Share

BAB 5

Author: Halo Preneur
last update Huling Na-update: 2022-02-23 13:09:01

Sepeninggal dari hotel, aku dan Diran kemudian menempati rumah yang memang sudah Diran persiapkan untuk berkeluarga—rumah minimalis seperti impianku. Membuatku cukup tersentuh dengan usahanya mempersiapkan rumah.

Sayangnya, rumah itu tidak akan pernah menjadi milikku. Karena suatu saat nanti, sudah aku pastikan akan keluar dari sana.

Malam kedua berikutnya akan menjadi permainan berikutnya untuk membuat Diran kesakitan.

Lingerie merah pemberian Jonna memang cukup menggoda memperlihatkan lekuk tubuhku.

Tidak lupa juga rambut panjangku yang aku cepol untuk memperlihatkan leher jenjang polosku.

Keluar dari kamar mandi, Diran langsung memeluk tubuhku dari belakang. “Kamu sengaja

mancing aku “kan?” tanyanya dengan embusan napas tak beraturan. Seperti birahi yang sudah terbakar.

Aku tersenyum kecut. “Siapa bilang aku mau mancing kamu? Aku cuma pengen pamerin lingerie seksi pemberian Jonna ke kamu.”

Kurasakan pelukan yang erat itu melonggar dari tubuhku. Bisa aku pastikan Diran terkejut mendengarnya.

Diran kemudian membalikkan tubuhku dan menatap menyelisik lingerie yang kupakai.

“Bagaimana, Sayang? Bagus kan? Cantik kan aku?” tanyaku memancing.

Diran mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. “Hm ... kamu cantik. Tapi lingerie ini kurang cocok di kamu.”

Aku kemudian mengalungkan kedua lenganku di pundaknya. “Apanya yang kurang cocok?”

“Warnanya. Aku lebih suka kamu pakai warna hitam. Lebih elegan dan menggoda,” lirihnya tepat di wajahku.

Tidak. Dia berbohong. Bukan warna lingerie-nya yang tidak cocok denganku, tetapi karena

pemberian Jonna. Setahuku, selain warna hitam, Diran juga menyukai warna merah.

“Oke. Kalau begitu, aku akan ganti sama warna hitam biar kamu senang.” Aku melangkah

menuju lemari dan membuka pintu lemari gantung untuk mencari-cari warna hitam.

Setelah berhasil kutemukan, aku langsung memperlihatkannya pada Diran. “Kalau yang ini gimana?” tanyaku.

Diran yang berdiri di seberang ranjang mengangguk dengan bersedekap.

Perlahan-lahan aku menurunkan tali di pundakku untuk menjatuhkan lingerie merah yang membalut tubuhku. Setelahnya tubuhku polos di hadapan Diran untuk pertama kalinya demi mempermainkannya.

Diran tampak menelan ludah dengan tatapan yang semakin berkabut. Lalu menggeleng tidak percaya dengan yang kulakukan saat ini.

Ketika aku mencoba memakai lingerie hitam, Diran melangkah mendekat dengan tatapan tidak

berkedip.

Ya. Aku yakin, jika tubuh polosku sudah sangat menggoda birahinya. Namun, sepertinya hal

ini bukan pertama kali bagi Diran. Laki-laki berengsek itu juga pasti sudah pernah melihat tubuh polos Jonna.

“Aku lebih suka kalau lihat kamu polos, Sayang,” lirihnya yang kemudian merengkuh tubuhku dan mengecupi leherku.

Aku tersenyum penuh kemenangan. Meski begitu, aku berusaha menahan gejolak dari jemari-

jemari nakalnya yang menelusup ke dalam lingerie membelai kulitku.

Kurasakan sesuatu yang mencuat dan keras bergesekkan dengan perutku. Aku yakin itu adalah

pusat kepemilikannya yang sudah mengeras sempurna.

Ketika jemarinya sampai di dua buah gundukkan kenyal milikku, aku langsung menahan

jemarinya. “Kamu tahu, Sayang? Ada satu hal yang nggak bisa aku maafkan dalam sebuah hubungan.”

“Apa itu, Sayang?” tanyanya yang kali ini mencoba meraih bibirku dengan begitu mendambah.

“Perelingkuhan,” lirihku tepat di bibirnya. Diran seketika membeku.

“Kamu nggak akan selingkuh dari aku “kan?” tanyaku menyeringai menggoda.

Diran tergelak. “Kalau aku selingkuh, aku nggak akan menikahi kamu, Sayang.”

Aku tersenyum. “Kamu benar. Dan meski toh seumpamanya kamu punya selingkuhan, pada

akhirnya kamu tetep memilih menikahi aku daripada selingkuhan kamu.”

Belaian lembut kurasakan di dua buah gundukan kenyal milikku. Jemari liat itu bahkan kurasakan bergerak memutar menjelajahi setiap inci kulit putih mulusku. Sebelum kemudian meremasnya dan membuatku mengerang.

“Kamu itu ... nomor satu buat aku, Sayang,” lirihnya dengan tatapan semakin berkabut.

Kurasakan salah satu bulatan ranum milikku yang mencuat menantang sudah berada dalam kuasa jemarinya. Membuat menelan ludah menahan kenikmatan.

Ya. Meski ada gejolak dalam diriku yang terpancing, tetapi aku berusaha menahannya mati-matian. Sebab aku tidak mau lepas kendali dan kalah dalam sentuhannya.

“Jangan lupa ... aku masih datang bulang, Sayang,” kataku yang kemudian melepaskan jemari nakalnya dari dua buah gundukan kenyal milikku.

“Ah, shit! Aku lupa,” umpatnya penuh sesal.

“Terus kenapa kamu tadi mancing aku dengan buka baju?” tanyanya frustrasi.

“Aku buka baju “kan karena kamu minta aku ganti lingerie yang hitam.” Aku menyeringai penuh kemenangan dan beranjak menuju ranjang.

“Tega banget kamu bikin aku tersiksa begini, Sayang.” Diran meringis kesakitan memegangi selangkangannya.

“Maaf ya, Sayang. Nggak sengaja.” Aku kemudian menarik selimut menutupi tubuhku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kisah Malam Pertama   BAB 23 TAMAT

    3 bulan kemudian.Usai ketukan palu di pengadilan, maka selesai sudah hubunganku dengan Diran Diran dalam tali pernikahan. Selama proses berlangsung, Diran tampak kooperatif, meski tak mengatakan apa pun.Ya. Aku rasa Diran memang tidak bisa berbuat banyak, usai menyadari kesalahannya. Bahkan dia tak menggunakan pengacara selama proses persidangan. Meski dia tak pernah mangkir setiap kali sidang mediasi, sayangnya aku tak sudi barang satu kali pun untuk datang ke sidang mediasi.Keluar dari ruang pengadilan, kulihat Diranberjalan menunduk dengan wajah ditekuk. Sementara aku berjalan bersama Om Riwan selalu mendampingiku selama prosesnya."Gee."Aku menghentikan langkah dan menoleh. Tampak Diran berjalan menghampiriku. Lalu mengulurkan tangan dengan wajah penuh penyesalan padaku.“Sekali lagi aku minta maaf. Aku harap kita masih bisa berjabat tangan untuk terakhir kalinya,” ucap Diran.Aku cukup tertegun, tetapi juga masihdipenuhikebencian. Namun, memperlihatkanketangguhan di hadapan se

  • Kisah Malam Pertama   BAB 22

    Sebuah makan malam di bistro milik Reen menjadi akhir rencanaku. Aku sengaja menggagas makan malam bersama dengan 2 keluarga besar untuk mengungkapkan akhir rumah tanggaku dengan Diran. Karena aku tidak ingin bertele-tele untuk mengakhiri semuanya. Hidangan sirloin steak rendang sauce, egg and avocado salad in jar dan prawn bruchetta lengkap dengan wine merah menghuni meja panjang di ruangan privat room. Tampak penghuninya begitu menikmati hindangan sembari bercengkerama hangat. Kecuali aku dan Diran pastinya. Ya. Diran tampak menunduk tak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan terlihat ogah-ogahan menikmati hidangan. Sementara aku ... tetap menyantap makanan begitu lahap, sebagai amunisi, sebelum memberitahukan hal yang mengejutkan. “Kamu tambah cantik setelah nikah, Gee,” puji Bu Rini—ibu mertuaku. Aku tersenyum sebagai balasan. Tentu saja aku harus tampil cantik malam ini. Jumpsuit polka dot vintage look berkerah lebar memang cukup membuat penampilanku rimeless. Ditambah make up

  • Kisah Malam Pertama   BAB 21

    Usai keluar dari kamar laknat itu, aku berjalan gontai dengan air mata tak berhenti mengucur dari kedua mataku. Kepedihan begitu sangat terasa di hatiku saat ini. Meski begitu, aku harus kuat sekuat-kuatnya menerima kenyataan yang terjadi. Dunia tidak akan hancur hanya karena laki-laki yang aku cintai berselingkuh dengan temanku sendiri “kan?Aku merogoh kunci mobil di dalam tas dengan susah payah karena pandanganku yang terus kabur oleh genangan air mata. Sampai kemudian berhasil menemuka kunci, kunci tersebut malah terjatuh begitu saja dari tanganku. Membuatku semakin kesulitan untuk mencari.Sebuah tangan samar-samar kulihat meraih sesuatu di bawah kakiku. “Biar saya antar Mbak pulang.”Suara yang sangat familiar itu membuatku langsung mendongak pada pemiliknya. “Nggak usah Mas. Saya bisa pulang sendiri,” tolakku seraya mencoba meraih kunci mobilku di tanganku.Adira mengeratkan kunci mobilku dalam genggamannya. “Mba

  • Kisah Malam Pertama   BAB 20

    Jonna melangkah membuka pintu. Lalu tak lama kemudian ....“Adira,” pekik Jonna.Aku dan Diran langsung menoleh ke arah pintu terbuka. Terlebih aku yang cukup terkejut dengan sosok Adira yang benar-benar muncul di sana.“Kamu kenapa bisa di sini?” tanya Jonna melangkah mundur.“Aku denger ada ribut-ribut di sini. Jadi aku datang,” ucap Adira melangkah masuk.“Apa maksud kamu?” tanya Jonna tak mengerti.“Cuma pengen tahu aja, laki-laki seperti apa yang ngebuat kamu sampai mengakhiri hubungan kita,” ucap Adira.Mendengar itu, aku langsung membulatkan mata.“Hubungan? Kamu punya hubungan sama Jonna?” tanyaku menatap laki-laki memakai jogger pants hitam berpadu t-shirt hitam, jaket hitam dan topi hitam.Adira menatapku dan mengangguk.“Maafkan saya, Mbak. Saya memanfaatkan keadaan Mbak untuk mencari tahu laki-laki yang udah ngebuat pacar say

  • Kisah Malam Pertama   BAB 19

    Wajah Diran dan Jonna kembali tegang usai mendengar ucapanku. Sementara aku menyeringai penuh kemenangan. “Kenapa? Kalian terkejut lagi? Kalian pikir bisa terus membodohi aku?” tanyaku. “Sejak kapan lo tahu semua ini, Gee?” tanya Jonna. “Seminggu sebelum gue melangsungkan pernikahan,” jawabku menyeringai. “Apa?” pekik Diran. “Kenapa? Terkejut lagi?” tanyaku menatap laki-laki berkemeja oversized berpadu blue jeans dan sneakers. Diran kemudian berdiri. “Lalu kenapa kamu mau meneruskan pernikahan ini kalau kamu sudah tahu dari awal?” Aku tertawa. “Untuk mempermainkan kalian berdua, dong.” Diran mengeraskan rahang. Sementara Jonna menggeleng-geleng tidak percaya menatapku. “Jadi gimana sekarang rasanya dipermainkan?” tanyaku berdiri menatap Diran. “Menyenangkan dong pastinya. Apalagi bisa membuat kamu mengerang kesakitan tanpa kepuasan setiap malam,” sambungku menyeringai. “Jadi kamu

  • Kisah Malam Pertama   BAB 18

    Adira : Mereka baru saja memasuki kamar hotel bersama.Pesan dari Adiran lengkap dengan foto Diran dan Jonna masuk ke sebuah kamar hotel membuatku bersiap-siap menyiapkan diri. Usai mendatangi pengadilan bersama Om Riwan tadi pagi untuk mendaftarkan gugatan perceraian, aku juga segera mengemasi barang-barangku dari rumah itu dan memutuskan singgah sementara di hotel.Ya. Malam ini adalah akhir dari semua kebusukan mereka di belakangku.Aku mengaplikasikan highlighter di pangkal dan ujung hidung, teardcut, dahi dan tulang pipi di hadapan cermin. Lalu menggambar sedikit arch pada alis mata menggunakan pensil alis cokelat muda. Tak lupa juga complexion yang flawless dan dewy yang menjadi kunci penting riasan malam ini. Kemudian terakhir, lipstick nude pink untuk menambah feminine dan attractive.Ya. Malam ini penampilanku harus paripurna di hadapan 2 pengkhianat itu. Akan kutunjukkan keanggunanku membalas perbuatan mereka malam ini.Jangan kalian piki

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status