Share

Chapter 2.d: You've been... thunderstruck!

Alun-alun di tengah kota ramai di kerumuni para warga. Orang tua, pemuda, dan anak-anak bercampur menjadi satu. Ada yang cuma penasaran akan apa yang akan terjadi dan ada yang mengambil kesempatan itu untuk berjualan. Jarang-jarang ada tontonan yang begini, pikir mereka.

Walaupun ruang yang tidak cukup untuk mereka semua membuat mereka berdesakan, ada lingkaran kosong besar yang tidak ada yang berani menyeberanginya. Disana berdiri banyak tonggak dari kayu besar, beberapa darinya memiliki warna kayunya bercampur dengan hitam seperti bekas terbakar.

Dama berada di bagian depan kerumunan, tempat yang dimana dia mudah untuk menyaksikan aksi yang akan datang. Stila berusaha menghampirinya, dengan harus menyenggol orang lain untuk bisa berhasil. Jika ada yang protes, satu lirikan dari perempuan itu membungkam mulut mereka.

"Apa yang dia inginkan dengan kamu?" tanya Dama.

Stila mengangkat sekantong uang yang mengeluarkan bunyi merdu saat digoyang. Dia tersenyum sumringah. "Dia memberi kita uang. Tidak disangka-sangka, eh dapat rezeki."

"Tatari tidak terlihat seperti tipe orang yang bermurah hati," ucap Dama menyuarakan keraguannya.

Stila menyimpan baik-baik kantongnya, kemudian mengibaskan tangan sembarangan. "Dia kaya, dia dapat berpisah dengan jumlah yang tidak seberapa ini."

"Iya juga ya."

Keramaian terbelah menjadi dua saat ada para penjaga yang memaksa untuk lewat. Mereka mengawal sang ketua klan dan sang tahanan, Kanse, yang matanya ditutup supaya tidak bisa menggunakan kekuatannya. Walaupun dia bisa, entah bagaimana menggunakan tipu muslihat misalnya, terlalu banyak penjaga disana untung ditanganinya sendirian dan selain itu mereka tidak akan membiarkannya berbuat macam-macam.

Juga bersama di dalam iringan tersebut adalah Rawa, dia yang memegang rantai yang dipakai untuk menggiring Kanse menuju akhir hidupnya. Dia terlihat bangga berada disana.

Rawa mengikatnya ke tiang kemudian melangkah mundur ke belakang Tatari. Sang ketua klan memunculkan secarik kertas dari air dengan sihirnya. Dia kemudian mengeluarkan peralatan menggambar. Tangannya bergerak dengan cepat mewujudkan apa yang ada dipikirannya. Dari tempat Dama berada, dia dapat melihat kalau hasilnya sangat bagus.

Bagi Dama yang adalah orang awam, itu telihat sangat nyata. Bahkan lipatan kain di baju Kanse juga ditampilkan dengan jelas. Disana dia digambarkan dengan petit yang mendatanginya dari langit.

Dengan itu, goresan terakhir di selesaikan.

Saat Tatari membuka mulut, orang-orang yang menyaksikan menutup milik mereka, membuat suaranya terbawa ke semua orang. "Ada kata-kata terakhir sebelum kita mulai?" katanya kepada Kanse.

"Harus ada seseorang yang membunuhmu," balasnya dengan tenang. "Aku mengambil kesempatan yang aku punya. Aku gagal."

"Alas¹, tidak semua orang dikabulkan keinginannya."

Kertas di tangan Tatari hancur menjadi debu dan lenyap di bawa angin. Petir menyambar Kanse tiba-tiba, menghanguskan tubuhnya. Satu, dua kali. Dia bahkan tidak sempat berteriak sebelum dia meninggal dunia.

Dan itulah akhir cerita untuknya.

Mata beralih memandang darinya dan ke Tatari Lamin. Ada yang kagum dan ada yang takut, ada yang merasakan dua-duanya. Apapun itu, semua orang setuju kalau kekuatan sang ketua klan memang telah melampaui julukan lamanya, si Kertas Putih.

Satu per satu, kerumunan orang itu bubar. Diantaranya adalah Dama dan Stila.

"Sekarang kita kemana?" tanya Stila.

"Tujuan selanjutnya adalah ke Juda."

___

Info tambahan:

*'alas' dari bahasa inggris, digunakan untuk mengekspresikan kesedihan atau perasaan menyesal akan sesuatu.¹

___

To be continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status