Di trotoar tepi jalan, Serena melompat lompat kecil untuk menghilangkan hawa dingin malam itu. Gadis itu menunggu sesuatu di sana.
Dia yakin mobil yang membawa Tim Cooker akan melewati jalan itu. Benar saja, sebuah Bentley Limousine milik Tim Cooker melewati Serena.Serena menatap iba mobil panjang yang baru saja melewatinya begitu saja. Apakah rencananya gagal?"Sudahlah! memang tak semudah itu menarik perhatian tuan Tim Cooker!" gerutunya sembari mengeluarkan ponselnya untuk memesan uber. Rencananya untuk diberi tumpangan oleh Tim Cooker gagal. Dia harus pulang."Nona," suara tegas seorang pria membuat Serena mendongakkan kepalanya.Gadis itu melirik mobil mewah yang tadi melewatinya kini terpakir di hadapannya. Rencananya tidak gagal?"Tuan Cooker ingin bertemu dengan Nona," pria berpostur tinggi itu membukakan pintu penumpang untuk Serena.Serena meneguk salivanya dan masuk ke dalam. Duduk di atas kursi yang nyaman.Suasana aneh dirasakan Serena ketika pintu di sebelahnya ditutup. Aneh, tidak seperti tadi, kali ini dia bahkan tidak berani menegakkan kepalanya. Dia yakin Tim Cooker yang duduk di seberang sedang menatap tajam ke arahnya."Siapa namamu?" tanya Tim meski dia sudah bertanya kepada Braun tentang Serena."Runa," jawab Serena. Menurut informasi yang diberikan Ewan, Tim Cooker terobsesi dengan gadis bernama Runa. Jadi Serena menggunakan nama itu.Tim tersenyum miring memperhatikan gadis muda yang mungkin berusia setengah usianya. Kini gadis itu seperti tersangka yang sedang diinterogasi. Kulit wajah Serena terlihat sangat pucat dengan bibir yang dehidrasi. Bola mata yang tadi berwarna hazel kini berubah menjadi coklat. Padahal yang ingin dia lihat adalah mata yang mirip dengan seseorang yang dirindukannya.Apakah dia menggunakan lensa kontak? —batin Tim. Mengetahui hal itu, dia tidak lagi tertarik dengan Serena."Runa Arosa," lanjut Serena.Arosa? Tim menghentikan niatnya untuk menurunkan Serena. Mendengar nama lengkap putri kandungnya, hatinya melunak.Setelah ini apa?—bisik Serena bingung. Aura yang dikeluarkan Tim Cooker membuatnya tak berkutik. Sangat berbeda dengan Tim Cooker yang dilihatnya tadi di ruang VIP hotel Ritz Lane milik Braun."Orang tuamu menamaimu dengan baik,""Tidak, saya menamai diri sendiri untuk bekerja di Ritz Lane kerena saya dengar Tuan menyukai nama itu," ungkap Serena. Demi apa, energi yang dipancarkan Tim Cooker membuatnya tidak yakin untuk melanjutkan kebohongannya.Tim terdiam sesaat mendengar jawaban Serena, sebelum akhirnya tertawa, "Hahaha..,"Gelegar tawanya memenuhi ruangan kecil dan super nyaman itu.Serena memberanikan diri mengangkat kepalanya dan menatap Tim Cooker yang duduk di seberangnya. Melihat suasana yang tadinya menegangkan kini mencair, membuat nyali berbohongnya kembali."Maafkan atas kelancangan saya. Saya sangat ingin bertemu dengan Tuan karena Dora au Boots," ucap Serena dengan nada memelas.Tim Cooker menghentikan tawanya dan kembali memperhatikan Serena dengan serius. "Apa yang kau inginkan?"Serena memasang raut kesedihan di wajahnya, "Dora au Boots. Bisakah Tuan mengijinkan saya melihat lukisan itu?" tanyanya bernada sendu. Pencuri yang tidak memiliki keahlian bela diri seperti dirinya, setidaknya harus memiliki kemampuan akting yang mumpuni"Mengapa aku harus melakukannya?" tanya Tim, kali ini dia kembali ke mode bisnisnya."Hidup saya tidak akan lama, saya akan mati dengan tenang setelah melihat lukisan itu," jawab Serena. Dia sehat sehat saja. Berbantuan make up, dia bisa terlihat tidak baik baik saja.Tim menyunggingkan senyum di sudut bibirnya, "Jika kau dengan sukarela tidur denganku, aku akan membawamu untuk melihatnya," katanya menguji nyali Serena.Serena tersenyum kecut mendengar penawaran Tim. Rumor hidung belang itu ternyata benar? infomasi yang diberikan Ewan salah besar!—teriak batinnya."Saya khawatir Tuan tidak akan bisa melakukan itu, karena saya terinfeksi virus HIV," ucapnya dan menundukkan kepalanya dengan penuh kesopanan."Baiklah, aku akan membawamu melihatnya, demi kemanusiaan," ujar Tim. Dia terlihat percaya begitu saja kebohongan Serena.Suasana kembali hening. Serena sesekali mengintip ke luar jendela. Menebak kemana mereka akan pergi.Mobil yang membawa mereka itu memasuki sebuah halaman mansion. Seorang pelayan berpakaian rapi membukakan pintu untuk Tim Cooker dan Serena."Ikutlah denganku," ajak Tim, membawa Serena memasuki bangunan megah di hadapan mereka."Baik," Serena mengikuti Tim Cooker dengan patuh. Tak lupa, gadis itu memperhatikan sistem keamanan di sekitarnya. Dia harus merekam setiap detail rute yang mereka lalui di otaknya.Tim membawa Serena memasuki sebuah ruangan. Di tengah ruangan itu, berdiri gagah sebuah kotak kaca transparan yang menyimpan lukisan Dora au Boots.Serena terkesima dengan pengamanan lukisan itu. Sepertinya tidak begitu sulit untuk bisa mengambil dora au boots dari dalam sana.— pikirnya."Apa kau sudah bisa mati dengan tenang?" tanya Tim. Nada suaranya dingin. Auranya kembali menakutkan.Dia bertanya seolah ingin membunuhku setelah ini,—pikir Serena kecut."Terima kasih," ucap Serena penuh haru yang tentu saja dibuat-buat. Dia mendekati lukisan itu seakan baru pertama kali melihatnya. Sejatinya dia sedang mempelajari bagaimana mengeluarkan lukisan itu dari sana tanpa merusak kotaknya. "Jika saya boleh bertanya, mengapa tuan membelinya? Tuan Cooker bukanlah orang yang tertarik dengan seni."Tim tidak langsung menjawab pertanyaan gadis muda yang sekarang menjadi tamunya. Dia memperhatikan Serena dengan cermat. Gadis itu perlahan mengorek informasi tentangnya. "Benda ini akan menjadi transaksi bisnis yang menguntungkan," jawabnya singkat."Sebagian besar karya Pikaso adalah tentang wanita yang pernah menjalin hubungan cinta dengannya. Dia hanya tertarik dengan masa muda mereka, kecantikan, lalu dengan kejam meninggalkan mereka ketika tidak bisa menawarkan apa pun padanya. Wanita yang menjadi model lukisan ini adalah salah satu kekasih Pikaso," jelas Serena sembari serius memperhatikan setiap sudut kotak kaca yang menyimpan Dora au Boots. Usai mengetahui kelemahan kotak itu, dia berbalik dan tersenyum menatap Tim Cooker.Tim terdiam mendengar penjelasan panjang Serena yang diucapkan dengan nada kebencian di telinganya. Kalimat itu seakan menamparnya, tepat di wajahnya. Ya dia telah meninggalkan wanita yang menjadi kekasih hatinya. Wanita yang telah mengandung dan melahirkan putrinya.Tim tersenyum dengan dingin menatap Serena, "Sepertinya kau cukup tahu tentang lukisan dan pelukisnya."Serena mengangguk mantap, "Saya pernah menjadi mahasiswa seni," ucapnya berharap Tim masih mempercayai kebohongannya. "Sayangnya, saya putus sekolah tahun lalu karena harus bekerja keras untuk hidup. Hidup di tengah kota besar ini tidak mudah bagi gadis yatim piatu dan miskin sepertiku," bohong Serena.Tim Cooker mengangguk, mencoba memahami bagaimana sulitnya kehidupan yang diceritakan Serena. Entah mengapa cerita karangan itu membuatnya sedikit tersentuh dan menurunkan aura dinginnya kepada Serena."Aku akan meninggalkanmu di sini untuk lebih lama menikmati benda ini. Jika sudah selesai, mereka akan mengantarmu pulang," kata Tim Cooker dengan tenang sembari meninggalkan Serena.Gadis itu menatap kepergian Tim Cooker tak percaya. Dia bolak balik mengedipkan matanya. Tuan Tim Cooker tidak seburuk yang dibayangkannya.Serena mengamati sekelilingnya. Beberapa orang berpostur tubuh kekar berdiri mengawasinya.Baiklah Baby, aku akan mengambilmu beberapa hari lagi,— batin Serena menatap lukisan Dora au Boots dengan yakin.Di sisi lain, Tim Cooker telah sampai di ruang kerjanya. Dia mencari tahu tentang sosok seniman Pikaso di layar ponselnya. Bagaimana bisa dia asal membeli lukisan tanpa tahu sejarah dan pelukisnya?"Tuan, apakah Anda ingin saya memeriksa nona muda itu?" tanya Bob. Asisten kepercayaan Tim Cooker. Entah sudah berapa ratus gadis muda yang dia periksa kecocokan DNA nya dengan tuannya itu."Tidak perlu, dia hanya gadis sekarat yang mencoba menarik perhatianku dengan menggunakan nama putriku," ucap Tim yakin.Seharusnya dia marah karena Serena menyalahgunakan nama putrinya. Tetapi mungkin demi kemanusiaan, dia membiarkan gadis itu.Di depan Manggis tower, Serena berdiri ragu untuk masuk ke dalam. Sejak kemarin, hatinya bertanya bingung mengapa Tuan Cooker menunjukkan kemurahan hati dengan menawarkan kerja magang di perusahaan miliknya. Gadis itu yakin, tawaran kerja magang itu adalah jebakan dari tuan Cooker. Pria itu pasti ingin menghukumnya karena telah berbohong dengan nama Runa dan soal penyakit.Tapi, mungkin saja tuan Tim Cooker yang masih percaya dengan kebohongannya itu memang sosok yang dermawan dan murah hati."Apakah rumor tentang tuan Cooker yang memiliki yayasan beasiswa khusus untuk anak anak yang bernama Runa itu benar?" gumamnya sembari menatap pintu masuk Manggis Tower sekali lagi. Serena menarik napas dalam dan melangkah dengan tenang menuju meja informasi. Dengan riasannya, tidak ada yang akan mengenalinya sebagai Serena. Dia yakin akan hal itu, karena Eoghan tidak mengenalinya tadi malam.Sebenarnya dia melihat Eoghan di antara tamu Braun. Tetapi pria itu tampak seperti tidak mengenalinya.
"Tuan, saya benar benar minta maaf. Tadi saya hanya bercanda dengan wanita tadi," jelas Serena memelas."Aku tidak akan memaafkan orang yang menjadikan namaku sebagai bahan bercandaan," tegas Eoghan. Wajahnya datar, menatap lurus ke depan. Daniel yang duduk di depan mereka sedang mengemudikan mobil menuju kantor pernikahan Menhanttam dengan tenang.Serena menatap siluet Eoghan dengan bingung, mencoba membaca isi pikiran pria itu. "Apakah Tuan benar-benar akan mendaftarkan pernikahan kita?" tanyanya hati hati.Eoghan menoleh ke arah Serena dan tersenyum miring, "Karena kau mengaku sebagai istriku, bukan kah lebih baik jika aku menjadi suamimu?"Serena dengan cepat menggeleng, "Tidak- tidak! Saya tidak mau menikah dengan tuan," jawabnya bersemangat sembari kedua tangannya menyapu-nyapu udara."Mengapa? Apa kau lebih tertarik menjadi simpanan pria kaya tua seperti Tim?" ledek Eoghan.Serena menatap Eoghan jengah, mengapa pria itu mengira dirinya adalah wanita gold digger. Harga dirinya se
Sejak masih di dalam kandungan, Serena tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Baru berusia satu bulan, dia sudah berada di panti asuhan. Anak yang hidup sebatang kara tanpa memiliki privilege seperti dirinya harus berjuang berkali-kali lipat untuk bisa terus melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa. Dan untuk mendapatkan pekerjaan, dia juga harus berjuang lebih keras.Selama ini, Serena menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk belajar, bekerja, dan mencari uang. Tanpa memiliki kehidupan sosial dan asmara. Sekarang, dia menikah? Dia baru saja melangsungkan pernikahan kilat. Benar-benar gila. Bagaimana bisa dia, yang telah menjalani hidup dengan penuh perjuangan, akhirnya terjebak dalam pernikahan yang bukan atas pilihannya sendiri?Serena menatap tajam tangan kanannya yang telah mengkhianatinya. Tangan itu menandatangani surat menikah karena tidak ingin Eoghan menggugatnya atas pencemaran nama baik. Rasanya seolah dia telah menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak adil, merenggut se
Menyeret Serena ke biro pernikahan Menhanttam adalah di luar rencana Eoghan. Dia terpaksa menunda jadwal kegiatannya karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membuat Serena menjadi istrinya dengan cepat. Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda, dia langsung segera pulang. Tidak sabar untuk mengganggu istri barunya itu.Suasana sangat tenang begitu Eoghan tiba di unit apartmentnya. Dia mendapati Serena tengah tertidur pulas di atas sofa ruang tengah ditemani oleh patung kelinci yang terbuat dari stainless steel. Itu adalah patung yang dibelinya seharga 50jt di pelelangan New York. "Kau selalu membuatku ingin mencari tahu lebih banyak tentangmu," gumam Eoghan seraya mengembalikan patung kelinci miliknya ketempat semula. Saat hendak menggedong istri barunya ke kamar tanpa membangunkannya, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya. Eoghan pergi ke kamarnya, dan meninggalkan Serena di sofa. .***Keesokan paginya Serena yang tidur semalaman di sofa dibangunkan oleh suara
Eoghan tertegun melihat Serena yang berdiri di depan kamarnya. Sesampainya di apartmentnya, Eoghan langsung pergi mandi. Begitu keluar kamar, Serena sudah berdiri dengan cantik di depan kamarnya.Serena mengenakan gaun biru langit yang lembut, terbuat dari kain satin yang ringan dan tergerai lembut. Gaun tersebut memiliki potongan yang sederhana namun anggun, dengan leher bulat dan tanpa lengan. Kulit lengannya yang bening terekspos dengan cantik. Pita sutra kecil yang membingkai pinggangnya, menonjolkan bentuk tubuhnya dengan anggun.Serena merias wajahnya dengan sempurna. Blush on merah muda yang segar di kulit putihnya. Matanya diberi eyeshadow natural, eyeliner tipis dan mascara hitam. Bibirnya dipoles menggoda."Bagaimana?" suara ceria Serena mengagetkan Eoghan."Ternyata kau lumayan bisa diandalkan," puji Eoghan ala kadarnya. 'Lumayan katanya? aku mencoba berias sejak jam dua tadi!'–Teriak batin Serena tidak terima mendapat pujian ala kadarnya.Mengabaikan tatapan mematikan dari
Mengapa dirinya tiba tiba jadi hamil?Caroline dan Hunter menatap serius Serena, mereka menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut kecil Serena.Serena menunduk memberi hormat. "Maaf, saya akan diam saja di pojokkan."Mendengar jawaban absurd Serena, Eoghan memasang senyum di wajahnya dan merangkul bahu Serena. "Kalian membuatnya takut. Aku yang tergila gila kepadanya, menghamilinya dan memaksanya menikah. Jadi jangan menekannya," pinta Eoghan dengan tenang tanpa ngegas.Hunter menghela napas, putra dan istrinya sama sama memiliki sifat keras. Jika sudah berkeinginan sulit untuk digoyahkan. "Baiklah, aku akan menerimanya sebagai bagian dari keluarga Thornton jika dia memberikanku cucu."Tetapi Caroline tetap tidak merubah pendiriannya, "Sayang, Putraku seharusnya menikah dengan wanita terhormat," gerutu Caroline karena suaminya tidak bisa tetap teguh menolak Serena."Serena lulusan NYU, dan dulu bersekolah di SMA Stuybesan," ungkap Eoghan. "Tidakkah itu cukup?" tanyanya kemudian."A
Eoghan memiliki meja kerja besar di ruangannya, tempat di mana banyak keputusan penting diambil. Di belakang meja, terdapat lukisan-lukisan seni modern yang elegan. Sorotan utamanya adalah jendela kaca besar yang memungkinkan cahaya matahari pagi masuk, memberikan pemandangan kota yang dinamis. Tirai minimalis di sisi-sisinya memungkinkan pengaturan cahaya. Dia menatap layar laptopnya dengan serius. Sofie, sekretaris pribadinya yang bertanggung jawab untuk memastikan segala sesuatunya berjalan lancar dan terorganisir dengan baik, seperti biasa memberikan update terkait laporan-laporan terbaru.Dengan penuh perhatian, Sofie membaca laporan-laporan terbaru yang telah disiapkan sebelumnya. Dia menganalisis data dengan teliti dan menyajikan informasi yang relevan kepada Eoghan dengan jelas dan singkat.".... direncanakan ada pertemuan dengan dewan direksi pada pukul 10 pagi, di ruang konferensi lantai 12—,""Sofie, apakah kau percaya dengan karma?" sela Eoghan, menghentikan penjelasan So
Karena tidak ingin membuang waktu, dengan sebuah taxi Serena segera pergi ke gedung VisionBS, kantor pusat perusahaan yang didirikan Eoghan. Dia bahkan tidak sempat untuk merubah penampilannya. Jadilah dia pergi dengan pakaian santai yang dikenakannya. Kaos putih longgar dan celana jeans biru yang nyaman. Rambutnya diikat messy bun yang kasual dengan beberapa helai lepas. Dengan sepatu sneakers putih dia siap melangkah masuk ke gedung VisionBS setelah turun dari taxi.Secara bersamaan, sebuah mobil mewah juga berhenti di belakang taxi yang ditumpangi Serena.Seorang wanita cantik bak model turun dari mobil mewah tersebut. Mia White tampil anggun dengan kardigan tweed broken white yang dipadu dengan rok lipit flowy warna senada, sepatu hak tinggi hitam yang elegan, dan tas Chanel hitam. Rambutnya terurai berkilau di setiap lekuknya.Begitu Mia berjalan dengan anggun, tiba tiba beberapa orang bergegas menyambutnya. Mereka bahkan menyingkirkan Serena yang hendak berjalan menuju pintu m