat begitu banyak sandiwara dan kebohongan. Jika sampai Nisa benar-benar pulang mendadak, bisa buyar semuanya! 

"Aduh, mati aku!" ucapku lagi sambil memukul dahi, tiba-tiba juga kepala jadi pening. "Yank, kita harus siap-siap banyak hal. Jangan sampai keduluan si Nisa!"

Kalau benar Nisa pulang mendadak, bisa marah besar dia sama aku. Aku sudah mengkhianatinya, memeras tenaga dan menghabiskan uangnya. Belum lagi aku juga selalu mengabaikan Ais. Dia pasti akan sangat marah dan tidak bersedia menjadi ATM berjalanku lagi!

Tidak, hal itu tak boleh terjadi!

Tinggal selangkah lagi dari rencanaku merebut semua aset Nisa. Kalau dia tahu tentang perselingkuhanku dengan Eka, bisa hancur semua rencana yang kususun begitu lama!

Tak menunggu Eka menanggapi perkataanku itu, aku pun langsung masuk ke dalam rumah. Tujuanku adalah kamar, kamar utamaku dan Nisa yang kini telah beralih jadi kamar Eka. Aku harus segera membereskannya!

"Yank cepat kesini!" teriakku ketika telah sampai di kamar, kini aku berkacak pinggang tepat di ambang pintu. "Cepat bantu aku!"

Haduh, kenapa sih si Eka ini malah lelet banget? Apa dia nggak takut jika tiba-tiba saja Nisa sudah ada di depan pintu? 

Dasar nggak peka, untung cantik dan sexy!

Kuacak kasar rambut ini ketika Eka tak juga datang. "Eka!!" teriakku dengan lebih kencang.

"Apaan sih pakai teriak segala?!" 

Menit kemudian Eka datang dengan wajah malas dan manyun. Istri mudaku ini malah bersedekap dada.

Aku mendengus kesal. "Kamu ini gimana sih? Kok malah nyantai? Nisa ini dalam perjalanan pulang loh!" ucapku makin kesal.

Saat genting seperti ini, harusnya dia mengerti dong.

Tetapi, Eka malah menarik kedua sudut bibirnya, dia malah tertawa.

"Aduh Mas, kamu ini kok polos banget sih? Gampang banget dibohongi," ucap Eka sambil mengibaskan tangannya di depan mukaku.

Aku melongo, "Maksud kamu?"

Wanita cantik itu pun menggelengkan kepala, dan malah tertawa lebih keras. "Nisa itu nggak mungkin pulang cepat. Dia itu kan jadi TKW ada kontraknya kerjanya, nggak mungkin dong akan pulang dengan cepat dan tiba-tiba begitu. Jangan gampang percaya deh Mas."

Aku diam sesaat, mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Eka. 

"Tapi ... untuk apa juga Nisa bercanda tentang kepulangannya?" Aku masih sedikit ragu. "Nggak lucu kan?"

Eka malah kembali mencebik. "Berpikir positif aja dong. Siapa tahu dia hanya ingin ngasih kamu kejutan, Mas? Ayolah ... jangan panik begini."

Kutekuk alisku ketat, masih merasa tidak masuk akal. Akhirnya, aku pun mengirimkan pesan pada Nisa.

[Kamu pasti bercanda kan, Dek?]

Segera Ku kirim chat, yang sejak tadi memang belum aku balas.

Nampak Nisa pun sedang mengetik. Aku menunggu dengan rasa khawatir dan hati berdebar.  

Sebuah foto dikirim oleh Nisa, disertai dengan caption. 

[Aku sudah di sini Mas.]

Gila!

Itu kan sudah di depan rumah Bu Endang. 

Mataku terbelalak lebar, begitu pula dengan Eka yang saat ini matanya membulat.

5 Menit lagi!

Aku dan Eka langsung seperti orang kesurupan. Aku langsung memindahkan semua baju Eka ke kamar tamu. 

Seperti orang kesurupan, kami bekerja dengan kilat, karena setiap detik begitu berharga saat ini.

"Apa lagi, Mas? Semua sudah beres kan?" tanya Eka dengan nafas seperti orang yang baru saja lari maraton.

Kutengok kanan kiri, untuk memastikan jika semua sudah terkondisikan dengan baik.

"Sepertinya semua sudah siap."

Tak ada yang perlu dicemaskan lagi, kondisi rumah sepertinya sudah tak ada lagi yang mencurigakan. 

"Hufft ... syukurlah."  Eka berucap sambil menghapus keringat yang ada di keningnya.

Sekarang kami sedikit bisa bernafas lega, meski hati masih tak karuan.

Mendadak, terdengar suara Ais. "B-Bapak ... Ais lapar ...."

Putriku menghampiri kami, sontak aku dan Eka langsung saling berpandangan. Saking paniknya, kami sampai lupa jika ada satu masalah yang paling besar, Ais bisa ngomong semua ini ke ibunya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 118. Awal yang Baru - Tamat

    “Ryan, aku nggak tahu apakah ini keputusan yang benar,” Nisa membuka percakapan sambil menggenggam secangkir teh di tangannya. Mereka duduk di teras rumah Nisa, suasana malam yang tenang membuat percakapan mereka terdengar lebih dalam.Ryan menatapnya lembut, senyum kecil terlukis di wajahnya. “Apa yang membuatmu ragu, Nisa? Aku pikir kita sudah melewati begitu banyak hal bersama.”Nisa menghela napas, menatap lurus ke depan. “Aku khawatir tentang Ais. Dia sudah terlalu banyak melihat perubahan dalam hidupnya. Aku nggak ingin membuat keputusan yang salah dan menyakitinya lagi.”Ryan mengangguk, memahami sepenuhnya perasaan Nisa. “Aku mengerti, Nisa. Ais adalah prioritas kita. Aku juga sudah memikirkan ini dengan sangat hati-hati. Aku ingin memastikan bahwa kita semua, termasuk Ais, siap untuk melangkah ke tahap ini.”Nisa terdiam sejenak, merenung. Ryan selalu membuatnya merasa aman, dan Ais pun tampak begitu dekat dengan Ryan. Sejak mereka kembali dari Taiwan, Ais tidak henti-hentiny

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 117. Keputusan Andi

    Sore itu, suasana desa terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari mulai tenggelam, menciptakan pemandangan yang indah di atas sawah-sawah yang hijau. Nisa dan Ryan duduk di bawah pohon besar dekat rumah Nisa, menikmati teh hangat sambil memandangi Ais yang bermain dengan anak-anak desa lainnya. Suasana damai ini adalah sesuatu yang sudah lama dirindukan oleh Nisa."Aku nggak percaya kita sudah melalui semua ini, Ryan," kata Nisa dengan senyum kecil di wajahnya. "Rasanya seperti mimpi."Ryan tersenyum, menatap Nisa dengan penuh kasih sayang. "Aku juga, Nisa. Tapi ini nyata. Kita di sini, bersama-sama, dan itu yang paling penting."Nisa mengangguk pelan. "Ya, kamu benar. Aku bersyukur atas semua ini."Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kedamaian yang jarang mereka rasakan. Namun, suasana itu tiba-tiba terganggu oleh suara langkah kaki yang mendekat. Nisa menoleh dan melihat Andi berjalan ke arah mereka, wajahnya tampak sedikit canggung."Selamat sore," sapa Andi sambil tersenyum

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 116. Usaha Terakhir Asep

    Malam itu, Nisa sedang duduk di teras rumah keluarga Ryan di Taiwan. Angin sejuk berhembus pelan, membawa aroma bunga-bunga yang mekar di taman. Ais sedang bermain di dekat kolam ikan, tertawa ceria sambil menunjuk-nunjuk ikan-ikan yang berenang. Nisa merasa damai, seolah-olah semua beban hidupnya mulai berkurang sejak dia tiba di tempat ini. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh dering telepon di sakunya.Nisa mengambil ponsel dan melihat nama yang terpampang di layar. Asep. Hatinya seketika merasa tidak nyaman. Dia tahu, setiap kali Asep menghubunginya, selalu ada masalah yang dibawanya.Dengan sedikit ragu, Nisa mengangkat telepon itu. “Halo?”Suara Asep terdengar dingin di seberang sana. “Nisa, kamu di mana sekarang? Aku tahu kamu sama Ryan di luar negeri. Jangan berpikir kamu bisa lari dari aku.”Nisa menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. “Asep, aku sedang bersama Ais. Aku nggak lari dari siapa pun. Aku hanya ingin tenang dan fokus merawat anak kita.”“Apa maksud

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 115. Perjalanan

    “Ais, udah siap? Nanti kita terlambat!” Nisa memanggil putrinya sambil melipat beberapa pakaian terakhir ke dalam koper. Suaranya terdengar setengah berteriak, mencerminkan kegugupan yang dirasakannya sejak pagi.“Iya, Bu! Sebentar lagi!” sahut Ais dari kamar sebelah. Suara ceria anaknya menenangkan sedikit kekhawatiran di hati Nisa. Meskipun ini bukan perjalanan pertamanya ke Taiwan, kali ini terasa berbeda. Kali ini, dia tidak berangkat sebagai seorang pekerja migran, tetapi sebagai tamu istimewa keluarga Ryan, orang yang semakin dekat dengannya setiap hari.Ryan muncul di pintu, senyum khasnya menenangkan Nisa yang masih sibuk memastikan semuanya tertata rapi. “Jangan khawatir, Nisa. Kita punya banyak waktu sebelum pesawat lepas landas. Kamu udah siap?”Nisa mengangguk, meski masih ada rasa cemas di wajahnya. “Aku cuma nggak mau ada yang ketinggalan, Ryan. Ini perjalanan yang penting, aku harus memastikan semuanya sempurna.”Ryan tertawa kecil dan berjalan mendekat, meletakkan tang

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 114. Bimbang Lagi

    Suasana sore yang cerah menyelimuti desa, membuat pepohonan yang rindang tampak lebih hijau dari biasanya. Di sebuah rumah sederhana di ujung desa, Nisa sedang duduk di ruang tamunya, memandangi secangkir teh yang mulai mendingin di tangannya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk sejak pesta desa beberapa hari yang lalu. Andi sudah mengungkapkan perasaannya, dan meskipun Nisa menghargai kejujurannya, dia masih belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk. Nisa segera berdiri dan membuka pintu, menemukan Ryan berdiri di ambang pintu dengan senyuman ramah."Ryan? Silakan masuk," ujar Nisa, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.Ryan tersenyum lebar, mengangguk sopan sebelum melangkah masuk. "Terima kasih, Nisa. Aku nggak ganggu, kan?"Nisa menggeleng cepat. "Nggak sama sekali. Ada yang bisa aku bantu?"Ryan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Matanya yang biru menatap Nisa dengan lembut. "Sebenarnya, aku datang un

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 113. Rencana Besar Andi

    Mentari pagi mulai menyinari desa, menerangi pepohonan dan rumah-rumah yang masih tampak tenang. Di sudut desa, di sebuah warung kecil yang dikelola oleh Bu Sri, Andi duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam yang baru saja diseduh. Pikirannya melayang, memikirkan Nisa dan bagaimana akhir-akhir ini dia merasa semakin jauh dari wanita yang diam-diam dia cintai sejak lama.Setelah melihat kedekatan Nisa dengan Ryan, Andi mulai merasa tersisih. Dia melihat bagaimana Nisa tersenyum lebih sering saat bersama Ryan, bagaimana matanya berbinar saat Ryan berbicara dengannya, dan bagaimana Nisa tampak nyaman berada di dekat pria itu. Hati Andi mencelos setiap kali dia melihat itu, tapi dia bukan tipe orang yang mudah menyerah.Andi tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu, sesuatu yang besar dan tidak biasa, jika dia ingin mendapatkan hati Nisa. Selama ini, dia hanya diam dan mengamati dari jauh, tetapi kali ini dia bertekad untuk bertindak. Dia tidak bisa membiarkan Ryan merebut Nisa begitu sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status