Share

Bab 6

Author: Joana
Aurora menggenggam uang tunai 400 ribu di tangannya. Dia berjalan cukup lama sampai akhirnya berhasil menghentikan sebuah taksi.

Dia masih ingat tempat tinggal Zayden. Lima tahun lalu, dia pernah ke sana bersama Ares.

Saat dia menatap angka di argo yang terus naik dengan cemas, Aurora buru-buru berkata, "Pak, tidak usah antar lagi. Turunkan aku di sini saja."

Kalau lanjut naik taksi lagi, ongkosnya akan melebihi 400 ribu.

"Baik." Sopir taksi itu tidak banyak bicara. Namun saat melihat empat lembar uang merah yang diberikan Aurora, dia sempat bertanya heran, "Kamu masih pakai uang tunai? Sekarang semua orang pakai pembayaran digital lewat ponsel."

"Ponselku hilang, aku hanya punya 400 ribu. Terima kasih, Pak."

Setelah berkata begitu, Aurora buru-buru turun dari mobil.

Dia tidak punya ponsel sekarang. Dia hanya bisa berharap segera mendapat uang dari Zayden supaya bisa membeli ponsel baru. Akan jauh lebih mudah kalau sudah punya ponsel.

Aurora merasa dirinya saat ini benar-benar menyedihkan.

Dia mengikuti rute yang dia ingat, tetapi saat sampai di gerbang kompleks, dia tidak bisa masuk.

Karena melihatnya mondar-mandir mencurigakan, seorang satpam mendekat dan bertanya, "Nona, kamu cari siapa? Sudah punya janji?"

"Aku cari Zayden. Dia tinggal di sini, 'kan?" Aurora juga tidak yakin. Dia tidak tahu apakah Zayden sudah pindah atau punya tempat tinggal lain.

Sebelum meninggalkan Keluarga Guntara, seharusnya dia bertanya dulu pada Ares. Bagaimanapun, Zayden adalah pamannya Ares, jadi pasti dia tahu di mana Zayden tinggal sekarang.

"Lanira memang tempat tinggal Tuan Zayden, tapi hari ini tidak ada tamu yang dijadwalkan datang."

Satpam itu menatap Aurora dari atas sampai bawah, lalu mencibir, "Perempuan seperti kamu sudah sering datang ke sini. Semua ingin bertemu Tuan Zayden, tapi bahkan wajahnya pun belum pernah mereka lihat. Lebih baik kamu pulang saja, jangan buang-buang waktu menunggu di sini."

"Aku benar-benar ada urusan dengannya. Dia masih berutang padaku dan belum membayarnya." Aurora memutuskan untuk menunggu di sana. Kalau memang Zayden tinggal di situ, dia bisa menemuinya saat pulang.

"Utang uang padamu?" Satpam itu tertawa sinis, seolah baru saja mendengar lelucon paling konyol. Dia menggeleng tak percaya. "Sekarang ini, orang bisa bilang apa saja! Kalau kamu tidak pergi, aku akan lapor polisi!"

"Aku mohon, jangan lapor polisi. Aku hanya ingin menunggu di sini. Aku tidak akan mengganggu kalian bertugas," pinta Aurora dengan suara lembut.

"Tidak bisa! Kalau kamu mengganggu Tuan Zayden saat dia baru pulang, berarti kami sudah lalai menjalankan tugas. Tolong jangan merepotkan kami, ya? Lagi pula, Tuan Zayden memang tidak menyukai perempuan. Jadi, sebaiknya kamu jangan berharap terlalu banyak!"

Satpam itu bahkan memperingatkan. "Dulu pernah ada seorang perempuan yang bersembunyi di balik pohon. Kami tidak menyadarinya. Begitu mobil Tuan Zayden lewat, dia langsung berlari ke tengah jalan. Akhirnya, dia pun dibawa ke kantor polisi."

Zayden tidak suka perempuan?

Mana mungkin. Dia jelas-jelas punya istri dan anak.

Perkataan satpam itu sama sekali tidak bisa dipercaya.

Aurora tetap menolak pergi. Saat satpam hendak menelepon polisi, hujan deras tiba-tiba turun.

"Hari ini cuacanya benar-benar gila. Baru saja berhenti hujan, sekarang turun lagi! Kamu masih belum pergi? Aku tidak mau ikut-ikutan kehujanan!" Satpam itu buru-buru lari mencari tempat berteduh, meninggalkan Aurora sendiri.

Aurora tidak mau berteduh di pos satpam karena tahu pasti akan diusir. Jadi dia hanya bisa berdiri diam di bawah hujan. Ini adalah kali kedua dia kehujanan hari ini.

Aurora sudah seperti ayam basah, tubuhnya kedinginan, dan dia mulai merasa ingin menangis.

Entah sudah berapa lama dia berdiri di bawah hujan, tubuhnya mulai lemas dan akhirnya dia jatuh pingsan. Dalam kondisi setengah sadar, dia seperti melihat sebuah mobil mendekat.

Saat sadar, Aurora mendapati dirinya berada di tempat yang asing.

Dia langsung terduduk, baru sadar ada infus tergantung di tangannya.

Pakaiannya juga sudah diganti. Kini dia mengenakan piama sutra berwarna biru tua yang tampak bersih, meski ukurannya terlalu besar, jelas itu adalah piama milik pria.

Aurora langsung panik. Jangan-jangan dia dibawa pulang lalu diperlakukan tidak pantas?

Wajahnya seketika pucat. Saat dia hendak mencabut infusnya, pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan muncul sebuah kepala kecil yang mengintip.

"Tuan Muda Elric!"

Aurora membelalakkan mata. Jangan-jangan ini rumah Zayden?

Anak kecil bernama Elric itu tidak berkata apa-apa, hanya mengedipkan mata lalu menutup pintu kembali. Dia tidak masuk ke dalam kamar.

Namun kehadirannya membuat Aurora sangat lega. Dia teringat mobil yang mendekat saat dia pingsan, sepertinya memang mobil milik Zayden.

Mungkin waktu itu Zayden melihatnya dan membawanya pulang.

Aurora masih merasa pusing, tetapi dia tidak mau tinggal di sana lebih lama. Saat dia melihat ke atas dan melihat masih ada setengah botol infus, dia ragu sejenak. Bolehkah mencabutnya begitu saja?

Saat sedang bingung, terdengar ketukan di pintu.

Dia langsung menjawab, "Masuklah."

Pintu terbuka, dan Zayden masuk ke dalam. Dia mengenakan baju rumah abu-abu, tampak santai dan jauh lebih muda dari sebelumnya.

Meskipun dia adalah pamannya Ares, seharusnya sudah tidak muda lagi, tetapi dari wajah dan pembawaannya, Ares benar-benar kalah jauh.

"Kenapa? Takut aku tidak kasih uang, sampai-sampai kamu nekat datang ke rumahku?" Zayden tersenyum tipis, menyindir.

Aurora menggenggam erat seprai, menunduk tanpa berani menatapnya. Dia merasa malu sekaligus tak berdaya. "Tuan Zayden tidak akan ingkar janji, 'kan?"

"Berikan aku nomor rekeningmu, aku akan transfer sekarang juga." Zayden berkata tenang.

Aurora sempat terdiam, lalu jujur menjawab, "Semua rekening lamaku sudah tidak ada. Aku harus buat yang baru. Dan aku juga belum punya ponsel. Jadi… boleh tidak aku minta uang tunai saja?"

"Kalau merepotkan, cukup beri aku uang tunai untuk beli ponsel baru."

Dia tahu kalau dia minta ke Keluarga Guntara, pasti akan diberi. Akan tetapi, dia tidak mau. Dia tidak ingin meminta-minta, tidak ingin merendahkan diri di hadapan mereka.

Zayden menatapnya dalam-dalam, lalu bertanya, "Kalau tadi kamu tidak bertemu aku, apa yang akan kamu lakukan?"

Aurora menggigit bibirnya erat-erat. "Aku tidak tahu."

Dia benar-benar tidak tahu.

Mungkin… kalau sudah benar-benar terdesak, dia akan terpaksa kembali ke Keluarga Guntara, meskipun harus menelan harga diri.

"Aku akan bantu mengurus semuanya. Tapi untuk sekarang, dengan kondisi tubuhmu, lebih baik kamu istirahat dulu."

Setelah mengatakan itu, Zayden pun keluar dari kamar.

Aurora menganggap itu sebagai tanda setuju. Jadi dia merasa lega. Selama dia memiliki uang dan ponsel baru, dia bisa keluar mencari pekerjaan dan menghidupi dirinya sendiri.

Setelah infus habis, dokter keluarga datang membantu mencabut jarum, dan akhirnya Aurora bisa turun dari tempat tidur.

Saat membuka pintu dan berjalan keluar, dia mendapati rumah itu masih sama persis seperti lima tahun lalu.

Dia pun mulai mengingat kenangan saat datang ke tempat ini.

Saat itu, dia masih tunangan Ares.

Begitu mengingat pria itu, hidungnya terasa perih. Tiba-tiba, lengan bajunya ditarik seseorang.

Aurora menoleh dan melihat seorang anak kecil berdiri di sampingnya, menatapnya dengan wajah polos dan penuh rasa ingin tahu.

Elric dan Kael seumuran. Jadi Aurora langsung teringat pada Kael.

Sekarang Ares sudah bersama Elira. Bagi dia, Kael hanyalah beban. Ares jelas tidak mencintai Kael, makanya dia membiarkan anak itu tumbuh tanpa kasih sayang hingga menjadi seperti sekarang.

Aurora harus mencari cara untuk mengambil kembali Kael dan mendidiknya dengan benar.

"Tuan Muda Elric, ada yang bisa kubantu?" Aurora menyembunyikan kesedihannya dan menampilkan senyum lembut.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 100

    Jenna pernah bertemu dengan Elira, dan tahu dia adalah adik perempuan Nevan, tetapi sebelum mengenal Aurora, dia tidak tahu bahwa Elira memiliki hubungan dengan Keluarga Guntara."Sekarang Kael sudah diprovokasi olehnya, dia sama sekali tidak percaya padaku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," ucap Aurora dengan sedih, seolah seluruh langit runtuh menimpanya.Perasaannya saat ini penuh dengan kekecewaan dan keputusasaan. Dia pun tak berani langsung pulang ke Keluarga Ranjaya. Karena itulah, dia mengajak Jenna bertemu untuk mencurahkan isi hatinya."Orang seperti Shelly, harus dipancing dulu agar wajah aslinya muncul. Dia mendekati Kael demi bisa menikahi Ares dan naik derajat. Itu berarti Ares adalah kelemahannya. Dan sekarang Ares memang berniat kembali padamu. Itulah kuncinya!"Jenna langsung menembak ke titik persoalan. "Kamu harus manfaatkan Ares untuk memancingnya, buat dia sampai kalap."....Malam harinya, Aurora menelepon Shelly.Tapi Shelly tidak menjawab.Perempuan

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 99

    Aurora menuruni tangga. Dia ingin pergi dari sini, sendirian dan tenang.Namun, saat melangkah keluar dari gerbang Keluarga Anandara, dia merasa dirinya seharusnya tidak bersikap keras kepala kepada Kael. Anak itu masih kecil, pasti ada yang menghasutnya.Memikirkan hal itu, ia pun kembali melangkah naik. Akan tetapi, saat sampai di depan kamar Kael, dia mendengar Kael sedang menelepon, dan teleponnya dalam mode pengeras suara."Tante Shelly, Ibu sudah pergi karena aku buat marah!" Nada suara Kael tidak terdengar bangga, malah terdengar ragu dan bingung.Tapi Shelly justru tertawa kecil. "Kael, Ibumu itu menyukai Elric, jadi kamu harus beri dia pelajaran. Jangan biarkan dia seenaknya meninggalkanmu demi mengurus anak orang lain. Kalau kamu terlalu mudah memaafkannya, dia tidak akan menghargaimu."Mendengar itu, mata Aurora terbelalak. Sorot matanya dipenuhi amarah. Kedua tangannya mengepal erat tanpa sadar, seolah ingin menerobos masuk dan membentak Shelly habis-habisan. Menuntut alasa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 98

    "Aku masih harus memberi tahu Ibu, tapi mungkin... kamu harus beri dia waktu untuk menerima semuanya," ujar Ares sambil menenangkannya.Senyuman di wajah Aurora pun memudar, ekspresinya datar. "Kalau begitu, biarkan aku menjaga Kael lebih dulu.""Baik, baik. Aku bukan sengaja melarangmu bertemu Kael. Hanya saja... setelah cara kamu memperlakukanku waktu itu, aku cuma ingin memaksamu datang dan mencariku." Nada suara Ares melunak. Dia pun segera menelepon pembantu rumah tangga, memberi instruksi agar Aurora diizinkan masuk untuk merawat Kael.Setelah berhasil mencapai tujuannya, Aurora berbalik hendak pergi, tetapi ditarik masuk ke dalam pelukan Ares. "Aurora, jangan terburu-buru. Aku akan cari waktu untuk bicara dengan Ibu. Satu-satunya orang yang kucintai hanyalah kamu."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu dan leher Aurora, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu.Aurora segera mendorongnya. "Aku mau menemui Kael, kamu lanjutkan pekerjaanmu.""Biarkan aku memelukmu sebentar sa

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 97

    Dia mengira kenangan-kenangan ini bisa membuat Aurora teringat akan masa-masa indah mereka dulu.Namun tak disangka, di mata Aurora, semua itu tidak berharga, hanyalah sampah belaka?Kenapa wanita ini bisa berubah sedemikian besar?Dulu semua yang Aurora lakukan adalah demi dirinya, entah itu mencelakai Selina, atau melahirkan Kael, semuanya karena Aurora sangat mencintainya.Namun, sejak keluar dari penjara, kenapa sikap Aurora menjadi begitu dingin terhadapnya?Ares tidak mengerti. Mungkin Aurora sedang bersiasat dengan berpura-pura menjauh untuk membuatnya makin tertarik. Awalnya Ares memang berpikir begitu, tetapi rasanya tetap saja tidak masuk akal. Jika memang itu niatnya, bukankah akting Aurora terlalu berlebihan?Dia bahkan sudah mengambil langkah lebih dulu untuk memberi mereka kesempatan kembali bersama…Selain itu, hanya ada satu kemungkinan lain, yaitu dia telah jatuh cinta pada orang lain.Dan satu-satunya pria yang mungkin membuat Aurora berpaling darinya hanyalah pamanny

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 96

    Dia adalah ibu kandung Kael, dan memiliki hak untuk menemui Kael. Ares tidak bisa melarangnya begitu saja.Mungkin karena terlalu cemas, Aurora sudah tak memikirkan lagi soal citra dirinya. Begitu sampai di lobi utama Grup Anandara, dia langsung berkata ingin menemui Ares.Dua resepsionis wanita saling berpandangan, lalu salah satunya bertanya, "Nona, siapa nama Anda? Apakah sudah membuat janji temu?""Namaku Aurora Guntara. Katakan pada Pak Ares bahwa aku ingin bertemu dengannya. Dia pasti akan mau menemuiku," ucap Aurora dengan wajah dingin dan nada berat.Sebenarnya, para resepsionis itu sudah terbiasa melihat banyak wanita seperti ini. Siapa pun tahu siapa Ares itu, dan terlalu banyak wanita yang berusaha mendekatinya. Namun, justru karena sikap Aurora yang begitu yakin dan tak gentar, mereka jadi tak bisa menertawakannya seperti biasa.Salah satu dari mereka pun segera menelepon kantor CEO. Begitu mendapat jawaban, matanya membelalak."Silakan, Nona Aurora. Lewat sini."Sang resep

  • Kini Aku Jadi Tantemu!   Bab 95

    Pandangan Aurora tanpa sadar terpaku padanya.Sampai suara rendah pria itu terdengar, menyadarkannya dari lamunannya."Ada apa?"Aurora kembali sadar, menunduk dengan canggung sambil mengusap kening, lalu menggigit bibir dan bertanya, "Tuan Zayden, di kamarku ada kotak berisi gaun malam. Apakah itu kiriman dari Anda?""Ya," jawab Zayden dengan nada datar. "Aku akan membawa Elric ke jamuan makan malam Grup Anandara. Saat itu aku butuh kamu menemani dan menjaganya.""Oh, baik."Setelah tahu alasannya, Aurora tidak bertanya lebih lanjut. Dia berbalik hendak pergi, tetapi seolah teringat sesuatu, dia langsung berbalik dan bertanya, "Apakah itu jamuan makan malam hari Minggu? Di Hotel Royal?""Benar." Zayden mengangkat alisnya sedikit.Aurora tampak terkejut.Jamuan yang digelar oleh Keluarga Guntara dan Keluarga Anandara untuk merayakan peluncuran proyek kecerdasan buatan, dipenuhi oleh tamu-tamu penting dari berbagai kalangan.Aurora segera berkata, "Itu bukan hanya jamuan makan malam Gru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status