Share

kompak

Perjalanan Jakarta-Bogor tak begitu lama. Makanya aku sering pulang pergi kalau sedang urgent diminta pulang sama Bunda.

"Bogornya desa ternyata," ucap Pak Zidan.

"Ya, memang desa. Apa ada masalah?"

"Pantas, subur."

Aku mendelik mendengar jawabannya. Secara tidak langsung dia membahas masalah body shaming.

"Ya iyalah, saya ini anti stres. Nggak kayak Bapak, dikit-dikit marah. Dikit-dikit ngomel, dikit-dikit nyuruh. Apa nggak ada kesibukan lain selain membuli karyawannya?" ucapku sebal. Dia justru tertawa mendengar jawabanku.

"Kenapa tertawa? Ada yang lucu?" tanyaku dengan wajah yang aku pasang sekesal mungkin.

"Sepertinya saya punya hobi baru kali ini."

"Paan, gaje banget," ucapku lirih. Semoga dia tak mendengarnya.

"Saya memang tak jelas, tapi kamu lebih nggak jelas," ucapnya. Aku memilih mengambil earphone dan menyumpal telingaku dengan musik dangdut kesukaanku. Meski aku bekerja di Ibukota tetapi aku lebih suka musik dangdut yang kadang bikin aku joget di kamar selain untuk olahra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status