Share

Bab. 6 Malam yang Ternoda

Aruna berjalan ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang berdansa dengan pasangannya masing-masing. Sebagian besar dari mereka terlihat sudah mabuk berat. Sampai-sampai tak satu dua yang tengah melakukan hal-hal nyeleneh tanpa mereka sadari. Ada yang sedang bercinta, tertawa keras-keras sampai memekakkan telinga dan ada juga yang sedang menari-nari di depan semua orang sambil membuka satu per satu baju yang dia kenakan.

Aruna yang belum terlalu mabuk pun langsung menangkap sosok Denada diantara para penari Stiptis itu. 'Ih, apaan sih tuh anak. Lagunya aja melow gini. Eh, dia malah joget-joget kayak orang gila gitu,' batin Aruna sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Aruna pun menghembuskan nafas beratnya. Lalu bergegas mendekati sahabat sejak kecilnya itu.

"Ayo, Kita pulang!" ajak Aruna sambil menyeret Denada dari atas bangku yang ia gunakan untuk panggung menari-nari.

"Ih, apaan sih loe? Gue kan lagi seneng-seneng. Iya, nggak temen-temen? Hahaha," kata Denada ngelantur.

"Bener banget. Hahaha," balas anak-anak yang lain.

Plak. Plak.

Aruna pun menampar pipi Denada tak begitu keras. Namun, bisa terdengar suara saat kulit tangannya menempel di kulit wajah Denada.

"Den. Denada. Sadar dong. Loe hampir telanjang gini di depan semua orang."

"Ih…. Kenapa sih loe? Udah sana loe main-main aja sama Andreas. Gue juga butuh cowok kali untuk jadi pacar gue. Hahahaha."

"Tapi, kan. Nggak kayak gini juga Den caranya. Inget, orang tua di kampung Den. Ayo, pulang!" Aruna pun berusaha menyeret tubuh Denada lagi. Dan untuk kali ini Denada bisa diajaknya keluar dari kerumunan itu.

"Wuuuu…. Nggak asyik loe," teriak anak-anak lain menyoraki sikap Aruna yang mereka pandang berlebihan.

"Maaf ya semua. Maaf ya," kata Aruna sambil memapah Denada menjauh.

"Hoek! Hoek! Hoek!" Tiba-tiba Denada pun merasa sangat mual perutnya.

"Aduh loe kenapa sih? Pasti gara-gara loe banyak minum ini."

"Kepala gue pusing banget, Run. Kita duduk situ dulu ya. Sumpah pusing banget gue," kata Denada sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat berat.

"Ya, udah deh. Ayo, kita duduk di sana!" Aruna pun memapah Denada mendekati sofa yang tak jauh dari tempatnya berjalan. Bruk! Aruna membanting tubuh Denada yang terasa lebih berat dari nya itu. "Makan apa aja sih loe berat banget deh," kata Aruna. Ia pun kemudian memutar-mutar pundaknya yang terasa pegal.

"Aruna," panggil seseorang dari belakang pemilik nama asli Asri Runandi itu. Yap! Nama Aruna Jezima itu nama bikinan Andreas saat Aruna pertama kali gabung menjadi model di Amazing Adult. Biasalah nama Artis gitu. Kalau dia tetap pakai nama asli mah nggak akan ngejual.

Kembali pada Aruna yang langsung menoleh. Hingga menatap salah satu pelayan tengah berjalan ke arahnya. "Aruna Jezima, kan?" tanya wanita itu setelah berada di depan Aruna.

"Iya. Ada apa ya?" tanya Aruna balik. Sambil mengerutkan keningnya bingung.

"Saya adalah fans berat kamu. Saya suka sekali dengan bentuk tubuh kamu yang sangat indah," pujinya.

"Terima kasih," balas Aruna sambil tersenyum malu-malu. Sebab, ini awal kalinya ia bertemu sama penggemar seperti ini.

"Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan kamu disini. Makanya, saya membawakan minuman spesial. Maukah kamu minum bersama saya?" ajak wanita itu kemudian. Aruna pun tersenyum, lalu tanpa ragu ia meraih gelas ramping yang berkaki panjang dan berujung lebar sebagai tumpuan itu.

"Mau bersulang," ajak Aruna sambil mengangkat gelas itu tinggi-tinggi. Wanita berpakaian waitress itu pun segera meraih gelas satunya lalu melakukan hal yang sama.

Ting! Mereka berdua pun menyenggolkan kedua bibir gelas bersamaan. Gluk! Gluk! Gluk! Kemudian Aruna pun menenggak air dalam gelas itu sampai habis tak tersisa.

"Terima kasih ya. Saya senang kamu tidak sombong seperti yang lain. Saya permisi untuk kembali bekerja," ujar si waitress itu berpamitan.

"Iya, sama-sama," sahut Aruna sambil meletakkan gelas itu kembali ke atas nampan. Tak butuh waktu lama waitress itu pun segera menjauh dari Aruna dan kembali ke pekerjaan. Sedang Aruna kembali duduk di samping Denada yang malahan tertidur di sofa itu.

"Den. Denada. Kok loe malah tidur sih," kata Aruna sambil menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya itu. "Den. Dena. Ayo pulang!" tambah Aruna.

Tiba-tiba kepalanya pun terasa sangat berat dan berputar-putar. Matanya pun berkunang-kunang tak jelas untuk memandang sekitar.

"Aduh. Gue kenapa nih. Kok jadi pusing gini sih," gumam Aruna tak jelas. Dan setelah ucapannya selesai. Ia pun tak ingat apa-apa lagi.

****

Pagi hari yang cerah. Sinar mentari pun menerobos masuk ke dalam salah satu kamar di hotel Bintang tanpa permisi. Dan dengan lancangnya cahaya itu berani mengusik tidur seorang wanita berparas cantik di atas tempat tidur berukuran king size yang terletak di salah satu sudut ruangan.

Aruna sang wanita tadi pun mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia benar-benar membuka kedua kelopak mata itu lebar-lebar. Aruna pun merasa ada yang aneh. Ketika ia merasakan ada hembusan nafas di keningnya. Segera Aruna pun mengangkat kepalanya untuk menatap orang itu. Dan alangkah terkejutnya ia saat mendapati tubuh Andreas tengah memeluk tubuhnya yang tak menggunakan sehelai benang pun.

"Mas Andreas," pekiknya setengah tak percaya. Mendengar Aruna sudah bangun lebih dulu Andreas pun ikutan terjaga.

"Hei, loe udah bangun ya. Tidur lagi aja. Gue tau loe pasti masih capek kan?" kata Andreas sambil mempererat pelukannya.

"Mas. Kenapa kita…."

"Hust…. Udah nggak papa. Gue sayang banget sama elo. Dan gue yakin elo pun sayang sama gue kan. Makanya elo kasih hadiah terindah buat gue."

"Hadiah terindah?" gumam Aruna. Ia pun berusaha mengingat kejadian tadi malam.

Sayup-sayup Aruna mendengar suara musik yang kian melemah. Ia pun berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat itu. Dan betapa ia terkejut saat mendapati seseorang tengah menggendongnya ke suatu tempat. Rasa ingin melawan Aruna pun segera diurungkan karena tenaganya yang sangat lemah saat itu.

Bruk! Terasa tubuh Aruna diletakkan ke atas kasur dengan sedikit keras sampai-sampai ia sedikit terpental ke atas.

"Kamu bak bidadari sayang. Malam ini kami sungguh cantik," puji seorang lelaki tepat di depan telinganya. Aruna pun tak membalas ucapan lelaki itu. Namun, entah mendapat bisikan dari mana. Aruna merasa geli saat hembusan nafas hangat lelaki itu menyentuh kulit telinganya yang mulus. Senyum manis pun segera berkembang di bibir sensual Aruna.

Sepersekian detik berikutnya. Lelaki itu pun sudah menindih tubuh rampingnya. Lalu bibir Aruna yang seksi langsung menjadi incaran bibirnya yang tak henti-henti melakukan permainan panas. Jiwa wanita Aruna pun langsung terbakar. Ada satu dorongan dalam jiwanya yang menuntut lelaki itu untuk melakukan lebih.

Seakan tau apa yang diinginkan Aruna. Lelaki itu segera melampiaskan gejolak yang menggebu-gebu dalam jiwanya. Ia menciumi tubuh indah Aruna dari atas sampai bawah. Semua bagian sensitif Aruna tidak ada yang terlewat oleh kecupan-kecupan mesra yang membentuk bercak merah sesudahnya.

Aruna pun menggeliat. Badannya terasa melayang-layang di angkasa raya. Namun, saat bagian tubuh yang selalu ia jaga terhantam sebuah benda tumpul. Aruna pun sedikit meringis. Menahan sakit yang tak bisa dia ungkap saat itu. Sampai-sampai tak terasa setetes air matanya mengalir dari kedua matanya yang tertutup rapat.

"Aargh…," desisnya lemah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status