Share

BAB 4

Author: Halo Preneur
last update Last Updated: 2022-02-23 12:39:43

“Kamu nggak papa “kan, kita nggak bisa honeymoon? Ada projek baru yang harus lounching

secepatnya di perusahaan. Jadi aku harus urus secepatnya sama Pak Prana.” Diran menggenggam tanganku di atas meja makan.

Lagi-lagi tersenyum menjadi andalanku.

“Nggak papa. Aku bisa ngertiin, kok.”

Ya. Tentu saja aku harus bisa mengerti. Sebab laki-laki berengsek di hadapanku itu harus menguras otak untuk bisa bermain-main di belakangku. Lagi pula, tidak akan ada gunanya juga melakukan honeymoon. Toh aku tidak akan pernah sudi memberikan keperawananku.

“Makasih ya, Sayang. Kamu mau ngertiin aku.

“Makasih doang, nih? Nggak mau ngasih aku ciuman, nih?” godaku dengan sengaja, tatkal mendapati sosok Jonna yang duduk di meja belakang

Diran tampak curi-curi pandang ke maja kami.

“Sini, aku kasih ciuman.” Diran kemudian mengecup lembut keningku.

Sedetik itu aku bisa melihat, bagaimana raut wajah Jonna kesal. Hal itu cukup membuat perasaanku senang.

“Makasih ya, Sayang,” ucapku manja. “Oh ya, Sayang. Kamu lihat ponselku nggak?” tanyaku berusaha kebingungan mencari-cari ponselku di dalam tas.

“Aku nggak tahu, Sayang. Emang kamu taruh di mana tadi?” tanya balik Diran.

“Aduh! Apa aku lupa naruh, ya? Perasaan tadi aku masukin tas, deh. Tapi kok nggak ada?” Aku masih berusaha menampakkan kebingungan. “Aku boleh pinjam ponsel kamu nggak? Mungkin jatuh di sekitar sini,” bujukku memulai aksi.

“Oke. Ini.” Diran langsung memberikan ponselnya setelah membuka layar kuncinya yang bersandi dengan sembunyi-sembunyi. Sial. Padahal rencana awalku adalah untuk bisa mengetahui sandi layar kuncinya.

Aku tersenyum menerima ponsel tersebut dan mau tidak mau melanjutkan rencana keduaku.

Ya. Rencana kedua adalah untuk memastikan nomor Pak Prana dan Jonna yang sebenarnya.

Alih-alih membuka kontak namaku, aku juga berselancar mengetikkan nomor Jonna yang sudah aku hapal dari semalam. Lalu ....

Ya. Dugaanku semalam ternyata benar. Nomor Jonna tersembunyi di balik nama Pak Prana.

Perbedaan nomor keduanya cukup bisa dikenali. Nomor Pak Prana yang asli memakai huruf kapital pada huruf awalnya. Jadi, huruf kecil pada huruf awal adalah nomor asli Jonna.

Berengsek memang kalian berdua.

Setelah mendapati kebenaran tersebut, aku kemudian menekan panggilan pada kontak namaku yang ditulis sayang.

Deringan ponselku kemudian samar-samar terdengar, sebelum kemudian Reen melambaikan tangannya ke arahku menunjukkan ponselku.

“Oh, itu dia ponsel aku. Ketinggalan di meja Reen ternyata,” kataku.

“Syukur deh nggak beneran hilang,” ucap Diran.

“Makasih ya sayang ponselnya,” ucapku dengan senyum semanis mungkin yang sebenarnya penuh dengan keperihan. “Aku ke meja Reen dulu buat ngambil ponsel,” sambungku.

Diran mengangguk, sebelum kemudian melihat ponselnya.

“Ternyata ketinggalkan di sini ponsel gue,” kataku menghampiri meja Reen dan Jonna.

“Hah?” Reen tampak kebingungan.

“Makasih ya Reen udah diamanin. Gue kira ilang tadi.” Aku duduk di samping Reen dengan mengerling.

“Ah ... iya ... Gee. Ponsel lo ketinggalan.” Reen kemudian menaggapiku usai mengerti kode yang aku berikan.

“Honeymoon ke mana, Gee?” tanya Jonna berusaha basa-basi. Mungkin juga berusaha memancing reaksiku yang tidak bisa honeymoon.

“Mm ... honeymoon-nya di kamar aja, Jo. Lebih enak menghabiskan waktu berduaan di kamar.

Muas-muasin hasrat dengan berbagai gaya,” kataku centil.

“Uhuk!” Reen yang tengah meneguk minuman langsung tersedak.

“Kenapa lo? Kayak orang nggak pernah ML aja,” ledekku pada Reen.

“Gue udah ahlinya kali Gee soal begituan,” balas Reen.

“Tinggal Jonna brarti ya yang masih perawan di antara kita,” godaku pada Jonna. Mendengar itu, Jonna tampak salah tingkah.

“Lo masih perawan “kan, Jo? Kan lo jomblo.” Aku menyeringai penuh tersirat.

“Mmm ... iya, dong. Mau main sama siapa kalau nggak ada lakinya?” jawab Jonna gugup.

“Nah itu. Kalaupun nanti lo punya laki, usahakan bukan laki-laki orang ya, Jo. Sayang wajah

lo yang cantik kalau sampai main sama laki orang,” kataku menasihati.

Reen kemudian menyubit pinggangku. Namun, aku abaikan.

Jonna menelan ludah dengan wajah pucat pasi.

“Gila apa gue sama laki orang?”

Aku tergelak. “Cuma bercanda. Gue yakin cewek secantik dan sebaik hati lo ini bakalan dapetin

laki-laki baik, mapan, tajir yang masih lajang. Karena cuma perempuan murahan yang mau sama laki-laki orang.” Aku menepuk-nepuk pundak Jonna dengan tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Malam Pertama   BAB 23 TAMAT

    3 bulan kemudian.Usai ketukan palu di pengadilan, maka selesai sudah hubunganku dengan Diran Diran dalam tali pernikahan. Selama proses berlangsung, Diran tampak kooperatif, meski tak mengatakan apa pun.Ya. Aku rasa Diran memang tidak bisa berbuat banyak, usai menyadari kesalahannya. Bahkan dia tak menggunakan pengacara selama proses persidangan. Meski dia tak pernah mangkir setiap kali sidang mediasi, sayangnya aku tak sudi barang satu kali pun untuk datang ke sidang mediasi.Keluar dari ruang pengadilan, kulihat Diranberjalan menunduk dengan wajah ditekuk. Sementara aku berjalan bersama Om Riwan selalu mendampingiku selama prosesnya."Gee."Aku menghentikan langkah dan menoleh. Tampak Diran berjalan menghampiriku. Lalu mengulurkan tangan dengan wajah penuh penyesalan padaku.“Sekali lagi aku minta maaf. Aku harap kita masih bisa berjabat tangan untuk terakhir kalinya,” ucap Diran.Aku cukup tertegun, tetapi juga masihdipenuhikebencian. Namun, memperlihatkanketangguhan di hadapan se

  • Kisah Malam Pertama   BAB 22

    Sebuah makan malam di bistro milik Reen menjadi akhir rencanaku. Aku sengaja menggagas makan malam bersama dengan 2 keluarga besar untuk mengungkapkan akhir rumah tanggaku dengan Diran. Karena aku tidak ingin bertele-tele untuk mengakhiri semuanya. Hidangan sirloin steak rendang sauce, egg and avocado salad in jar dan prawn bruchetta lengkap dengan wine merah menghuni meja panjang di ruangan privat room. Tampak penghuninya begitu menikmati hindangan sembari bercengkerama hangat. Kecuali aku dan Diran pastinya. Ya. Diran tampak menunduk tak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan terlihat ogah-ogahan menikmati hidangan. Sementara aku ... tetap menyantap makanan begitu lahap, sebagai amunisi, sebelum memberitahukan hal yang mengejutkan. “Kamu tambah cantik setelah nikah, Gee,” puji Bu Rini—ibu mertuaku. Aku tersenyum sebagai balasan. Tentu saja aku harus tampil cantik malam ini. Jumpsuit polka dot vintage look berkerah lebar memang cukup membuat penampilanku rimeless. Ditambah make up

  • Kisah Malam Pertama   BAB 21

    Usai keluar dari kamar laknat itu, aku berjalan gontai dengan air mata tak berhenti mengucur dari kedua mataku. Kepedihan begitu sangat terasa di hatiku saat ini. Meski begitu, aku harus kuat sekuat-kuatnya menerima kenyataan yang terjadi. Dunia tidak akan hancur hanya karena laki-laki yang aku cintai berselingkuh dengan temanku sendiri “kan?Aku merogoh kunci mobil di dalam tas dengan susah payah karena pandanganku yang terus kabur oleh genangan air mata. Sampai kemudian berhasil menemuka kunci, kunci tersebut malah terjatuh begitu saja dari tanganku. Membuatku semakin kesulitan untuk mencari.Sebuah tangan samar-samar kulihat meraih sesuatu di bawah kakiku. “Biar saya antar Mbak pulang.”Suara yang sangat familiar itu membuatku langsung mendongak pada pemiliknya. “Nggak usah Mas. Saya bisa pulang sendiri,” tolakku seraya mencoba meraih kunci mobilku di tanganku.Adira mengeratkan kunci mobilku dalam genggamannya. “Mba

  • Kisah Malam Pertama   BAB 20

    Jonna melangkah membuka pintu. Lalu tak lama kemudian ....“Adira,” pekik Jonna.Aku dan Diran langsung menoleh ke arah pintu terbuka. Terlebih aku yang cukup terkejut dengan sosok Adira yang benar-benar muncul di sana.“Kamu kenapa bisa di sini?” tanya Jonna melangkah mundur.“Aku denger ada ribut-ribut di sini. Jadi aku datang,” ucap Adira melangkah masuk.“Apa maksud kamu?” tanya Jonna tak mengerti.“Cuma pengen tahu aja, laki-laki seperti apa yang ngebuat kamu sampai mengakhiri hubungan kita,” ucap Adira.Mendengar itu, aku langsung membulatkan mata.“Hubungan? Kamu punya hubungan sama Jonna?” tanyaku menatap laki-laki memakai jogger pants hitam berpadu t-shirt hitam, jaket hitam dan topi hitam.Adira menatapku dan mengangguk.“Maafkan saya, Mbak. Saya memanfaatkan keadaan Mbak untuk mencari tahu laki-laki yang udah ngebuat pacar say

  • Kisah Malam Pertama   BAB 19

    Wajah Diran dan Jonna kembali tegang usai mendengar ucapanku. Sementara aku menyeringai penuh kemenangan. “Kenapa? Kalian terkejut lagi? Kalian pikir bisa terus membodohi aku?” tanyaku. “Sejak kapan lo tahu semua ini, Gee?” tanya Jonna. “Seminggu sebelum gue melangsungkan pernikahan,” jawabku menyeringai. “Apa?” pekik Diran. “Kenapa? Terkejut lagi?” tanyaku menatap laki-laki berkemeja oversized berpadu blue jeans dan sneakers. Diran kemudian berdiri. “Lalu kenapa kamu mau meneruskan pernikahan ini kalau kamu sudah tahu dari awal?” Aku tertawa. “Untuk mempermainkan kalian berdua, dong.” Diran mengeraskan rahang. Sementara Jonna menggeleng-geleng tidak percaya menatapku. “Jadi gimana sekarang rasanya dipermainkan?” tanyaku berdiri menatap Diran. “Menyenangkan dong pastinya. Apalagi bisa membuat kamu mengerang kesakitan tanpa kepuasan setiap malam,” sambungku menyeringai. “Jadi kamu

  • Kisah Malam Pertama   BAB 18

    Adira : Mereka baru saja memasuki kamar hotel bersama.Pesan dari Adiran lengkap dengan foto Diran dan Jonna masuk ke sebuah kamar hotel membuatku bersiap-siap menyiapkan diri. Usai mendatangi pengadilan bersama Om Riwan tadi pagi untuk mendaftarkan gugatan perceraian, aku juga segera mengemasi barang-barangku dari rumah itu dan memutuskan singgah sementara di hotel.Ya. Malam ini adalah akhir dari semua kebusukan mereka di belakangku.Aku mengaplikasikan highlighter di pangkal dan ujung hidung, teardcut, dahi dan tulang pipi di hadapan cermin. Lalu menggambar sedikit arch pada alis mata menggunakan pensil alis cokelat muda. Tak lupa juga complexion yang flawless dan dewy yang menjadi kunci penting riasan malam ini. Kemudian terakhir, lipstick nude pink untuk menambah feminine dan attractive.Ya. Malam ini penampilanku harus paripurna di hadapan 2 pengkhianat itu. Akan kutunjukkan keanggunanku membalas perbuatan mereka malam ini.Jangan kalian piki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status