Jeslyn berjalan dari perpustakaan setelah mengambil buku yang di minta gurunya untuk ia pelajari. Ia membawa beberapa buku untuk ia pelajari materi yang tertinggal di sekolah barunya.
Bruk Buku yang di bawa Jeslyn tiba-tiba saja terjatuh dalam genggamannya setelah tak sengaja menabrak seseorang. Deg Jeslyn membeku ketika tatapan matanya bertabrakan dengan orang yang sangat ia hindari. Begitupun sebaliknya dengan Sagara yang tak kalah terkejutnya dengan Jeslyne, namun ia masih bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, tatapan dinginnya menelisik wajah gadis di depannya, gadis yang sudah membuat hidupnya berantakan. Ada perasaan benci namun ia juga tidak memungkiri jika ia juga merindukan gadis yang selalu ia nanti. Jeslyn memalingkan wajahnya dan buru-buru melangkah pergi, namun baru selangkah ia berjalan tangannya di tarik oleh Sagara dan menghempaskan tubuhnya ke tembok. Sagara mengunci kedua tangan Jeslyn di kedua sisi kanan kirinya. “Jadi bener gue gag salah lihat kemarin? Kalau itu lo?“ tukas Sagara dengan menatap tajam gadis di depannya. Jeslyn hanya diam tak memberi respon, karena ia sendiri tidak tahu harus berbicara apa. Dia sendiri tidak menyangka jika akan bertemu dengan Sagara secepat ini. “Kemana aja lo selama ini?“ Tanya Sagara dengan nada dingin. “Lepasin,” Jeslyn memberontak dengan mencoba melepas genggaman dari Sagara, namun tenaganya tak sebanding dengan laki-laki di depannya tersebut. “Gue gak akan lepasin lo setelah ini,” Sagara memperingati Jeslyn, lalu ia memajukan wajahnya mendekati Jeslyn membuat Jeslyn menahan napasnya. Ketika Sagara lengah, Jeslyn mendorong tubunya denga sekuat tenaga, hingga genggaman di tangannya terlepas. Jeslyn langsung memungut bukunya yang terjatuh dan berlari pergi meninggalkan Sagara begitu saja. Sagara tersenyum miring melihat kepergian Jeslyn. “Lets the game, Baby,” gumam Sagara dengan senyum smirknya. Kriiiiing Bel istirahat berbunyi, semua murid berhambur keluar kelasnya masing-masing. “Jes, ke kantin yuk,” ajak Rachel pada Jeslyn. “Kalian aja deh, gue mau ke perpus nyatat pelajaran yang ketinggalan,” tolak Jeslyn halus. “Emang lo gag laper apa? udah masuk jam makan siang tau,” omel Rhea. “Gag usah brisik, gue bawa bekal, udah lo pergi aja sana,” usir Jeslyn pada kedua sahabatnya. “Dih, dasar! Ya udah deh gue sama Rachel cabut dulu, lo mau nitip sesuatu gak?“ “Enggak, makasih,” Setelah kepergian kedua sahabatnya, Jeslyn menghembuskan napasnya kasar. Sebenarnya bukan tanpa sebab dirinya memilih pergi ke perpustakaan. Hal itu lantaran ia tidak ingin bertemu Sagara untuk saat ini, untungnya tadi mamanya membawakan bekal roti dan susu kotak di tasnya. Di koridor kelas, segerombolan murid laki-laki tengah berjalan menuju kantin. Namun dari kejauhan tak sengaja melihat Jeslyne berjalan sambil menenteng buku dan sebelah tanganya membawa kantong plastik. “Kayaknya gue kenal sama tuh cewek bos? Itu bukannya Jeslyn mantan lo ya?“ Ucap nando sambil menuding arah Jeslyn berjalan. “Emang,” jawab Sagara tenang. “Buset, serius lo, itu Jeslyne?“ Sahut Lucas dengan tatapan syok. “Gila makin cantik aja tuh cewek!“ Puji Kenzo tanpa sadar tang justru memdapat tatapan tajam dari Sagara. “Bisa diem gak lo,” tukas Sagara membuat sahabatnya langsung terdiam. *** Di perpustakaan, Jeslyn tengah menyalin buku catatan yang sudah ia pinjam, ia menggunakan handsfree di telinganya sembari mendengarkan music. Seperti perpustakaan pada umumnya, perpustakaan di sekolahnya juga sepi dan tenang, terlihat ada beberapa murid yang keluar masuk perpustakaan dengan aktivitasnya masing-masing. Sagara membuka pintu perpustakaan, dan memberi intrupsi kepada murid lain untuk keluar meninggalkan perpustakaan tersebut. Sahabat Sagara bertugas menjaga pintu perpustakaan. Sagara tersenyum miring melihat Jeslyne yang berada di bangku pojok. Ia menghampiri Jeslyne yang tengah serius mencatat bukunya, bahkan ia tidak sadar jika seseorang mendekatinya. Sagara menutup buku Jeslyn dan duduk di atas meja membuat gadis tersebut terperanjat dengan kehadiran seseorang secara tiba-tiba. “Masih mau menghindar?“ Cibir Sagara. Deg Jeslyne mendongak, ia terkejut dengan kehadiran seseorang yang sangat ia hindari saat ini. Akan tetapi dewi fortuna memang tidak berpihak kepadanya, bahkan ia sengaja membawa bekal dari rumah agar tidak bertemu Sagara di kantin, namun hanya sia-sia saja. Jeslyne menundukkan pandangannya, jujur ia masih tak berani menatap mata Sagara yang tersirat kebencian dengan dirinya. “Kemana aja lo selama ini? Pergi ninggalin gue gitu aja?“ Cecar Sagara dengan nada dingin menahan emosi. “Tatap mata gue kalo gue lagi ngomong.“ Sagara meraih dagu Jeslyne membuat Jeslyne mendongak. Tatapan keduanya bertabrakan, namun tatapannya kali ini bukan tatapan yang seperti dulu lagi. Tatapan dua sejoli yang saling mencintai, sekarang tatapan itu berubah seperti tatapan kepada musuh. Jeslyne menepis tangan Sagara. “Lupain kejadian itu, buktinya lo fine aja selama gag ada gue,” jawab Jeslyne mencoba dengan suara tenang. Sagaara langsung menggebrak meja, membuat Jeslyne berjingkat kaget. “Lupain kata lo? Gampang banget lo ngomong gitu. Asal lo tahu, hidup gue bahkan berantakan karna lo, brengsek,” bentak Sagara pada Jeslyne, membuat Jeslyne sampai menutup matanya saking takutnya. “Maaf,” hanya itu kata yang bisa keluar dari mulut Jeslyne. Sagara tersenyum miring, “Maaf! Enteng banget lo cuma bilang kata maaf! Gue gag akan maafin lo dengan mudah setelah apa yang udah lo lakuin ke gue.“ Jeslyne yang mendengar perkataan Sagara yang di lontarkan padanya, membuat Jeslyne menteskan air matanya tiba-tiba. Jeslyne juga merasakan kekecewaan yang Sagara rasakan, namun ia belum siap untuk meberitahu apa yang sudah di alaminya dulu. “Lo punya mulutkan? Jawab pertanyaan gue, jangan jadi cewek bisu,” cibir Sagara dengan kata tajamnya. Jeslyne mengepalkan tangannya, ia memberanikan diri menatap Sagara. “Lo gak ada hak buat nuntut gue jawab pertanyaan lo. Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, jadi stop gangguin gue.“ Jeslyne berdiri melangkah meninggalkan Sagara, namun bukan Sagara jika dia akan melepaskannya begitu saja. Sagara menahan lengan Jeslyne yang akan pergi, dengan gerakan cepat ia langsung mendudukkan Jeslyne di meja lalu mengungkungnya dengan kedua tangannya di sisi kanan kiri meja. Sagara mendekatkan wajahnya pada Jeslyne, tidak bisa di pungkiri degub jantungnya bahkan masih berdetak kencang, namun ia pandai menyembunyikan kegugupannya. Harum mint dari mulut Sagara tercium oleh Jeslyne karena kedekatan keduanya yang hanya tinggal beberapa senti. Jeslyne sampai membeku tidak berani bergerak karena takut dengan ulah Sagara. Sagara menahan senyum sangat tipis, ketika melihat gadis di depannya tersebut ketakutan. “Kenapa? Takut, hmm?“ Cup Sagara mencium sekilas bibir Jeslyne, membuat mata Jeslyne membulat sempurna akibat kelakuan Sagara yang menciumnya tiba-tiba tanpa melihat situasi. Jeslyne mendorong Sagara sekuat tenaga, hingga Sagara terdorong mundur bahkan kursi di belakangnya sampai jatuh ke lantai. “Dasar gila!“ Jeslyne langsung berlari keluar perpustakaan tidak lupa membawa buku catatanya. Sagara tersenyum miring melihat gadis yang baru saja ia cium, pergi setelah memakinya. “Masih sama kayak dulu, manis.“ Jeslyne yang ingin keluar namun di hadang oleh teman-teman Sagara, otomatis menghentikan langkahnya. “Bukain pintunya!“ Pinta Jeslyne. “Eits, sabar dooong, baru aja ketemu jutek banget sih,” goda Kenzo. “Bukain, ini udah mau bel masuk, gue mau masuk kelas tau gak!“ teriak Jeslyne jengkel dengan kelakuan teman-teman Sagara. Sagara menghentikan langkahnya, dan memberi intrupsi kepada teman-temnnya untuk membuka pintunya. Lucas yang mengunci pintu perpustakaan tersebut dengan sigap langsung membukakan pintunya, dan Jeslyne langsung pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang. "Gimana, Ga? Apa Jeslyne udah lo apa-apain tadi?“ Celetuk Kenzo tiba-tiba namun Sagara tidak menanggapi. “Di tempat kek gini emang lo berharap, Saga, ngapain, Jeslyne, ege!“ sahut Nando dengan menggeplak lengan Kenzo. "Manis," gumam Sagara tiba-tiba membuat para sahabatnya langsung menoleh dengan dahi berkerut. “Apanya?“ Tanya lucas polos. Namun tak dihiraukan Sagara, dan berjalan begitu saja meninggalkan peepustakaan. “Jangan-jangan dia kesurupan lagi habis dari dalam perpustakaan tadi,” celetuk Kenzo tiba-tiba membuat Lucas dan Nando ikut merinding dan buru-buru meninggalkan perpustakaan tersebut. “Woy tunggu bangsat! Main tinggalin gue aja lu pade.“ ***Jeslyne saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, saat jam pelajaran terakhir, ia mendapat kabar jika sang opa sedang di kritis di rumah sakit. Jeslyne tanpa pikir panjang langsung berlari meninggalkan pelajaran yang belum selesai, setelah meminta izin guru kelas untuk keadaan darurat. Sesampainya di rumah sakit, Jeslyne langsung berlari ke ruangan di mana opanya di rawat. Ceklek Pintu terbuka, membuat semua penghuni ruangan menoleh ke arah pintu yang terbuka. Masih dengan air mata berlinang, Jeslyne masuk ke dalam ruangan dan langsung berhambur memeluk opanya yang sedang terbaring lemah, air matanya tidak bisa ia bendung melihat keadaan opanya yang semakin melemah. “Opa, hiks!" Jeslyne menangis di dalam pelukan opanya. “Jeslyne, cucu opa, jangan sedih, sayang, opa gak apa-apa!“ tuturnya dengan suara lembut. “Opa, jangan tinggalin, Jeslyne, hiks!“ “Opa sebentar lagi ulang tahun, katanya mau minta sesuatu sama, Jeslyne, Opa harus sembu
Brummmm Motor Sagara dan teman-temannya memasuki area parkir sekolah secara bersamaan, membuat atensi para siswa-siswi tertuju pada segerombolan Most wanted di sekolah tersebut. Sagara melepas helm fullfacenya dan menyugar rambutnya ke belakang menambah kadar ketampanannya yang menjadi tatapan para gadis di sekolahnya. Wajahnya yang sedikit meninggalkan bekas luka akibat perkelahiannya semalam tidak mengurangi kadar ketampananya. “Eh, Sagara kenapa tuh mukanya kek habis luka gitu?“ seru salah satu siswi yang melihat ke arah Sagara. “Iya, tapi tidak mengurangi ketampanannya sedikitpun.“ “Gila, muka bonyok aja bukannya tambah jelek malah tambah maco gitu, jadi makin sayang deh sama Sagara.“ Jeslyne yang kebetulan melewati gadis yang sedang memuja Sagarapun menoleh, dan tatapannya tidak sengaja bertemu dengan Sagara dari kejauhan, Jeslyne segera membuang muka dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Sagara tersenyum miring melihat tingkah mantan kekasihny
"Hay, Sudah pulang, Sayang!?“ Sambut Renata mama Jeslyn yang sedang membaca buku di ruang tamu. “Hmm, iya, Ma.“ "Gimana hari pertama masuk sekolahnya, Sayang, masih sama kayak dulu apa ada perubahan?“ Tanya Renata. "Yaa begitulah, Ma,” ucap Jeslyn menghembuskan napas pelan. “Loh, kok gitu ekspresinya, kenapa? Cerita dong. Apa kamu gak suka sekolah lagi di sekolah kamu dulu?“ Tanya Renata lembut. "Enggak kok, Ma. Ya namanya masih hari pertama masuk setelah pindahan, masih menyesuaikan lagi kan,” ungkap Jeslyne, dan tidak menceritakan pertemuannya kembali pada Sagara. “Serius? Gak ada masalah kan?“ Renata memastikan. “Enggak, Ma.“ “Ya udah, sana bersih-bersih dulu, habis itu turun makan siang ya.“ Jeslyne masuk ke dalam kamarnya, ia melempar tasnya sembarangan lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya. Ia memandangi atas langit-langit kamarnya, pikirannya berkelana saat pertemuannya kembali dengan Sagara. Ia benar-benar tidak menya
Jeslyn berjalan dari perpustakaan setelah mengambil buku yang di minta gurunya untuk ia pelajari. Ia membawa beberapa buku untuk ia pelajari materi yang tertinggal di sekolah barunya. Bruk Buku yang di bawa Jeslyn tiba-tiba saja terjatuh dalam genggamannya setelah tak sengaja menabrak seseorang. Deg Jeslyn membeku ketika tatapan matanya bertabrakan dengan orang yang sangat ia hindari. Begitupun sebaliknya dengan Sagara yang tak kalah terkejutnya dengan Jeslyne, namun ia masih bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, tatapan dinginnya menelisik wajah gadis di depannya, gadis yang sudah membuat hidupnya berantakan. Ada perasaan benci namun ia juga tidak memungkiri jika ia juga merindukan gadis yang selalu ia nanti. Jeslyn memalingkan wajahnya dan buru-buru melangkah pergi, namun baru selangkah ia berjalan tangannya di tarik oleh Sagara dan menghempaskan tubuhnya ke tembok. Sagara mengunci kedua tangan Jeslyn di kedua sisi kanan kirinya. “Jadi bener gue gag salah lihat kema
Di malam hari, malam bisa membuat penguat bagi seseorang dalam memulai hari esok. Dan kata-kata indah di malam hari juga bisa sebagai penutup harimu menjadi tenang. Dengan begitu, suasana hati dan pikiran yang tenang akan meningkatkan kualitas tidur. Namun tidak bagi seorang Sagara Althair Dirgantara, lelaki berparas tampan. Laki-laki dingin dan tak tersentuh, akan tetapi selalu berhasil membuat para gadis tergila-gila akan pesonanya. Malam yang seharusnya di gunakan untuk istirahat tapi tidak dengan Sagara, ia yang mengalami gangguan kesulitan untuk tidur membuat ia menghabiskan malam entah di area balap atau bahkan tak jarang ia berada di club hingga ia tak sadarkan diri. Bukan tanpa alasan Sagara mengalami gangguan tersebut, semenjak kepergian kekasihnya secara tiba-tiba dan mengatakan untuk mengkahiri hubungannya secara sepihak, membuat dirinya bertanya-tanya? Apa yang salah dari dirinya?. Jeslyne Velishia Anderson, nama yang masih melekat di hatinya, luka yang di