Share

Chapter 1.b: Deus ex...

Mereka mengobrol ringan sambil membunuh waktu. Kata Stila tidak ada gunanya pergi mencari si Jagoan, dia akan datang dengan sendirinya nanti. Lebih baik mengumpulkan tenaga untuk pertarungan yang akan terjadi.

Setelahnya Dama mecoba untuk menyambungkan dirinya lagi dengan medan sihir. Yang lain juga sepertinya melakukan hal yang sama. Dia mencoba menjauhkan ingatan yang bukan miliknya saat mereka muncul. Di level dia sekarang memang tidak berbahaya, tapi mengapa mengambil risiko yang bisa dengan mudah dihindari?

Walau yang dilihatnya terasa menarik sekali.

Dari Jaku dia mendapati seorang wanita yang sepertinya adalah ibunya. Dia sedang menyunggingkan senyum bangga kepada Jaku. Oleh sebab apa Dama tidak tahu dengan jelas.

Sedangkan Stila adalah saat dia didorong-dorong oleh anak-anak lain saat bermain waktu dia kecil.

Dama sadar kalau sebagian orang menganggap bahwa itu seharusnya rahasia, tapi bukan dia yang membuat aturannya menjadi begitu. Dan untungnya, dia hanya mendapat gambaran saja dan perasaan sang pengirim tidak di ikutsertakan dibagikan secara bersamaan.

Konsentrasi pecah saat ada suara berisik yang berasal dari balik pepohonan.

"Itu dia," kata Stila. "Persiapkan diri kalian."

Dengan teriakan kegirangan, Apan (si Jagoan yang tadi mereka diskusikan, walau mereka tidak tahu namanya) maju tanpa gentar. Tangannya sekarang berbentuk seperti tombak, sepertinya dia semakin lihai dalam menggunakan kemampuannya.

Target pertamanya adalah Dama. Dia sudah menyaksikan apa yang dilakukan Apan kepada musuhnya dan karena tidak ingin menjadi korban, dia buru-buru mundur sambil melemparkan sihirnya. Benda putih itu mengenai Apan tanpa efek apapun. Dama menyumpah serapah dalam hati karena itu. 

Jaku datang untuk menyelamatkannya. Dia mengambil posisi di depan Dama dan membiarkan dirinya ditusuk.

"Apa yang kamu lakukan?" seru Dama. Baik sekali telah menolong, tapi tidak begitu juga kali.

Apan-- seluruh lengannya licin dengan darah-- menendang Jaku ke arah Dama, yang kemudian menangkapnya dengan gegabah.

"Lihat," kata Jaku tersendat-sendat sambil menunjuk.

Apan memperhatikan tangannya dengan penasaran. Dia mengarahkannya ke bawah, akan tetapi tidak setetes pun cairan merah itu melencer. Ternyata, bagian tubuh yang tadi ditusuk menempel di tangan Apan dan secara perlahan mengubahnya menjadi sesuatu yang lain, yaitu sesuatu yang terlihat seperti kaku.

Harga yang harus dibayar adalah ada lubang di perut Jaku yang tidak mau menutup. Tembus pandang dari belakang ke depan. Darahnya bersimbah ke pakaian Dama, meski dia tidak peduli pada saat itu.

Ada masalah yang lebih membutuhkan perhatiannya.

Apan dengan santainya menguraikan bagian tubuh yang terkena efeknya dan menggantinya dengan yang baru. "Itu saja? Dan aku hanya seorang diri, melawan kalian bertiga, eh?"

"Berapa lama kamu bisa bertahan seperti ini dan apa kamu bisa mengulanginya lagi?" tanya Dama kepada Jaku.

"Aku tidak tahu," balas Jaku. "Tergantung kepada Stila."

Pertarungan berlanjut sekali lagi. Apan nampaknya telah memutuskan kalau dia akan menang lewat melukai Jaku sebanyak mungkin. Karena sepertinya dia hanya dapat melakukan jurus yang tadi sekali, karena dia tidak melakukannya lagi. Menjadi adu ketahanan, antara Jaku yang harus kehilangan bagian tubuh dan apakah Apan tetap bisa bergerak dalam efek kekuatan Jaku. Dia tidak salah memilih, karena taktiknya berhasil dengan Jaku roboh didepannya tidak berdaya.

Beruntungnya, Stila (yang terpaksa hanya dapat mendukung dari belakang karena keadaan) menyembuhkan Jaku sampai seperti tidak terjadi apa-apa. Sihirnya mengembalikan Jaku ke keadaan seperti semula. Melihat itu, Apan menjadi semakin ganas. Sekarang keempat anggota badannya bisa berubah menjadi senjata, untuk menusuk dan menghantam.

Sementara itu, Dama tidak terlalu berguna di pertarungan maut itu. Dia melemparkan sihirnya sesekali, dengan harapan mungkin mengganggu fokus lawan. Dia tidak mendapat kesulitan saat mengarahkannya tepat sasaran saat di udara, akan tetapi saat benda itu kena hanya menempel dan tidak melakukan apapun.

Kali ini, setelah Jaku dikalahkan lagi, Apan langsung menuju Stila. Dialah anggota paling penting disini, karena Apan tidak tahu berapa banyak penyembuhan yang dia punya. Jadi dia harus dibinasakan terlebih dahulu. Giliran Dama untuk menghalaunya, namun dia bahkan tidak dihiraukan oleh Apan. Dia cuma langsung dilintasi saja.

Saat mereka berdua berselisihan, kekuatan Dama aktif kembali. Fungsi yang sebelumnya tidak dia ketahui telah terbuka. Benda yang tadinya menempel di tubuh Apan dapat dia kontrol karena jarak yang dekat.

"Apa-apaan nih?" tanya Apan, terkejut dan menghentikannya berjalan.

Itu tidak melukai dia sama sekali, namun terlihat indah saat mengelilingi seluruh tubuh Apan. Adanya hanyalah goresan yang tidak menembus kulitnya, mungkin karena jumlahnya yang kecil dan tidak bergerak dengan cepat. Dan hal itu juga sangat mengganggu.

Apan menggeram, dan tanpa basa-basi menusuk Dama di perut. Dua kali berturut-turut. Kaki Dama menjadi lemah dan tidak cukup kuat untuk menopangnya, dia tersungkur ke tanah.

Akan tetapi yang dia lakukan tidak sia-sia, karena dia membeli waktu buat sihir milik Jaku untuk bekerja sepenuhnya.

Sisa-sisa dari Jaku yang ada di badan Apan bercampur dengan si Jagoan dan seperti hidup sendiri. Mereka sekarang malah menyerang pemilik mereka sendiri.

Apan mencoba mengambil alih kembali, dia menggenggam tangannya dan memaksanya untuk diam. Tetapi Jaku, yang saat itu hanya bisa telungkup, tidak akan membiarkannya begitu saja. Dia mengulurkan tangannya seperti sedang berkonsentrasi penuh untuk mengendalikan kekuatannya. Sampai-sampai giginya saling menekan dengan keras dan urat muncul di dahinya.

Kemudian suara pekikan yang seperti datang dari semacam burung besar menembus diantara kebisingan pertarungan mereka dan aura kental seorang Jagoan memancar dari dimana suara itu juga berasal. Semua orang mematung. Mereka sedang berada di tepi Kekaisaran dan dekat dengan wilayah pegunungan milik para Garuda, jadi masuk akal jika ada satu yang seenaknya muncul dengan tiba-tiba.

Apan memilih untuk memotong anggota badannya yang terinfeksi dan lalu dia pergi. Dia dapat meregenerasinya nanti. Sekarang dia punya musuh yang lebih penting untuk diburu dan dia butuh waktu untuk melakukan persiapan.

"Kita tidak cukup tangguh untuk bersaing dengan mereka berdua," kata Stila setelah menyembuhkan kedua orang yang bersamanya. "Bahkan aku pun merasa tidak sanggup lagi. Dan ditambah lagi aku sudah kehabisan sihir."

Jaku melipat tangannya. "Jadi kita tetap saja dihitung menjadi pihak yang merasakan kekalahan, setelah semua perjuangan yang kita lakukan?"

"Sepertinya begitu," kata Dama. "Tapi, hey, paling tidak kita mendapat mana dari sini."

Mana adalah tenaga dalam yang diperlukan untuk dikumpulkan sebelum bisa maju ke Langkah selanjutnya. Cara meningkatkannya sangat mudah, hanya butuh berdiam dan bertapa di medan sihir.

"Kalian kemana setelah ini? Kalau aku sih masih belum membulatkan pikiran," kata Stila.

"Entahlah," ujar Jaku. "Tapi aku berencana akan mencari medan sihir lain dan menjadi lebih kuat. Di suatu tempat yang sebaiknya jauh dari sini."

"Aku akan melanjutkan perjalananku menuju Lamin karena tidak ada lagi urusan yang menghalangi."

Dalam pikiran Stila, dia butuh seorang teman untuk berpetualang dan siapa yang lebih mudah untuk diajak bekerjasama? Oleh karena itu...

"Oh," kata Stila. "Terdengar menarik. Boleh aku ikut?"

"Tentu, tidak masalah."

Namun mereka tidak langsung bertolak begitu saja. Masih ada yang mungkin dikerjakan disana.  Mereka bersantai sambil mengumpulkan mana sebanyak-banyaknya yang mereka bisa. Menunggu pertempuran yang tidak terelakkan antara Apan dan si pendatang baru. Saat itu terjadi, mereka dapat mendengarnya dan bahkan merasakan auranya.

Siapapun itu yang akhirnya mengalahkan siapa, medan sihirnya kemudian jatuh. Habis. Sudah di klaim sang pemenang.

Kemudian Stila dan Dama mengatakan selamat tinggal kepada Jaku, yang ingin mencari jalannya sendiri. Mereka berpisah tujuan, dengan yang berdua itu menuju Lamin.

___

Informasi tambahan:

*Apan diambil dari "Apa-apaan." :)

*Suara dari si Garuda aku bayanginnya seperti suara burung elang.

___

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status