MasukJeslyne tengah menyiapkan makan siangnya, karena jam sarapannya sudah lewat. Jeslyne menata hidangannya di atas meja, hanya masakan simple saja. Sagara menghampiri Jeslyne dan memeluknya dari belakang, “masak apa, Sayang?“ Tanya Sagara dengan mengendus leher Jeslyne. Jeslyne sudah mengetahui jejak merah yang di tinggalkan Sagara, membuat dirinya sangat malu, terlebih waktu membukakan pintu dan Jeslyne belum mengetahui. Pantas saja teman-teman Sagara sampe melongo waktu dirinya membukakan pintu. “Iiiissh, minggir. Malu tau di liatin temen-temen kamu,” omel Jeslyne mencoba melepas pelukan dari Sagara. “Waaaaah, masak apa nih, Bu Bos?“ Tanya Nando saat ketiganya menghampiri meja makan. “Masakan simple aja, ayam saus asam manis. Ayo makan,” ajak Jeslyne pada ketiganya. “Ck, mereka doang yang di ajak,” sewot Sagara menatap sinis para sahabatnya. Jeslyne langsung mengapit lengan Sagara dan ia dudukkan di depan meja makan, “duduk,” titah Jeslyne yang d
Sagara dan Jeslyne sampai di vila penginapan mereka, keduanya berjalan sembari tertawa mengingat kejadian lucu dan menyenangkan di pantai tadi. Sagara tidak melepas dekapannya dari Jeslyne, mengingat banyak yang melirik istrinya kagum. Sagara menatap tajam siapa saja yang berani menatap sang istri, karena hatinya langsung panas dengan api cemburunya. Ceklek Jeslyne langsung masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Sagara duduk di ruang tamu vila sembari menerima telepon dari sahabatnya. Sagara yang sudah selesai menerima teleponnya beranjak dari kursinya, ia masuk ke dalam kamar, namun kamar masih kosong, menandakan jika Jeslyne belum selesai dengan mandinya. Sagara berjalan pelan mendekati pintu kamar mandi, dengan pelan ia menekan handle pintu kamar mandinya. Sagara tersenyum riang seperti mendapat jackpot, karena pintu kamar mandi terbuka tanpa di kunci oleh Jeslyne. Tanpa pikir panjang, Sagara langsung masuk dengan mengendap-endap. Sagara tersenyum miring melihat
Ceklek Sagara masuk membawa nampan berisi makanan, Jeslyne yang masih merasakan sakit di bawahnya menjadi cemberut karena dirinya tidak jadi pergi jalan-jalan. Jeslyne yang teringin sarapan pagi dengan di temani pemandangan indah jadi mengurungkan niatnya, karena masih merasakan nyeri di bawahnya bahkan sampai ia kesulitan untuk berjalan. “Sayang, jangan cemberut gitu dong,” ucap Sagara sembari mengelus pipinya. “Padahal kan aku pengen jalan-jalan,” rengek Jeslyne membuat Sagara gemas. “Iya, nanti kalau udah gak sakit aku janji bakal ajak kamu jalan-jalan ke manapun kamu mau,” bujuk Sagara membuat Jeslyne akhirnya tersenyum senang. “Awas kalau bohong.“ Sagara terkekeh gemas melihat wajah sang istri, “udah, makan dulu,” Sagara dan Jeslyne menyantap makanannya dalam hening. Setelah selesai makan, Sagara tidak membiarkan Jeslyne beranjak dari tempat duduknya. Sagara langsung membereskan bekas makanannya. Sagara kembali dengan membawa kantong plasti
'Warning 21+ “Terimakasih, Sayang,” ucap Sagara di sela ciumannya. Sagara masih menjamah tubuh sang istri dengam ciuman-ciuman panasnya. Jeslyne yang sudah di buat panas akan sentuhan Sagara hanya bisa melenguh dengan mata tertutup, Jeslyne bahkan sudah tidak bisa lagi menolak, karena merasakan sensasi yang tidak pernah ia rasakan. Decapan dari ciuman keduanya menggema di suasana malam yang hening dan dingin ini. Tangan Sagara tidak tinggal diam, tangannya ia gunakan untuk meremat buah dada Jeslyne. Sagara masih asyik melumat bibir ranum sang istri, melesakkan lebih dalam ke rongga mulut Jeslyne. Puas bermain di bukit kembar Jeslyne, Sagara kembali memainkan tangannya di perut Jeslyne, mengusapnya pelan, membiarkan Jeslyne yang menggelinjang menikmati sentuhan yang ia berikan. Saat Jeslyne merasa semakin panas dengan permainan, Sagara kembali memainkan barang yang belum pernah ia sentuh. Tangannya dengan berani memasukkan
Setelah selesai dengan acara makannya, Sagara dan Jeslyne kini kembali ke Vila yang mereka tempati saat ini. Jeslyne masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Sedangkan Sagara memilih membersihkan diri di kamar mandi luar. Sagara masuk ke dalam kamarnya setelah selesai membersihkan tubuhnya. Namun ketika masuk, Sagara mengerutkan keningnya pasalnya ia melihat Jeslyne tengah mengacak-acak kopernya. “Kamu cari apa, Sayang, kok belum ganti baju?“ Tanya Sagara menghampiri Jeslyne yang masih memilah-milah bajunya yang masih di koper. “Ini, aku perasaan masukin baju tidur piyama deh, tapi kenapa kok gak ada satupun piyama tidur aku ya di koper. Malah yang ada baju-baju kurang bahan semua kayak gini sih,” heran Jeslyne, padahal ia ingat jelas bahwa dia memasukkan baju-baju piyama untuk dirinya tidur, tapi setelah membongkar bajunya justru tidak ada satupun baju piyamanya di dalam koper. "Kamu yakin gak lupa?" Tanya Sag
Terik siang memancarkan sinar matahari yang begitu cerah, jalanan nampak ramai di padati pengguna jalan yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing. Sama seperti halnya dengan perjalanan Sagara dan Jeslyne, saat ini keduanya sedang melakukan perjalanan menuju bandara. Seperti pada umumnya, suasana jalan sekarang sedikit macet, karena menunjukkan jam istirahat para pekerja kantoran. Satu jam perjalanan, dengan menghadapi macet jalanan yang cukup padat, Sagara dan Jeslyne akhirnya sampai di bandara. Sang sopir dengan sigap membukakan pintu mobilnya, dan setelah itu melangkah ke belakang untuk menurunkan koper majikan mudanya. “Terimakasih ya, Pak! Ini buat beli makan siang, Pak Ujang, nanti,” ucap Jeslyne dan memberikan selembar uang biru kepada sopirnya. “Aduh, Non, Gak usah repot-repot atuh, ini kan udah tugas, Pak Ujang,” tolak Pak Ujang tidak enak dengan majikannya. “Gak pa-pa, Pak Ujang, terima aja. Kalau gitu kita masuk dulu ya, Pak Ujang,” sahut Sa







