Share

#7-pacaran

Hari tak terasa berlalu dengan cepat, ternyata malam sudah berganti dengan pagi yang indah. Dan aku akan menghadapi kenyataan bahwa aku sekarang sudah memiliki kekasih, kekasih yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. 

Aku membasuh wajahku, berharap itu hanya sekedar mimpi, jika benar itu mimpi, maka sampai sekarang aku tidak kunjung bisa bangun dari mimpi yang bisa di katakan buruk, bisa juga di katakan mimpi yang bahagia, ah entah lah, aku tidak tahu, aku hanya perlu menjalani nya saja. Bukan kah begitu? 

Aku berangkat sekolah pukul 07.00 (masih tersisa waktu 5 menit lagi agar bel sekolah berbunyi) dan tepat pukul 07.15 aku sampai di depan gerbang sekolah "teng, yeeeaahhhh tepat waktu" ucap ku sambil berlari kecil menuju gerbang yang hampir di tutup pak satpam "pagi pak" ucapku pada pak satpam (sambil mengangkat tanganku seperti memberi tanda hormat pada pak satpam yang telah menjaga sekolah kami ini dengan sepenuh hati). 

Pak satpam hanya mengangguk tersenyum padaku dan menggerakkan tangan nya, pertanda bahwa aku harus cepat-cepat pergi sebelum kelas dimulai. 

Di kelas, aku merasa canggung sekali, mungkin karena aku sudah berpacaran  dengan Arkan. Arkan terus saja memperhatikan ku, Kadang-kadang temanku menegur nya karena terlalu memperhatikan ku, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah konyol nya itu, menggemaskan sekali dia (teman-teman ku belum tau kalau aku dan arkan sudah berpacaran, aku tidak ingin ada yang tahu bahwa aku telah berpacaran dengan nya, Arkan setuju dengan ideku). Namun teman dekat nya arkan tahu kalau kami berpacaran, katanya dia tidak enak hati jika harus menyembunyikan hal ini dari teman nya. Yasudah lah, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur juga, yang penting mereka bisa menjaga mulut mereka agar tidak mengatakan nya kepada orang lain. 

Jam istirahat pukul 10.15, bel berbunyi, semua orang berhamburan dari kelasnya masing-masing menuju tempat yang sama, yaitu kantin tercinta.

Teman-teman ku juga begitu, sibuk memilih ingin membeli apa nanti ketika sampai disana, karena kalau kita tidak memiliki list untuk belanja, kita akan kalah dengan ratusan manusia yang sedang antri untuk berbelanja juga. Mereka tentu nya mengajakku, namun aku sedang tidak enak badan, itu yang aku ucapkan. Tapi aku tidak tahu apakah ini tidak enak badan atau karena harus menghadapi kenyataan. Aku terus melamun di kelas, tidak orang disana, semuanya pergi entah kemana, aku menempelkan pipi ku diatas meja dan meregangkan tanganku diantara  nya. Entah apa yang aku fikirkan, mungkin mencoba untuk menerima kenyataan hidup. 

Tanpa sadar Arkan sudah berada di depan ku, aku tidak sadar akan kehadiran nya, aku tersadar ketika dia memanggil namaku. "sa, ngapain?" tanya nya padaku. "eh, ga ngapa-ngapain," jawab ku sambil mengangkat kepala ku yang sedari tadi berada di atas meja. Arkan tersenyum padaku, dia memberikan aku air mineral "nih minum, terus bangun, masa baru jadian udah ngelamun aja" ucap nya sambil tersenyum manis "atau jangan jangan kamu ga nyaman yah kita pacaran?" selidik nya. "enggak arkan, aku nyaman, cuma aku masih ga nyangka aja kalau kita itu udah pacaran, ucapku padanya sambil menatap mata indah nya." Oh gitu" sahutnya seperti semangat nya hilang ketika aku menjawab itu, dan aku menyadari nya. "arkan, siapapun kamu, bagaimana pun kamu, aku adalah pacarmu, aku hanya butuh waktu lebih sedikit lagi, sedikit lagi saja, agar aku bisa menerima dan membuka perasaanku, dan aku berharap kamu masih menungguku untuk itu, aku menatap nya dengan senyuman, berharap dia akan menungguku sampai waktunya tiba. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status